Sinopsis Jodha Akbar episode 472 by Sally Diandra. Dihalaman istana Anarkali sedang berjalan jalan sambil mengingat ingat bagaimana ketika dulu Haidar mengatakan padanya bahwa Salim menolak untuk membantu para penari “Tidak ! Dia orang yang jahat, dia itu mempunyai banyak wajah, suatu saat dia itu bisa sangat baik namun disisi lain dia itu bisa sangat jahat, aku tidak tahu bagaimana aku menyebutnya, seorang pribadi yang bertanggung jawab atau seorang Raja yang keras kepala ?” bathin Anarkali dalam hati, tepat pada saat itu Anarkali melihat Salim dan Qutub juga sedang berjalan jalan ditaman, dari kejauhan Anarkali bisa mendengar dengan jelas pembicaraan mereka berdua “Salim, kenapa kamu tidak katakan saja pada Anarkali bahwa kamu tidak bertindak jahat padanya”, Aku telah mencobanya tapi dia tidak siap untuk mendengarkannya dari aku” Qutub merasa gemas dengan Salim “Lalu kenapa kamu tidak katakan saja pada Anarkali bahwa saat itu yang menolong ayahnya dan menyelamatkan dia dari warga penduduk Agra itu adalah kamu, ketika orang orang itu melempari ayahnya dengan batu” Anarkali yang masih menguping pembicaraan mereka sangat terkejut, Anarkali teringat ketika prajurit Salim menyelamatkan ayahnya pada saat itu, ternyata itu adalah perintah dari Salim “Aku selama ini telah salah paham rupanya ke Salim” bathin Anarkali menyesal dalam hati.
Salim mendatangi kamar Jodha, saat itu Jodha baru saja selesai berdoa, Jodha melihat Salim memasuki ke kamarnya dengan sepatu yang masih dikenakannya “Salam Mariam Uz Zamani” Jodha hanya tersenyum dan segera menyuruh Salim untuk membuka sepatunya dengan sebuah kode yang langsung bisa dimengerti oleh Salim, bergegas Salim kembali kepintu kamar dan meninggalkan sepatunya disana kemudian ikut duduk bersimpuh di sisi Jodha didepan kuil Dewa Kahnaa. Tak lama kemudian, Jodha melakukan ritual aarti untuk Salim “Untuk apa ini, ibu ?”, “Ketika seorang anak bekerja untuk orang lain, maka orangtuanya akan merasa sangat bangga, kamu telah melakukan semuanya seperti yang ibu harapkan” Salim tersenyum “Ibu juga telah bekerja untuk para fakir miskin, walaupun ibu sakit tapi ibu tidak kehilangan harapan” Jodha tersenyum “Itu karena ibu mempunyai suami seperti ayahmu yang menolong para fakir miskin, ibu yakin Maan Bai pasti juga sangat beruntung mempunyai suami seperti kamu, kami akan segera menyelenggarakan pesta pernikahan kalian” ujar Jodha bangga namun sayangnya Salim tidak suka mendengar rencananya ibunya ini, kemudian Jodha menyuruh Salim untuk melakukan ritual aarti untuk Dewa Kahnaa, Salimpun menurut dan melakukannya.
Beberapa jam kemudian, Jodha sedang ngobrol dikamar Hamida, tiba tiba Aram Bano anak bungsunya menghampiri mereka “Ibu ... Ibu .. Ibu .. Tolong sembunyikan aku, ibuuu ... Itu Shama gila, dia itu nggak waras, dia telah membuat aku pusing” Jodha dan Hamida hanya tertawa melihat tingkah Aram Bano, tiba tiba Shama datang menghampiri mereka sementara Aram Bano sudah bersembunyi dibelakang kursi Jodha. “Salam Mariam Makani, salam Mariam Uz Zamani” sapa Shama, Jodha dan Hamida hanya tersenyum “Apakah kalian tahu dimana Aram Bano ?”, “Kami tidak tahu, Shama ... dia tidak ada disini” Aram Bano yang sedang bersembunyi tertawa cekikikan, sementara Shama yang kurang begitu mendengar apa yang dikatakan Jodha malah mengatakan hal yang lain kemudian diapun pergi meninggalkan mereka. Begitu Shama pergi, Aram Bano segera berlari keluar dari kamar Hamida, tepat pada saat itu Jalal memasuki kamar Hamida dan merasa keheranan dengan sikap Aram Bano, apalagi Jodha dan Hamida tertawa terpingkal pingkal melihatnya “Ada apa ini ? Kenapa Aram Bano, Ratu Jodha ?” Jodha menceritakan ulah Aram Bano tadi ke Jalal, tak lama kemudian salah satu pelayanan mereka menemui Jalal dan menginformasikan bahwa Raja Iran telah mengirimkan menterinya untuk bertemu dengan Jalal, Jalal segera pergi dari sana untuk menemuinya “Ibu, siapa itu Raja Iran ?”, “Dia adalah orang yang bijak, dia telah membantu kami dalam masa masa yang sulit, dia itu orang yang sangat disegani di negara negara Islam” Hamida menjelaskan ke Jodha.
Dikamar Haidar, Haidar merasa marah pada keakraban Jalal dan Salim, Haidar ingin membalas dendam pada Jalal “Tenang, tenang ... Haidar” paman Haidar berusaha menenangkannya, jangan terburu buru untuk memenuhi semua impian kamu, bersabarlah”, “Sampai berapa lama aku harus menunggu, paman ?” Haidar sangat marah.
Sementara itu, Jalal menemui duta besar dan utusan dari Iran, mereka memberikan Jalal beberapa hadiah “Kalian tinggallah disini terlebih dulu, aku mengundang kalian pada pesta perayaan yang aku adakan nanti malam” para tamu tamu Jalal yang berasal dari Iran itu pun setuju “Fazal, tolong layani mereka, penuhi semua kebutuhan mereka” Jalal meminta Abu Fazal untuk menjamu para tamu dari Iran itu, tak lama kemudian Jalalpun meninggalkan mereka. Sepeninggal Jalal, salah satu menteri bertanya pada Duta Besar “Mengapa kamu tidak mengatakan pada Raja Jalal tentang pesan yang dikirimkan Raja Iran ?”, “Yaa ,,, betul, hal ini memang sangat penting, nanti kita akan mengatakannya setelah pesta perayaan”
Malam harinya, pesta perayaan kesuksessan merekapun tiba, semua orang sudah berada disana dan tak lama kemudian Jalal memasuki ruangan pesta, semua yang hadir memberikan salam, Jalal segera duduk disinggasananya “Perayaan pesta kali ini adalah untuk merayakan kedamaian, sekarang perayaan bisa dimulai !” Jalal memberikan sambutan untuk memulai pesta perayaan. Anarkali dan penari penari yang lain masuk keruang pesta dan mulai melakukan tariannya sambil bernyanyi Ka Karam Rehe, Salim yang duduk disebelah singgasana Jalal terus menerus melihat kearah Anarkali “Qutub, meskipun yang aku lihat itu Anarkali, tapi aku merasa bahwa dia berada pada situasi seperti ini karena perbuatanku” Qutub yang duduk disebelah Salim ikut angkat bicara “Kenapa kamu mengatakan seperti itu, Salim ? Kamu tidak bisa merubah nasib seseorang” tak lama kemudian tarian Anarkalipun selesai, Jalal sangat menghargai tarian Anarkali, dia memberikan Anarkali hadiah berupa sekantong koin emas, Anarkali menerimanya sambil terus melihat ke arah Salim dan berterima kasih pada Jalal, Salimpun tersenyum ke Anarkali dan Anarkali berlalu dari hadapan mereka.
Sepeninggal Anarkali, Birbal berdiri dan berkata “Yang Mulia Raja akan mengumumkan sesuatu yang sangat penting” dari bilik para ratu, para ratu pada kasak kusuk mereka pada penasaran pengumuman apa yang akan disampaikan Jalal “Ratu Jodha, apakah kamu tahu tentang hal ini ?” Salima bertanya pada Jodha “Ini pertama kalinya Yang Mulia tidak mendiskusikan sesuatu dengan aku, Ratu Salima ... aku tidak tahu apa apa tentang hal ini” sementara itu Rukayah berkata dalam hati “Kalau aku tahu tentang hal ini” Rukayah tersenyum sinis, tepat pada saat itu Duta Besar Iran dan para menterinya yang lain memasuki ruangan pesta, Jalal menyambut mereka dan menyuruh mereka untuk duduk sambil menikmati pesta. Jalal kemudian berdiri dan mulai mengumumkansesuatu “Aku ingin memberikan gelar pada istri istriku yang telah membantu aku dalam masa yang sangat sulit, Ratu Salima silahkan kedepan !” Salima keluar dari bilik ratu sambil menutupi wajahnya dengan cadar transparan dan menghadap kedepan Jalal “Ketika aku tidak berada ditempat, Ratu Salima telah mengatur keuangan kesultanan Mughal, pekerjaannya tidak tergantikan, maka aku beri dia gelar Koh Sultan” kemudian Jalal memberikan hadiah untuk Salima, setelah itu Salima kembali kebilik para ratu “Kemudian aku ingin memanggil istriku yang telah menemani aku semenjak aku masih kanak kanak, dia yang selalu ada bersama aku, Ratu Rukayah silahkan kedepan !” Rukayah juga keluar dari bilik para ratu dengan harapan yang sangat tinggi bahwa dia akan bergelar Ratu India, Rukayah menghadap ke Jalal dengan wajah yang tertutup cadar transparan “Aku memberikan gelar pada Ratu Rukayah adalah Ratu Tartari” kemudian Jalal memakaikan mahkota ke kepala Rukayah, Rukayah tidak terima karena mahkota yang dikenakannya itu bukan mahkota yang ada batu permata merah delima yang kemarin Jalal tunjukkan padanya dan gelarnya pun bukan Ratu India “Jalal tidak bisa menghina aku dengan cara seperti ini” bathin Rukayah dalam hati, ketika Rukayah hendak kembali ke bilik para ratu, dia melihat sebuah mahkota untuk Jodha dimana terdapat batu permata merah delima yang kemarin Jalal tunjukkan padanya.
Kemudian Jalal memanggil Jodha, Jodha menghadap ke depan Jalal dengan wajah yang ditutup cadar transparan juga “Ratu Jodha telah menyentuh hatiku dengan perbuatan mulianya, selama pada masa krisis, Ratu Jodha telah bekerja siang dan malam denganku menghadapi semua permasalahan yang ada, maka aku memberikannya gelar Malika Hind (Ratu India)” kemudian Jalal memakaikan Jodha mahkota yang bertahtakan batu permata merah delima, Jodha tersenyum ke Jalal, Jalal pun membalas senyumannya, sementara Rukayah sangat marah melihat kebahagiaan mereka berdua kemudian Jodha kembali ke bilik para ratu, semua yang hadir disana senang melihat pemberian gelar tersebut termasuk Hamida yang tersenyum bahagia sedari tadi melihat menantu menantu yang disayanginya itu. “Ada satu lagi yang perlu diingat, ketika aku tidak berada ditempat, Pangeran Salim telah mengontrol semuanya, dia telah bertarung dalam medan perang ketika aku tidak ada dan dia telah memenangkannya, aku sangat bangga mengatakan bahwa dia bisa mengatur negara ini setelah aku dan hadiahnya adalah setelah aku, dia akan menjadi Raja India dan menguasai seluruh India”
Jalal kemudian menyuruh Salim untuk menghadap kedepannya, ketika Jalal mau mengenakan mahkota ke Salim, Duta Besar Iran segera menghentikannya “Berhenti !” semua orang tertegun “Pertama, biarkan kami membacakan pesan dari Raja Iran, setelah itu kamu bisa mengenakan mahkota itu padanya, ini sangat penting !” ujar sang Duta Besar Iran, Jalal setuju “Baiklah, silahkan anda baca !”, “Tapi sebelumnya, kamu harus meminta semua wanita yang ada disini dan yang bukan beragama Islam untuk keluar dari tempat ini” Duta Besar kembali mengutarakan pendapatnya “Mereka ini adalah orang orang kepercayaanku”, “Maaf, kalau aku harus mengatakannya tapi kami tidak bisa membacanya didepan siapapun !” akhirnya Jalal setuju untuk berbicara empat mata bersama mereka disebuah ruangan tertutup, Jalal meninggalkan ruang pesta bersama para utusan dari Iran “Pesan seperti apa yang mereka bawa ?” Jodha bertanya dalam hati
Jalal memasuki sebuah ruangan bersama dengan Duta Besar dan utusan dari Iran “Kalian telah menghentikan aku untuk memberikan gelar pada putra mahkota tapi aku bisa menerimanya, ini semua karena kalian berasal dari Iran, lalu sebenarnya ada masalah apa ?” semua menteri Jalal menunggu diluar “Apa jadinya ini ? Mereka tidak mengijinkan kita para umat Hindu untuk menemani Yang Mulia” ujar Todar Mal, Birbal juga angkat bicara “Tidak semua Raja didunia ini seperti Yang Mulia Raja Jalalludin, dia itu menghargai semua agama” sementara pada saat itu Jodha sangat mengkhawatirkan Jalal, sedangkan Rukayah masih menahan amarahnya, dia teringat ketika Jalal memberikan Jodha gelar ratu India, Rukayah langsung memotong salah satu jarinya, Rukayah berteriak lantang, Jodha sangat khawatir dengan Rukayah “Ratu Rukayah, ada apa ?”, “Tidak ada apa apa, Ratu Jodha” Rukayah berusaha menutupi perasaannya.
Sementara ditempat Jalal, Duta Besar Iran mulai membaca pesan dari Raja Iran “Raja Jalal, pernikahanmu dengan Ratu Jodha itu ilegal karena dia tidak menerima Islam hingga sekarang dan itu berarti Pangeran Salim disebut sebagai anak ilegal atau anak haram maka dia tidak bisa menjadi seorang Raja India” Jalal sangat marah mendengarnya “Cukuuuppp !!!” teriak Jalal... Sinopsis Jodha Akbar episode 473 by Sally Diandra.