Sinopsis Jodha Akbar episode 445 by Sally Diandra. Siang itu ditaman istana, Salim sedang ngobrol dengan Qutub “Kenapa kamu berdiri sendirian disini, Salim ?” Salim masih terus menyesali perbuatannya ke Anarkali “Karena aku tidak mengerti hidup seperti apa yang sedang aku jalani ini, Qutub ... aku tidak bisa hidup tanpa Anarkali akan tetapi dia sangat membenci aku”, “Tapi ini bukan salahnya, Salim ... hidup ini pasti tidak begitu mudah baginya, kamu seharusnya memberikan dia waktu, suatu saat nanti dia pasti akan memaafkanmu, kamu hanya harus membuktikan bahwa cintamu lebih kuat daripada sebuah kebencian” Qutub mencoba memberi saran ke Salim.
Dikamar Jodha, Jalal menemui Jodha “Jangan khawatir, Yang Mulia ... Ini semua bukan salahmu, kamu hanya melakukan apa yang seorang ayah lakukan” Jalal tersenyum menatap Jodha “Untungnya kamu ada bersamaku, Ratu Jodha ... Aku merasa baikkan sekarang, aku ingin membuat pesta untuk Bhagwandas sebelum dia pulang ke Amer”, “Itu pemikiran yang bagus, Yang Mulia ... dan kamu juga seharusnya bertemu dengan guru spiritualku, Pandit. Dalam mimpiku aku merasa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi, itulah mengapa aku memanggilnya, kita harus menanyakan hal ini padanya” Jalal hanya tersenyum.
Tepat pada saat itu, Pandit Ji sudah sampai diistana Kerajaan Mughal di Agra, dari tempatnya berdiri, dia melihat kesekitar kerajaan Mughal sementara banyak burung gagak yang terbang diatasnya.
Maan Sigh dan Shah Abdullah juga anak buahnya sedang mengalokasikan tempat untuk benteng. Mereka mengumumkan kepada para penduduk untuk meninggalkan lahannya yang mau digunakan sebagai benteng, akan tetapi para penduduk berkata “Ini adalah tempat kami, kami tidak akan meninggalkan tanah ini !” para penduduk mulai memprotes “Kami tidak akan pernah meninggalkan negeri ini !” teriak para penduduk, Maan Sigh mencoba menengahi “Kami akan memberikan kalian lahan yang baru dan beberapa koin uang, kami akan membangun benteng ini untuk melindungi kalian juga” namun para penduduk tetap bersikeras “Kami tidak akan meninggalkan tanah kami ! Para tetua dan ulama ulama besar kami dikuburkan disini, kalau kamu ingin membangun sesuatu disini, Tuhan akan marah ke kamu !”, “Baiklah, kami akan mengeceknya” ujar Maan Sigh sambil berjalan menuju tempat pemakaman.
Guru Ji (guru spiritual Jodha) sudah memasuki istana, Moti memberitahukan kedatangannya pada Jalal dan Jodha “Apakah kita harus menemuinya, Yang Mulia ?”, “Bagaimana mungkin aku mengatakan tidak, Ratu Jodha ?” goda Jalal, kemudian mereka berdua menemui Guru Ji.
Ketika Maan Sigh hendak melangkahkan kakinya ke tempat pemakaman tersebut, tiba tiba angin bertiup sangat kencang “Berhentilah bekerja !” Maan Sigh menginstruksikan untuk segera menghentikan pekerjaannya pada para pekerjanya “Tapi bagaimana dengan perintah Yang Mulia, Maan Sigh ?” Shah Abdullah bingung dengan sikap Maan Sigh “Kita tidak bisa melawan keinginan para penduduk” ujar Maan Sigh kemudian meninggalkan tempat tersebut, Shah Abdullah tampaknya tidak bisa menerima keputusan Maan Sigh.
Di istana kerajaan Mughal, Jodha dan Jalal menemui Guru Ji “Guru Ji, aku meminta padamu untuk membuatkan Kundli untuk Yang Mulia”, “Kundlinya telah dibuat, Ratu Jodha ... Ibunya pasti mempunyainya” (pada masa lalu ketika Jalal masih bayi, Ratu Hamida dan Raja Humayun sudah membuat Kundli untuk Jalal) Guru Ji kemudian melihat Kundli milik Jalal, sementara Jalal menatap Guru Ji dengan pandangan tidak percaya dengan ramalannya, bagi Jalal semua ini hanya omong kosong belaka tapi demi menyenangkan istrinya yang tercinta, Jalalpun menurutinya, sedangkan Jodha nampak serius “Ini adalah waktu yang sulit yang akan datang pada takdirmu, Yang Mulia ... Ini baru dimulai, situasinya akan semakin memburuk” Guru Ji mencoba menerangkan keadaan Jalal, namun Jalal tetap tidak percaya dengan semua perkataannya dan ketika Jalal memberikan koin uang untuk Guru Ji, Guru Ji segera menolaknya, Jalal marah hingga mengeluarkan pedangnya dari sarung pedangnya, Jalal merasa diremehkan oleh Guru Ji, Jodha segera menenangkan suaminya untuk bisa menerima kenyataan kalau Guru Ji memang tidak menginginkan uang, Jalalpun segera meninggalkan mereka berdua, Jodha meminta maaf atas perlakuan suaminya terhadap Guru Ji.
Sementara itu dikamar Rukayah, Rukayah sedang menikmati hookahnya, tiba tiba ada seorang perempuan dari tempat para penari yang datang menemui Rukayah dan memberitahukan kalau Salim mengunjungi rumah Anarkali “Apakah aku harus memberitahukan berita ini ke Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu ?”, “Jangan ! Tetap berikan informasinya padaku saja !” ujar Rukayah sambil melempar sekantong koin uang, ketika perempuan itu hendak pergi, Rukayah mengingatkan “Jangan hentikan Salim atau bilang saja tidak tahu apa apa kalau dia bertanya, aku ingin Salim bertemu Anarkali setiap waktu seperti yang dia inginkan”, “Lalu bagaimana dengan saya, Ratu Rukayah ?”, “Tidak akan terjadi apa apa sama kamu, percayalah !” Rukayah tersenyum senang.
Malam harinya ketika Jodha sedang tertidur, kembali Jodha bermimpi buruk, Jodha melihat Jalal sedang dalam masalah dalam mimpinya, Jodha langsung bangun dengan perasaan kaget tidak karu karuan “Mimpi yang sama terjadi lagi, apa yang harus aku lakukan ? Sebenarnya apa yang menjadi tujuan dalam mimpi ini ?” Jodha kemudian keluar kamarnya “Apakah ada seseorang yang akan menyerang Yang Mulia ?” Jodha mencoba mengecek singgasana Jalal, namun tidak ditemukan apapun disana.
Keesokan harinya Jodha segera mendatangi tempat Guru Ji dan bertanya tentang mimpi yang dialaminya semalam “Ratu Jodha, Yang Mulia Raja harus menghadapi beberapa masalah dalam kerajaannya ini, dia mungkin akan meninggalkan kekuasaannya, dua kali kamu melihat dadanya berdarah, itu artinya seseorang yang sangat dekat dengannya mungkin akan menyakitinya”, “Saat ini Yang Mulia Raja dikelilingi oleh orang orang yang menjaganya, Guru Ji”, “Ini hanya yang dikatakan dalam sebuah mimpi, Ratu Jodha”, “Lalu ... Apakah kami punya solusinya, Guru ?”, “Kita tidak bisa menghentikan apa yang akan terjadi nanti, kamu seharusnya tidak pernah meninggalkannya, berada disampingnya terus, temani dia” Jodha benar benar tegang.
Dihalaman istana, Jalal bertanya ke Shah Abdullah “Kenapa bentengnya belum selesai dibangun sampai sekarang ?”, “Maaf, Yang Mulia ... kata Maan Sigh kita tidak bisa membangunnya disana, kita akan membangunnya ditempat yang lain yang dia tentukan” Jalal langsung marah “Suruh dia bertemu denganku segera !”
Di ruangan khusus Jalal dan para menterinya berkumpul “Kamu menghentikan pekerjaan pembuatan benteng, Maan Sigh ? Ya atau tidak ? Jawab !” nada bicara Jalal mulai meninggi “Sebenarnya saya ingin mengatakannya pada anda, Yang Mulia ... Akan tetapi ...” Shah Abdullah mencoba cari muka didepan Jalal “Kamu telah menolak perintahku !” Maan Sigh berusaha membela dirinya “Disana ada makam para ulama besar dan para tetua , Yang Mulia, para penduduk marah ketika kami mulai menggali tanah” Jalal semakin marah “Aku melakukan hal itu yang aku anggap benar, Yang Mulia”, “Kamu seharusnya menanyakan padaku dulu sebelum melakukan apapun, Maan Sigh !” ... Sinopsis Jodha Akbar episode 446 by Sally Diandra.