Sinopsis Jodha Akbar episode 518 by Sally Diandra. Dikamar Jalal, Jalal masih terpengaruh oleh ilmu sihir Laboni, tatapan matanya menunjukkan kemarahannya, tak lama kemudian Jodha menemui Jalal dikamarnya “Yang Mulia, apa yang telah kamu lakukan pada Ratu Rukayah ? Kenapa kamu mengeluarkan kata kata kasar seperti itu ? Apakah kamu tidak memikirkan bagaimana perasaannya ?” Jodha mencoba meminta keadilan pada Jalal atas apa yang telah dia lakukan ke Rukayah, Jalal hanya diam saja namun lama kelamaan karena tidak tahan dengan ucapan Jodha, Jalal mulai berang “Terserah aku ! Apapun yang ingin aku lakukan itu terserah aku ! Aku ini seorang Raja, berani beraninya kamu berkata seperti itu kepadaku, Ratu Jodha ! Jangan karena kamu mendapat posisi tertinggi lalu kamu bisa seenaknya berbicara padaku !” ujar Jalal marah sambil mengacungkan tangannya ke arah Jodha “Tapi tidak seharusnya kamu berkata seperti itu kepada Ratu Rukayah didepan khalayak ramai, Yang Mulia” kemarahan Jalal telah memuncak “Aaaarrrrggghhhhh !!!!!” ujar Jalal lantang sambil mendorong Jodha hingga Jodha hampir saja terjatuh dan dahinya mengenai salah satu bejana kuningan yang terdapat disana “Kenapa Yang Mulia selalu bertingkah aneh seperti itu ?” bathin Jodha sambil memegang dahinya yang sakit karena memar, Jodha kemudian teringat ucapan nenek tua yang dijumpainya di Meena Bazaar “Cobalah anda cek perilaku Yang Mulia, Ratu Jodha ... apakah ada perilakunya yang aneh atau tidak ?” Jodha mulai merasa bimbang “Apakah benar Yang Mulia terkena ilmu hitam ?”
Sementara itu di medan pertempuran, Salim sedang berkumpul bersama anak buahnya di luar tenda, Salim mencoba memberikan instruksi instruksi kepada anak buahnya agar menguasai semua penjualan dan pembelian bahan bahan sembako diseluruh penjuru, sehingga pasukan Maharana Pratap tidak bisa mendapatkannya.
Dikamar Jodha, Jodha sedang merenung memikirkan perilaku Jalal yang kadang marah marah tanpa sebab, seperti ketika mereka sedang asyik berdansa, Jalal yang tadinya memuji kecantikan Jodha setengah mati tiba tiba mengatakan kalau Jodha ini jelek mengenakan gaun pesta pemberian Ratu Inggris itu, juga ketika di Meena Bazaar tiba tiba saja Jalal marah pada Jodha dan Rukayah “Sebenarnya ada apa dengan Yang Mulia ? Apa yang terjadi padanya ?” bathin Jodha dalam hati sambil berbaring miring, tiba tiba ada sebuah tangan yang mengolesi dahinya yang memar dengan salep “Moti, tidak usah ... aku tidak apa apa” ujar Jodha sambil berbalik ke belakang untuk melihat Moti yang berada dibelakangnya, namun ketika Jodha berbalik ternyata Jalal yang ada dibelakangnya “Yang Mulia, kamu disini ?” Jodha kaget melihat kehadiran Jalal dikamarnya
“Iya, aku disini, aku ingin mengobati luka di dahimu itu, kenapa tidak kamu obati, Ratu Jodha ?” ujar Jalal tanpa rasa bersalah, Jodha semakin terkejut ketika Jalal sepertinya tidak ingat atas apa yang telah diperbuatnya tadi waktu mendorong Jodha “Memangnya luka di dahimu itu karena apa, Ratu Jodha ?” Jodha bingung bagaimana dia harus menjawabnya “Ooh ini, ini tidak apa apa, Yang Mulia ... aku tadi waktu berjalan nggak fokus lalu terkantuk tembok” Jalal menatapnya tanpa rasa bersalah “Makanya kalau jalan hati hati, Ratu Jodha” ujar Jalal sambil membelai wajah Jodha, tak lama kemudian salah satu pelayan mereka memberitahu kalau salah satu menterinya ingin bertemu dengan Jalal, Jalal akhirnya meninggalkan Jodha sendirian di kamar, Jodha semakin bimbang karena kali ini Jalal tidak marah marah lagi seperti tadi.
Rukayah sedang menangis dikamarnya, dirinya tidak percaya kalau Jalal tega mengeluarkan kata kata yang menyakitkan hatinya, tiba tiba Hoshiyar menemui Rukayah dan bersimpuh di bawah kaki Rukayah dan berkata “Seharusnya Yang Mulia tidak melakukan hal ini padamu” Rukayah memandang kearah Hoshiyar dengan tatapan tidak suka “Apa peduli kamu ? Kamu juga sering mengatakan kata kata yang menyakitkan hatiku, hal itu menunjukkan kalau kamu sebenarnya memang menginginkan mengucapkan kata kata itu !” ujar Rukayah sinis “Yang Mulia Ratu, aku benar benar tidak tahu apa yang sedang terjadi padaku” ujar Hoshiyar sambil menangis “Aku selalu bersamamu, itulah mengapa aku tidak pernah mengatakan yang sebenarnya, kamu itu wanita tua yang gendut !” kembali Hoshiyar mengatakan kata kata kasar tapi semenit kemudian Hoshiyar mengatakan kata kata yang baik “Tapi kiosmu sungguh indah, Yang Mulia Ratu” lalu ucapannya berubah lagi “Kamu telah menjual barang barang yang murahan ... ooooh” Hoshiyar terkejut ketika menyadari ucapannya kembali kasar kemudian menangis sedih “Yang Mulia Ratu, aku benar benar tidak tahu apa yang terjadi pada lidahku ini, benar ...” Rukayah yang sudah tidak tahan mendengar ucapan Hoshiyar yang menjelek jelekkannya sedari tadi, mulai mengambil cambuk dari petinya dan menatap tajam ke arah Hoshiyar, Hoshiyar ketakutan dan tak lama kemudian Rukayah mulai mencambuki Hoshiyar dengan keras.
Dikamar Jalal, Jalal sedang terbaring diranjangnya, Jodha menemani di sampingnya “Memang lebih baik, kalau kamu beristirahat saja, Yang Mulia ... kamu kelihatannya kurang enak badan, cobalah minum Kadha ini” ujar Jodha sambil menyorongkan gelas ke mulut Jalal “Aku tidak mau, Ratu Jodha”, “Tidak apa apa, ini demi kesehatanmu, ayoo minumlah ...” ujar Jodha sambil menyorongkan gelas berisi Kadha itu ke mulut Jalal, Jalal akhirnya terpaksa meminumnya namun karena pahit Jalal memuntahkan Kadha tersebut sehingga membasahi bajunya “Ratu Jodha, sangat sulit untuk meminum Kadha, rasanya sangat pahit” ujar Jalal sambil menyengir karena kepahitan “Kalau begitu lebih baik ganti bajumu, Yang Mulia” Jalal membuka bajunya dan setelah bertelanjang dada, Jodha sangat terkejut ketika melihat punggung Jalal yang terluka seperti terkena cambukan
“Yang Mulia, kenapa ini luka luka dipunggungmu ?” Jalal mencoba melihat luka dipunggungnya sambil berbalik kebelakang “Mungkin ini terjadi pada saat latihan pedang” Jodha heran “Tapi kamu kan tidak pernah melakukan latihan pedang lagi akhir akhir ini” ujar Jodha penasaran, kemudian Jalal diminta untuk berbaring telungkup dan Jodha mulai mengobati luka luka Jalal sambil teringat kembali perilaku Jalal yang mulai berubah kasar “Rasanya memang ada yang tidak beres, apakah nenek tua itu mengatakan yang sebenarnya ?” Jodha teringat kembali ketika nenek tua itu berkata “Bawalah Yang Mulia ke Yoginath, dia ahli sihir yang baik” Jodha kemudian meminta Jalal beristirahat “Yang Mulia, lebih baik kamu beristirahat dulu, aku mau pergi sebentar” ujar Jodha sambil memegang bahu Jalal “Ratu Jodha, tetaplah bersamaku, aku selalu merasa lebih baik bila kamu ada disampingku” Jodha menghela nafas dalam “Yang Mulia, aku harus pergi ke Mandir (kuil orang Hindu), kamu beristirahatlah, aku akan segera kembali”, “Baiklah” akhirnya Jalal mengijinkan Jodha pergi “Bagaimana caranya mengatakan pada Yang Mulia kalau aku akan pergi ke ahli sihir, jika aku menceritakannya, dia pasti akan melarang aku pergi” bathin Jodha dalam hati kemudian meninggalkan Jalal sendirian yang mulai tertidur diranjang dengan posisi menelungkup.
Ditempat persembunyian Maharana Pratap, salah satu menteri Pratap memberitahukan ke Pratap “Yang Mulia, sepertinya Mughal mulai menguasai penjualan dan pembelian bahan bahan sembako, kita tidak bisa membeli bahan bahan sembako itu dan jika ini terus berlanjut maka kita akan mati kelaparan” Pratap geram “Salim memang cerdas ! Dia akan mengatur semuanya, yang jadi musuhku itu sebenarnya adalah Jalal bukan anaknya, Jalal telah membunuh prajuritku, telah menjarah tanahku, itu semua telah dilakukan oleh Jalal bukan anaknya jadi kita tidak akan membunuh anaknya seperti itu, aku akan bertarung dengannya di medan perang, kita akan menyerang mereka dengan separuh kekuatan, mereka pasti akan terkejut dan akan melakukan kesalahan, kita tahu strategi mereka tapi mereka tidak tahu strategi kita” ujar Maharana Pratap sambil mengacungkan pedangnya
Jodha sedang didalam tandu bersama sama dengan prajurit dan pelayannya yang berjalan menemaninya menuju ke gua tempat tinggal Yoginath yang letaknya dibelakang Mandir, Jodha memasuki sebuah gua dan berkata “Nenek tua itu mengatakan padaku kalau hanya ini alamat satu satunya” begitu Jodha memasuki gua tersebut, Jodha melihat seorang laki laki berbaju hitam berambut panjang sedang duduk mengambang membelakangi Jodha “Orang yang membutuhkan aku akhirnya datang menemui aku” ujar Yoginath pada burung beonya yang bertengger di pundaknya sambil memberinya makan. Sementara itu Jodha merasa ragu ragu mendatangi tempat tersebut “Apakah yang aku lakukan ini benar ? Dengan mendatangi tempat ini ? Aku tidak mengenal dia” bathin Jodha dalam hati “Selamat datang, Malika Hind ... anda telah datang pada tempat yang tepat” ujar Yoginath tanpa melihat Jodha “Jangan bertanya padaku bagaimana aku mengenal kamu, silahkan duduk” ujar Yoginath begitu Jodha sudah mendekatinya “Duduk ? Dimana ?” Jodha bingung karena tidak ada apa apa disana “Di kursi tentu saja”, “Disini tidak ada kursi” ujar Jodha sambil melihat lihat ke sekelilingnya “Jika kita tidak melihat kursi maka itu bukan berarti bahwa disana tidak ada kursi” ujar Yoginath sambil melakukan ilmu sihirnya dan muncullah sebuah kursi didepan Jodha, Jodha segera duduk di kursi itu, kemudian Yoginath menengadahkan tangannya dan muncullah sebuah apel diatas tangannya, diberikannya apel itu ke Jodha
“Bisakah kamu mengatakan padaku apa yang terjadi pada suamiku ? Seorang nenek tua mengatakan padaku kalau kamu akan menolong aku, kamu telah mengirimkan pesan untuk membawa Yang Mulia kesini” Yoginath tersenyum sambi melirik ke arah burung beonya “Burung beoku ini mengatakan segalanya padaku, dia selalu membimbingku di setiap kasus yang aku hadapi” tepat pada saat itu burung beo itu mulai mengeluarkan suaranya “Jangan khawatir, Malika Hind ... Yang Mulia itu mempunyai banyak istri tapi mengapa hanya kamu yang peduli padanya ? Dia itu memang telah berubah”, “Kamu benar, dia berubah dan itu terjadi setelah terjadi sesuatu pada patung Dewa Khrisnaku yang tiba tiba rusak” Yoginath tersenyum “Mereka merusak patung Dewa Khrisna juga ? Aku berusaha untuk menghentikan mereka tapi mereka telah memasuki istana, aku tidak tahu bagaimana dia mulai mengikuti suamimu dan sekarang dia tidak akan meninggalkan suamimu begitu saja dengan mudah”, “Siapa yang kamu maksud ?” tanya Jodha penasaran
“Apakah ada seseorang yang mendatangi istanamu ?”, “Iyaa, dia adikku Leela yang datang ke istana kami” ujar Jodha dengan perasaan bimbang “Kalau begitu dialah yang jadi tersangka” Jodha segera turun dari kursi dan mulai tidak suka dengan ucapan Yoginath “Jangan coba coba menuduh adik sepupuku !”, “Tenang tenang Malika Hind, sepulang kamu dari sini, campurkan cairan ini dalam makanan dan usahakan agar Yang Mulia memakannya, kalau setelah Yang Mulia memakannya kemudian dia muntah maka itu artinya kalau Yang Mulia dibawah pengaruh ilmu hitam, penyihir itu berarti ada didalam istana” ujar Yoginath sambil memberikan sebuah buntalan kecil ke Jodha “Itu bisa jadi dilakukan oleh adik sepupumu, Malika Hind ... jika kamu mencurigai dia maka bawalah salah satu barang miliknya kesini” Jodha tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Yoginath “Aku seharusnya tidak datang kesini” ujar Jodha bimbang, Yoginath hanya tersenyum dan berkata “Aku berharap itu tidak terjadi tapi adikmu bisa diragukan dalam hal ini, hati-hati ... keluargamu bisa dalam bahaya” Jodha tertegun ... Sinopsis Jodha Akbar episode 519 by Sally Diandra