Sinopsis Jodha Akbar episode 517 by Sally Diandra. Jodha masih menemani Aram Bano di kamarnya lalu menyuruh pelayannya untuk membereskan boneka boneka milik Aram Bano yang akan di jual Meena Bazaar besok, para pelayan itupun segera membereskan boneka boneka milik Aram Bano.
Di medan perang, di dalam tenda Salim berkata kepada anak buahnya “Umumkan pada semua orang, siapapun yang bisa memberikan kita petunjuk ke Maharana Pratap, maka dia akan mendapatkan hadiah !” Salim juga meminta pada anak buahnya untuk terus mengintai dan mengawasi di pusat pasar, karena bisa jadi para prajurit Maharana Pratap pasti mendapatkan makanan dari suatu tempat
Sementara itu di tempat persembunyian Maharana Pratap, Pratap berkata pada anak buahnya “Kita akan memaksa Mughal sesegera mungkin !”
Di Agra, Dammu sedang menyiapkan manisan yang dibuat khusus untuk Jalal, Dammu meletakkan manisan / kheer itu di atas sebuah meja kemudian Dammu dan Laboni membacakan sebuah mantra ilmu sihir mereka dan tiba tiba kheer itu berwarna kuning terang seperti emas kemudian perlahan meredup, Laboni dan Dammu sangat senang melihatnya “Laboni, kamu harus membuat Jalal memakan kheer ini, maka dia akan tunduk padamu dan menjadi milikmu selama lamanya” Laboni dan Dammu tertawa terbahak bahak
Keesokan harinya di Meena Bazaar, semua ratu telah siap dengan dagangan mereka di kios kios mereka masing masing yang di hiasi seindah mungkin, saat itu Rukayah sedang berjualan syal, banyak orang yang datang melihat lihat syal yang dijualnya , Hoshiyar menemani Rukayah juga disana, kebetulan Dammu melewati kios Rukayah, Dammu segera mengucapkan mantra mantra sihirnya ke Hoshiyar melalui cincin batu hitam yang di kenakannya, hingga akhirnya Hoshiyar yang tadinya hanya diam saja tidak mengucapkan sesuatu tiba tiba mendatangi para pembeli dan berkata “Kalian tahu ... syal ini palsu, bukan yang asli” Rukayah tercengang melihat tingkah Hoshiyar “Jangan percaya sama dia, nyonya ... dia agak kurang waras” ujar Rukayah membela dirinya sendiri “Aku tidak gila ! Syal ini memang jelek jelek, kalian pergi saja ke kiosnya Ratu Jodha, kalian akan mendapatkan barang barang yang bagus disana” ujar Hoshiyar sambil memprovokasi para pembeli, para pembeli itu akhirnya memutuskan tidak jadi membeli syal yang dijual oleh Rukayah, Rukayah terkejut, ketika Rukayah memohon mereka untuk memilih milih syal mana yang mereka suka, para pembeli itu tidak mau malah pergi begitu saja meninggalkan kios Rukayah, dalam hati Hoshiyar berkata “Waduuuh ,,, aku mati hari ini !” karena sebenarnya Hoshiyar tidak ingin mengatakan hal seperti itu tapi entah mengapa kata kata yang keluar dari mulutnya selalu saja menjelek jelekkan Rukayah majikannya sendiri, sementara itu Rukayah langsung menjerit memanggil nama Hoshiyar dengan lantang “Hooooossshiiyaaarrrrr !!!!!!” teriak Rukayah sambil memukul Hoshiyar dengan syal syal yang dijualnya, sedangkan Dammu hanya tersenyum senang melihatnya.
Sementara itu, di kios Jodha, Jodha dan Aram Bano sedang menjual boneka, rupanya boneka yang di jual oleh Aram Bano dan Jodha suah habis ludes terjual dan saat neneknya datang boneka Aram Bano tinggal dua, Jodha segera memberikan salam pada ibu mertuanya ini. Aram Bano menunjukkan bonekanya ke nenek Hamida “Nenek, boneka ini baru saja menikah, dia sedang menangis karena jauh dari keluarganya, nenek mau kan membelinya ? Kasihan karena dia ini sendirian” ujar Aram Bano dengan gaya celotehannya yang lucu, Hamida, Gulbadan dan kakak perempuan Aram Bano yang bernama Khanum cuma bisa tersenyum melihat tingkah Aram Bano yang lucu dan menggemaskan, Jodha yang berdiri di belakang Aram Bano hanya bisa tersenyum melihat ulah anak bungsunya ini “Baiklah nenek akan membelinya” ujar Hamida “Kalau begitu, nenek juga harus membeli mempelai prianya ini, bagaimana dia bisa hidup tanpa istrinya ?” ujar Aram Bano sambil melirik ke arah Jodha dengan tingkahnya yang lucu, Jodha hanya menyeringai senang melihat putri kecilnya ini “Kamu memang pintar, Aram Bano !” ujar Hamida sambil tersenyum gemas, Gulbadan dan Khanum pun tertawa melihat kepintaran Aram Bano “Ketika kita menjual barang, kita harus pintar, nenek” Hamida terkesan dengan kepintaran dan keluwesan Aram Bano dalam menjual barang dagangannya ”Jodha, Aram Bano ini pintar seperti kamu” Jodha hanya tersenyum mendengar pujian ibu mertuanya, kemudian Hamida memberikan sekantong koin emas dan meninggalkan mereka, sementara itu Aram Bano langsung berbalik ke ibunya dan memeluknya erat, Jodha sangat senang sekali melihat tingkah anak bungsunya ini.
Tak lama kemudian, Jalal dan para prajuritnya memasuki Meena Bazaar, semua istrinya berdoa semoga Jalal mengunjungi kios mereka, dari kiosnya Rukayah berkata pada dirinya sendiri “Jalal, pasti akan mengunjungi kios Ratu Jodha dulu” saat itu Jalal menyalami semua orang yang berjejer menjajakan barang dagangan mereka, sementara itu di ujung sana, terdapat kios Laboni yang sedang berjualan kheer/manisan, Jalal terus berjalan dan tidak mempedulikan kios kios istri tersayangnya, kios Rukayah dan kios Salima dilewati begitu saja, tidak seperti biasanya, Rukayah dan Salima heran, ada apa dengan Jalal, kenapa Jalal sama sekali tidak mampir atau melihat lihat kios milik mereka, bahkan kios Jodha pun hanya dilewati begitu saja, padahal Jodha sudah memberikan salam ke Jalal tapi Jalal melihatnyapun tidak, Jalal terus berjalan ke arah kios Laboni, Jalal seperti terpaku begitu melihat kios Laboni dari jauh, matanya tidak berkedip sama sekali melihat kios Laboni yang saat itu dikunjungi oleh banyak pembeli, dari kejauhan Rukayah dan Salima sangat terkejut begitu melihat Jalal tidak mempedulikan kios Jodha, Jodha sendiri juga nampak bingung dengan sikap Jalal karena tidak biasanya Jalal berbuat seperti ini, Jalal selalu mampir ke kiosnya meskipun hanya sekedar melihat lihat.
Sementara itu, di kios Laboni, Laboni sedang asyik melayani para pembelinya, sementara ibunya Dammu sedang duduk di dalam kios sambil membelai belai boneka jelmaan Jalal yang membuat Jalal tidak mempedulikan kios kios yang lain terutama kios istri istri kesayangannya. Begitu Jalal mendekat ke arah kios Laboni, Dammu memberikan isyarat ke Laboni kalau Jalal telah datang, Laboni segera menyambutnya dengan senyuman lebar lalu menyihir Jalal dengan kedua bola matanya. Jodha yang masih bertahan di kiosnya bersama Aram Bano merasa terluka karena Jalal tidak mempedulikan kiosnya “Aneh sekali, kenapa Yang Mulia tidak singgah ke kiosku ? Ada apa dengannya ?” sementara itu di kios Laboni, Laboni menyapa Jalal dengan senyumannya yang membuat Jalal tidak memalingkan mukanya pada yang lain “Yang Mulia, anda disini rupanya ?”, “Apakah kamu berfikir kalau Sangram Sigh yang akan datang duluan ke kiosmu, Leela ?” ujar Jalal sambil terus menatap ke arah Laboni tanpa berkedip “Tidak, bukan begitu, saya kira anda akan mengunjungi kios istri anda terlebih dahulu” Jalal tersenyum “Aku ingin mengunjungi kiosmu terlebih dulu, semua orang sepertinya menyukai kiosmu ini, aku akan membantumu untuk menjual kheer ini” Laboni tersipu malu sambil menatap Jalal manja “Ini tidak akan cocok untuk anda, Yang Mulia”, “Semua yang ada disini adalah milikku” ujar Jalal sambil mendekat ke arah Laboni, kemudian Dammu menyiapkan kheer khusus untuk Jalal, Laboni segera menawarkan ke Jalal untuk mencicipi kheer tersebut “Anda bisa mencicipi kheer buatan saya ini, Yang Mulia” ujar Laboni sambil menyodorkan kheer itu ke Jalal, tepat pada saat itu Rukayah menghampiri mereka
“Yang Mulia, seperti ritual yang biasa kita lakukan, kamu seharusnya mendatangi kios istri spesialmu terlebih dulu” sela Rukayah yang tidak terima dengan perlakuan Jalal terhadap istri istri yang lain sementara Laboni bukanlah istri Jalal “Aku akan mengunjungi kios istriku kalau aku menginginkannya” ujar Jalal sambil tetap menatap Laboni, Laboni tersenyum senang, sementara Rukayah merasa dipermalukan oleh Jalal didepan banyak orang yang mengunjungi kios Laboni “Leela, aku ingin mencicipi kheer buatanmu itu” ujar Jalal tanpa menggubris Rukayah yang masih berada diantara mereka “Aku telah membuat kheer yang special untukmu, Yang Mulia” ketika Jalal hendak menyuapkan kheer tersebut ke mulutnya tiba tiba Rukayah menghentikannya dan berkata “Kamu tidak bisa memakannya begitu saja, Yang Mulia ... sesuai dengan peraturan juru masak istana harus mencicipinya terlebih dulu, baru setelah itu Yang Mulia bisa memakannya” ujar Rukayah kesal, tepat pada saat itu Jodha menghampiri mereka dan berkata “Ratu Rukayah, dia ini adikku jadi biar saja, tidak apa apa”, “Tidak bisa begitu, Ratu Jodha ! Peraturan tidak bisa dirubah hanya karena kamu, jadi dia seharusnya mengikuti peraturan ini juga sekarang” ujar Rukayah lantang, Laboni teringat pada ucapan Dammu, ibunya “Laboni, kamu seharusnya mencicipi kheer ini dulu kemudian berikan ke Jalal dan tidak boleh ada seorangpun yang mencicipinya karena kalau itu terjadi maka sihirnya tidak akan bekerja” Laboni tersenyum senang “Kalau memang peraturannya seperti itu maka aku akan mencicipinya dulu” ujar Laboni kemudian mengambil sendok dan mulai mencicipinya sesendok “Aku percaya padamu, Leela” ujar Jalal,
Jalal mulai akan mencicipi kheer itu dengan sendok yang lain tapi secara sengaja Rukayah mendorong Jalal ke depan hingga kheer itu terlempar jatuh berserakan, Jalal tidak suka dengan perbuatan Rukayah, dia segera berbalik dan menatap Rukayah garang “Rukayah ! Beraninya kamu menumpahkan kheer itu !”, “Maaf, Jalal ... aku tidak sengaja” ujar Rukayah dengan wajah memelas “Tapi beraninya kamu melakukan itu ! Kamu itu tidak cantik ! Aku menikahi kamu karena janjiku pada ayah, kamu selalu mengganggu yang lain, aku tidak suka melihat wajahmu !” semua yang ada di sana terkejut mendengar ucapan Jalal “Yang Mulia, ini bukan kesalahannya, bagaimana kamu bisa berbicara seperti itu ?” Jodha mencoba melerai, Jalal malah marah ke Jodha dan membelalakkan matanya ke arah Jodha sambil mengacungkan jarinya “Cukup, Ratu Jodha ! Aku telah memberikan padamu posisi yang terpenting lalu kamu bisa berbicara seenaknya padaku !” kembali semua yang ada disana terkejut mendengar ucapan Jalal yang mulai meninggi “Rukayah ! Pergi kamu dari sini, kalau aku mau, aku akan mengunjungi kiosmu !” Rukayah merasa tersinggung dengan ucapan Jalal, Rukayah sedih kemudian meninggalkan mereka semua, Jodha yang merasa iba ke Rukayah mengekor dibelakang Rukayah, sementara Laboni tersenyum sinis.
Rukayah kembali ke kiosnya sambil menangis, Jodha menemani Rukayah mencoba untuk menghiburnya “Ratu Rukayah, jangan menangis, Yang Mulia tidak bermaksud seperti itu” sambil menangis Rukayah berkata “Tapi biasanya Jalal tidak pernah berbicara seperti itu ke aku, Ratu Jodha ... dia tidak pernah menghina aku, aku merasa dia itu seperti orang lain hari ini, sesuatu telah terjadi padanya, sepertinya pikirannya itu dikendalikan oleh orang lain, aku merasa itu bukan Jalal yang berbicara” ujar Rukayah dengan deraian air mata “Mungkin dia hanya bersandiwara, Ratu Rukayah” Jodha mencoba menghibur Rukayah “Tidak, Ratu Jodha ! Sepertinya ada yang tidak beres padanya, ada sesuatu yang aneh di dirinya yang bagiku asing, itu bukan Jalal !”
Sementara itu di kios Laboni, Jalal masih terlena oleh kecantikan Laboni atas ilmu sihirnya dan Dammu kembali memberikan Laboni kheer tersebut yang hendak diberikan untuk Jalal “Leela, sebaiknya kamu cicipi dulu kheer ini” ujar Dammu sambil memberikan isyarat ke Laboni, Laboni mengerti isyarat Dammu sambil tersenyum dan mengambil kheer itu kemudian dia mulai mencicipinya dan diambilnya sendok yang lain lalu diberikan pada Jalal “Silahkan Yang Mulia, saya sudah mencicipinya, sekarang tinggal anda yang mencicipinya” Jalal mengambil sendok itu sambil terus menatapnya dan kemudian mulai mencicipinya, dari kejauhan Rukayah dan Jodha memperhatikan Jalal yang sedang mencicipi kheer.
Ketika Meena Bazaar sudah hampir selesai, seorang nenek tua yang dulu pernah menemui Jodha di depan pintu gerbang istana memaksa menemui Jodha dikawal oleh beberapa prajurit “Ratu Jodha, aku ingin mengatakan sesuatu padamu” ujar nenek tua itu “Maaf Malika Hind, nenek tua ini memaksa ingin bertemu dengan anda, katanya ada hal yang penting yang ingin disampaikannya ke anda” ujar salah satu prajurit yang mengawal si nenek “Iya, tidak apa apa, kalian boleh pergi” para prajurit itupun pergi meninggalkan mereka “Ratu Jodha, Yang Mulia saat ini membutuhkan pertolonganmu, aku tahu anda pasti tidak akan percaya begitu saja dengan ucapan saya tapi pengalaman saya mengatakan kalau sesuatu akan terjadi di istana anda” Jodha merasa nenek ini mengatakan hal yang tidak bisa dipercaya “Kadang kadang kita tidak melihat sesuatu yang kasat mata tapi mereka itu ada, ilmu hitam telah hadir di dunia dari jaman dulu dan bisa menyerang siapa saja, saat ini ilmu hitam sedang mempengaruhi Yang Mulia dan aku tahu siapa yang bisa menolong Yang Mulia”, “Siapa dia ?” Jodha mulai penasaran “Dia adalah seorang penyihir besar namanya Udaynath, dia tinggal di dekat Mandir, jika anda tidak percaya dengan saya maka cobalah cek perilaku Yang Mulia, perilakunya pasti sangat berbeda sekali, tidak seperti biasanya” Jodha tertegun... Sinopsis Jodha Akbar episode 518 by Sally Diandra