Sinopsis Jodha Akbar episode 516 by Sally Diandra. Di istana di Agra, di kamar Laboni, Laboni sedang membalut salah satu jari ibunya, Dammu dengan perban dan berkata “Ibu, kenapa ibu sampai memotong jari ibu sendiri ?” Dammu kemudian menceritakan pada anak semata wayangnya itu bahwa dia telah menggunakan ilmu hitamnya pada Sangram Sigh agar bertekut lutut pada Laboni yaitu dengan cara memotong jarinya, Dammu menceritakan bagaimana dia mengambil sesuatu milik Sangram Sigh ketika Sangram Sigh sedang mandi di kolam pemandian bersama para pelayan, saat itu tidak ada yang menyadari kehadiran Dammu disana, dengan mudahnya Dammu bisa mengambil barang milik Sangram Sigh yang diambilnya dari tumpukan pakaian Sangram Sigh dan segera berlalu dari sana. Laboni sangat terharu ketika mendengar ucapan ibunya “Terima kasih, ibu ... karena ibu telah melakukan semua ini hanya untukku, demi mencapai impianku ibu rela berkorban demi aku” Dammu hanya mengangguk anggukkan kepalanya sambil berkata “Aku harus melakukan hal ini agar kamu bahagia, Laboni ... kalau kamu bahagia maka aku ibumu akan bahagia pula, untuk itu kamu harus berhasil melakukan rencana kita, Laboni” Laboni kembali terharu menatap ibunya, Dammu kemudian berjalan menuju ke arah jendela dilihatnya bulan sudah bulat penuh bulan purnama, Laboni menyusul Dammu mendekati jendela “Lihatlah, Laboni ... saatnya telah tiba, lihat malam bulan purnama, persiapkan semuanya jangan sampai gagal lagi, kesaktian ibu sudah semakin bertambah sekarang, kamu akan segera memiliki Jalal !” Laboni melihat bulan purnama itu pula sambil memilin milin rambutnya yang ikal mayang dan tersenyum sinis kemudian berbalik menuju ke meja riasnya sambil mematutkan dirinya dicermin, Laboni mengambil boneka jelmaan Jalal sambil membelai belai rambut boneka itu dan berkata “Aku tidak akan gagal, ibu ... jangan khawatir, aku akan segera mendapatkannya dan tidak akan melepaskannya, Jalal akan segera menjadi milikku selamanya” ujar Laboni sambil terus membelai belai rambut boneka jelmaan Jalal.
Sementara itu, didalam kamar Jodha, Jalal sedang tidur bersama Jodha, dalam tidurnya Jalal bisa merasakan belaian dirambutnya, Jalalpun mengigau dengan menyebut nyebut nama Jodha, Jalal merasa kalau yang membelai rambutnya adalah Jodha “Ratu Jodha, aku suka sekali ketika kamu menyentuhku” sementara pada saat itu Jodha sedang tertidur lelap disebelahnya, namun tak lama kemudian Jodha terbangun dari tidurnya ketika mendengarkan suara Jalal yang mengigau, kemudian Jodha mendekat ke arah wajah Jalal, memperhatikan wajah suaminya yang sedang tertidur pulas sambil tertawa geli melihat suaminya yang sedang mengigau “Apakah kamu tidak mau menyentuhku lagi, Ratu Jodha ?” Jodha kemudian membelai belai rambut suaminya dengan lembut “Aku suka kalau kamu melakukan hal seperti ini, Ratu Jodha”, “Apakah kamu ingin aku memijat kepalamu ?” tanya Jodha geli “Ya, lakukanlah Ratu Jodha, aku sangat menyukainya, Jodha hanya bisa tersenyum sambil membelai belai rambut suaminya dan menatapnya dengan penuh cinta.
Di kamar Murad, Murad sedang menikmati minum minuman keras seorang diri, tiba tiba Shabbuddin (paman Haidar) datang menghampirinya dan segera menghentikan ulah Murad, Murad sangat marah dan berkata “Seharusnya, Yang Mulia Raja mengirimkan aku untuk membunuh Maharana Pratap di medan perang, sehingga tahta ini akan benar benar menjadi milikku !” ujar Murad lantang “Hanya karena Salim anak tertua maka dia akan menggantikanku !”, Tahta ini diberikan pada yang lebih tua, pangeran ... jika kamu ingin mendapatkan tahtanya, kamu harus membunuh Salim dulu” Shabbuddin mulai meracuni pikiran Murad “Kamu seharusnya mengirimkan beberapa orang khusus untuk membunuh Salim”, “Kamu tidak usah khawatir soal itu, pangeran” ujar Shabbuddin senang karena berhasil menyulut amarah Murad kemudian Shabuddin mengambil gelas yang tadi di ambilnya dari Murad lalu memberikannya kepada Murad seraya berkata “Selamatkan menikmatinya, pangeran ... ini untuk semangat perangmu” Murad segera mengambilnya dan langsung menenggak minuman itu dengan tatapan tajam yang penuh amarah.
Dikamar mandi, Jodha sedang mandi di kamar mandi, kemudian memanggil para pelayannya yang menemaninya disana untuk mengambilkan handuk dan baju gantinya “Pelayan .... tolong ambilkan handuknya” namun tidak ada gerakan dari para pelayannya karena saat itu Jalal masuk ke dalam kamar mandi dan menyuruh para pelayan itu diam dan menyuruhnya pergi meninggalkan mereka berdua “Pelayan, mana handuknya ?” Jodha kembali meminta sambil asyik bermain air tapi tetap saja tidak ada sahutan dari para pelayannya, tepat pada saat itu Jalal mengambil pakaian Jodha yang terletak di sebuah nampan lalu menyembunyikannya di suatu tempat sambil meninggalkan kamar mandi, sementara itu Jodha merasa geram setelah berulang kali memanggil pelayannya dan tidak ada jawaban apapun dari mereka, Jodha kemudian berbalik ke arah belakang “Pelayan !” ujar Jodha lantang “Kemana perginya mereka ?” Jodha merasa bingung karena tiba tiba para pelayannya menghilang begitu saja dan tinggal dirinya sendirian disana, Jodha mulai kebingungan karena dilihatnya pakaian gantinya pun tidak ada, rasanya tidak mungkin keluar dari kamar mandi menuju ke kamarnya dengan berbasah basahan seperti itu “Pelayan !” kembali Jodha memanggil pelayannya tapi yang keluar dari pintu kamar mandi bukannya pelayannya melainkan Jalal yang datang sambil membawa nampan berisi pakaian “Yang Mulia kamu disini ?” ujar Jodha sambil bergeser mundur dan menutupi tubuhnya dengan tangannya merasa malu dilihat Jalal dalam keadaan basah seperti itu, Jalal hanya tersenyum sambil mendekati Jodha dengan nampan berisi pakaian “Malika Hind, anda memerlukan ini ?” Jalal mulai menggoda Jodha sambil menunjukkan nampan berisi pakaian itu ke Jodha. Jodha baru menyadari kalau semua ini ulah Jalal yang menyebabkan para pelayannya pergi begitu saja “Yang Mulia, sini berikan pakaianku”, “Kalau kamu mau, ayoo sini, mendekat padaku dan ambil sendiri pakaianmu” goda Jalal sambil menjauhkan nampan berisi pakaian itu dari Jodha sementara Jodha mengulurkan tangannya untuk meminta pakaian itu, namun Jalal terus menggoda, Jodha mulai kesal dan cemberut karena dikerjai Jalal terus menerus, melihat istrinya mulai cemberut akhirnya Jalal menyerah “Baiklah, kalau kamu malu berjalan ke arahku dengan keadaan seperti itu, ini aku taruh pakaianmu disini, kamu bisa mengambilnya sendiri” Jalal akhirnya menaruh nampan tersebut diatas meja yang agak jauh dari jangkauan Jodha kemudian bergegas meninggalkannya, Jodha segera keluar dari kamar mandi dan mengambil pakaiannya.
Setelah selesai berganti baju, Jodha kembali mengeringkan rambutnya dengan handuk, saat itu Jalal sudah masuk kembali ke kamar mandi sambil merangkul bahu Jodha dari belakang dan berkata “Kamu sudah selesai ? Rupanya kamu berhasil mengambil pakaianmu ya” Jodha yang merasa kesal karena dikerjai oleh Jalal, segera menghempaskan handuknya kebawah “Kamu marah padaku ? Memangnya apa yang telah aku lakukan ?” ujar Jalal tanpa rasa bersalah “Kamu selalu hanya memikirkan kesenanganmu saja”, “Baiklah, kalau aku salah, apa salahku, Ratu Jodha ?” sekilas Jodha melirik ke arah Jalal “Kamu selalu membuatku kesal, aku akan ...” tiba tiba Jalal menutup mulut Jodha dengan tangannya “Jangan katakan apapun, Ratu Jodha ... aku tidak akan mampu menghadapinya kalau kamu marah padaku” Jodha hanya tersenyum geli melihat ulah suaminya itu “Aku tidak mungkin marah padamu, Yang Mulia ... karena aku ... “ sesaat Jodha mengehentikan ucapannya sambil tersipu malu malu melihat ke arah Jalal “Ya ... karena apa ? Ayoo katakanlah” Jalal mulai penasaran dengan ucapan Jodha “Karena .... I love you” ujar Jodha malu malu, Jalal menyeringai senang mendengar ucapan Jodha, Jodha langsung merebahkan kepalanya di dada Jalal, Jalalpun menyambut Jodha mesra dan memeluknya erat, Jodha menengadahkan kepalanya melirik ke arah suaminya manja kemudian merebahkan lagi kepalanya didada suaminya tercinta, lalu mengangkat lagi, Jalal kemudian mengajak Jodha keluar dari kamar mandi sambil memegang tangannya mesra.
Sementara itu dikamar Laboni, Sangram Sigh mencari Laboni dikamarnya “Leela ... Leela ... Leela” Sangram Sigh mencoba memanggil manggil nama Laboni, tidak ada sahutan dari si empunya kamar, kamar itu nampak sepi, gelap dan misterius dengan angin sepoi sepoi yang membuat tirai di kamar Laboni terbang ke sana kemari, tak lama kemudian Laboni muncul dari salah satu sudut kamarnya, Sangram Sigh segera mendekatinya, Sangram Sigh menatap Laboni dengan pandangan yang aneh, Laboni mendekatkan wajahnya ke wajah Sangram Sigh yang telah bertekuk lutut dihadapannya dan menatapnya tajam seraya berkata “Lihat aku baik baik, Sangram Sigh ! Aku ini bukan Leela tapi aku adalah majikanmu dan kamu adalah hewan peliharaanku dan kamu akan menuruti semua perintahku !” ujar Laboni sambil membelai wajah Sangram, Sangram Sigh tidak berkata apa apa, pandangannya kosong akibat ilmu sihir Laboni, tiba tiba tangannya di angkat seperti tangan seekor anjing dan menyalak layaknya anjing, Laboni tertawa senang mendengarnya.
Sementara itu di rumah Pandit Balinat, ketika Pandit sedang bermeditasi, Pandit Balinat terkejut ketika ada seekor burung beo yang hinggap di jendelanya, tak lama kemudian Pandit memanggil pelayannya “Pelayan !” sang pelayanpun datang “Burung beo siapa itu ? Coba usir dia !” sang pelayanpun mengusir burung beo, burung beo itu segera terbang lagi, tak berapa lama kemudian laki laki kucel dengan pakaian hitam dan rambut kusutnya memasuki rumah Pandit Balinat bersama si burung beo tadi “Burung beoku ini selalu hinggap di tempat dimana aku harus berada” Pandit Balinat langsung mengenali orang itu dan menyapanya “Jogi Abhay Naat !”, “Burung beoku ini bisa mengatakan masa depanmu” ujar laki laki yang bernama Jogi ini “Lalu mengapa kamu bersembunyi selama bertahun tahun, aku ingin kamu bertemu dengan Yang Mulia Raja Jalal” ujar Pandit senang “Dia akan menemui aku” ujar Jogi optimistis “Aku tahu kalau kamu itu Jogi yang terkenal tapi kamu seharusnya bertemu dengan Yang Mulia Raja Jalalludin, dia pasti akan senang sekali bertemu denganmu” Jodgi hanya tersenyum dan berkata “Menurut Jotak, burung beoku ini, Yang Mulia Raja Jalal akan menemui aku segera” ujarnya lalu berdiri dan melangkah menuju pintu “Sesegara mungkin dia akan menemui aku !”, “Apa yang kamu lihat pada masa depan Yang Mulia ?”, “Dia telah memenangkan peperangan dan menghadapi berbagai macam permasalahan akan tetapi saat ini dia membutuhkan ilmu sihir untu berperang melawan kejahatan ! Dan hal ini hanya bisa dilakukan dengan ilmu hitam” Pandit Balinat terkejut “Apa ? Ilmu hitam ? Dia bisa bertarung dengan apapun karena Tuhan selalu bersamanya” Jogi hanya tersenyum dan berkata “Secepatnya dia pasti akan menemui aku ketika dia membutuhkan aku !” ujar Jodgi sambil berlalu dari sana, Pandit Balinat merasa penasaran dengan ucapan Jogi “Apa maksud dari ucapannya barusan ?”
Sementara itu disuatu tempat tampak ada seorang laki laki yang sedang menyelimuti patung Dewa Khrisna “Aku merasa seseorang telah meletakkan patung ini disini”
Di dalam istana, di Hareem, semua istri Jalal sedang berkumpul disana bersama Hamida di sebuah ruangan, Jalal memang sengaja mengumpulkan istrinya disana “Ibu, apakah ibu tahu mengapa Yang Mulia memanggil kita semua kesini ?” Salima mulai penasaran dengan rencana Jalal “Ibu sendiri tidak mengerti, tapi Ini pasti ada sesuatu yang penting, Salima” tak berapa lama kemudian Jalal memasuki ruangan itu diikuti oleh Jodha yang berjalan dibelakangnya “Aku memang ingin mengumumkan sesuatu, rasanya sudah lama sekali kita tidak mengadakan Meena Bazaar jadi dalam waktu dekat ini, aku ingin kita mengadakannya lagi” semua ratu menyeringai senang menyambut rencana Jalal, tiba tiba Laboni datang dan bertanya “Meena Bazaar ? Apa itu, kak ?” Jodha mencoba menjelaskan pada Laboni “Leela, Meena Bazaar adalah ajang para ratu menjual dagangannya di kios mereka masing masing sesuai dengan pilihan mereka” Laboni tersenyum senang “Aku sangat senang sekali kalau aku bisa ikut berpartisipasi didalamnya”, “Tapi biasanya yang selalu menang dalam Meena Bazaar itu adalah Ratu Jodha” ujar Rukayah sambil melirik ke arah Jodha, Jodha tersipu malu mendengarnya, sementara Laboni tersenyum sinis sambil berkata dalam hati “Kali ini aku yang akan memenangkannya !”
Dikamar Aram Bano, Aram Bano sedang duduk di atas ranjangnya bersama boneka boneka koleksinya ditemani oleh salah seorang pelayan yang setia menemani dirinya, tidak lama kemudian Jodha menemui Aram Bano “Aram Bano, apa yang sedang kamu lakukan, sayang ?” ujar Jodha sambil ikut duduk diatas ranjang “Aku sedang bersiap siap untuk ikutan Meena Bazaar, bu ... kali ini aku akan mengalahkan ibu di Meena Bazaar”, “Kali ini ibu akan menemani kamu berjualan di Meena Bazaar” ujar Jodha sambil tersenyum “Tidak, ibu ! Aku kan sudah bilang tadi kalau aku akan mengalahkan ibu di Meena Bazaar” ujar Aram Bano dengan mimik lucunya “Baiklah, sayang ... Ibu tau kalau kamu akan menjual boneka boneka ini kan di Meena Bazaar ? Tapi ngomong ngomong dimana boneka yang diberikan oleh Leela ? Apakah kamu merusaknya ?”, “Tidak ! Tidak pernah, aku tidak pernah merusak boneka manapun, bonekaku masih baik baik saja, ibu” Jodha kaget dan teringat ketika dulu Laboni mengatakan padanya kalau manik manik yang Jodha temukan di kamar Jalal itu pasti dari manik manik yang ada di boneka Aram Bano, dalam hati Jodha bertanya tanya “Kalau begitu kenapa manik manik kerang itu bisa ada di kamar Yang Mulia kalau ternyata itu bukan dari boneka Aram Bano ?” .. Sinopsis Jodha Akbar episode 517 by Sally Diandra.