Sinopsis Jodha Akbar episode 511 by Sally Diandra. Jalal terpesona dengan kecantikan Jodha yang mengenakan gaun pesta warna pink pemberian Ratu Inggris dengan rambut panjangnya yang terurai , Jodha tersipu malu ketika Jalal memperhatikannya dari atas hingga bawah, dari ujung rambut hingga ujung kaki “Sekarang kamu sudah melihat aku mengenakan gaun ini, aku akan ganti pakaian saja” Jodha merasa canggung dengan gaun tersebut yang baru pertama kali dipakainya “Sekarang lengkaplah semua alasan untuk apa kamu mengenakan gaun ini, ayoo kita berdansa seperti yang orang Inggris itu katakan” Jalal mencoba membujuk Jodha “Aku tidak bisa melakukan hal ini, Yang Mulia” ujar Jodha sambil hendak berlalu meninggalkan Jalal, Jalal segera menyambar tangan Jodha, menahannya agar tidak meninggalkan Jalal, kemudian Jalal menarik Jodha agar mendekat kearahnya, mereka berdua saling memandang satu sama lain sangat dekat. Jalal meminta Jodha untuk meletakkan tangan kanan Jodha di atas tangannya, kemudian menaruh tangan kiri Jodha dibahunya dan tangan Jalal memeluk pinggang Jodha, Jodha kaget dan mundur kebelakang kemudian mereka berdua saling tertawa melihat kekonyolan mereka berdua, Jalal kembali menaruh tangan kanan Jodha diatas tangannya, tangan kiri diatas bahunya dan tangan Jalal melingkar dipinggang Jodha, ketika hendak berdansa tanpa sengaja kaki Jalal menginjak gaun pesta Jodha, Jodha kaget dan merekapun kembali tertawa, setelah diulangi kembali, akhirnya mereka berhasil berdansa bersama sama, lagu Meri Dhahkan tum ho mulai terdengar, Jalal dan Jodha melangkah maju mundur maju mundur lalu Jalal meminta Jodha berputar putar, mereka melakukan dansa seperti layaknya orang Inggris. Hingga akhirnya Jodha berputar dan menjatuhkan dirinya ditangan Jalal, kedua bola mata mereka berdua saling berpandang pandangan satu sama lain dengan penuh cinta dan senyum yang mengembang.
Tepat pada saat itu, dikamarnya Laboni kembali melakukan ilmu sihirnya dengan manik manik yang berupa kerang yang dimasukkan kedalam matanya sehingga Laboni bisa melihat apa yang dilihat oleh Jalal saat ini. Jalal mulai gelisah ketika manik manik kerang yang ada dikamarnya menyala merah, Jalal mulai terpengaruh ilmu sihir Laboni, sambil menatap Jodha yang masih menengadah ditangannya, Jalal berkata “Kamu itu perempuan murahan, apakah kamu tidak malu menggunakan gaun seperti ini ?” ujar Jalal tanpa sadar dan menghempas Jodha ke lantai, Jodha terjatuh terduduk dengan perasaan yang bingung “Yang Mulia, ada apa dengan kamu ini ?” tiba tiba Jalal naik keatas tempat tidur dan membaringkan tubuhnya disana dan berkata “Aku tidak tahu, aku hanya ingin istirahat saja” Jodha menghampiri Jalal dan duduk ditepi ranjang namun tanpa sengaja kakinya menyentuh manik manik kerang yang diletakkan Laboni disana, Jodha kaget kemudian diambilnya manik manik kerang itu “Manik manik apa ini ? Kok aneh sekali bentuknya” Jodha merasa heran. Sementara di kamar Laboni, gara gara Jodha menyentuh manik manik kerang itu, ilmu sihir Labonipun berakhir, mata Laboni terasa sakit sekali dan diambil manik manik kerang dari matanya, Dammu yang berada di ruang rahasia juga merasa heran karena tiba tiba api menyembur keatas hingga membakar telapak tangannya “Apa yang terjadi ini ?” Laboni masuk ke dalam ruang rahasia menemui ibunya “Laboni, sepertinya ada seseorang yang mengambil manik manik kerang itu, jika kita tidak segera mengambilnya maka sihir kita akan berbalik pada kita, cepat ambil !” Laboni segera berlari ke luar ruang rahasia untuk mengambil manik manik kerang tersebut.
Sementara itu dikamar Rukayah, Rukayah memanggil manggil Hoshiyar agar segera menemuinya dikamarnya, Hoshiyar sangat ketakutan, dirinya takut salah omong seperti kemarin ketika secara tiba tiba mulutnya tidak bisa dikendalikannya sendiri, terang terangan Hoshiyar menghina Rukayah, tepat pada saat itu Dammu sedang lewat didepan kamar Rukayah, begitu melihat Hoshiyar ketakutan, Dammu mencoba mengintip ke dalam kamar Rukayah, Dammu ingin melihat bagaimana kalau Hoshiyar berkata kasar lagi ke Rukayah “Hoshiyar, tolong pilihkan baju untukku, kira kira menurutmu bagus yang mana ? Yang hijau ? Putih atau kuning ?” tanya Rukayah sambil bercermin didepan cermin sambil menaruh kain kain itu dibahunya dibantu oleh Hoshiyar yang awalnya tidak memberikan pendapatnya, namun ketika Hoshiyar buka suara “Yang putih ini seperti rambutmu yang putih, Yang Mulia Ratu sementara kalau anda mengenakan yang kuning, itu akan terlihat gelap, apapun yang kamu kenakan akan kelihatan tidak bagus ! Karena kamu itu seperti seekeor burung gagak yang hanya diingat dengan warna hitam saja !” Rukayah tidak suka dengan ucapan Hoshiyar, Rukayah segera memukuli Hoshiyar “Beraninya kamu ! Beraninya kamu mengata ngatai aku, Hoshiyar !” ujar Rukayah geram, Dammu yang melihat tingkah mereka tersenyum senang kemudian berlalu dari sana.
Dikamar Jodha, Jodha menunjukkan manik manik kerang yang ditemukannya di kamar Jalal kepada Moti “Aku tidak tahu bagaimana caranya manik manik kerang ini bisa sampai ada di kamar Yang Mulia, coba kamu lihat manik manik ini sungguh sangat aneh” saat itu Laboni sudah ada didepan pintu kamar Jodha dan melihat Jodha sedang memegang manik manik kerang itu “Jodha ! Jodha ! Jodha ! Kenapa dia selalu saja menggagalkan rencanaku !” ujar Laboni geram kemudian memasuki kamar Jodha dengan ekspresi riangnya “Kak Jodha, apa itu yang ditanganmu ?”, “Ini aku mendapatkannya di kamar Yang Mulia”, “Oooh manik manik ini kan yang menempel di boneka yang dimainkan Aram Bano kemarin” Laboni berusaha membuat Jodha agar tidak curiga “Oh iyaa, kalau begitu pasangkan kembali ke bonekanya, Moti” ujar Jodha sambil menyerahkan manik manik kerang itu ke Moti “Sini, kak ... biar aku saja, biar aku yang menjahitkannya kembali ke boneka itu, berikan saja padaku, kak” Jodha pun menuruti permintaan Laboni dan menyerahkan manik manik kerang itu ke Laboni, Laboni merasa lega dan segera berlalu dari sana.
Dihalaman istana, Salim sedang memberikan motivasi pada pasukannya yang akan berangkat perang melawan Maharana Pratap, semua pasukannya mendengarkan ucapan Salim, sementara itu ditempat peralatan perang ada salah seorang prajurit yang memperhatikan Salim secara diam diam sambil pura pura mengasah pedang, begitu Salim sudah selesai memberikan motivasinya, prajurit tadi segera mencuci tangannya, dari kejauhan Salim merasa ada yang aneh pada prajurit yang sedang mencuci tangan itu, benar saja ketika prajurit itu hendak menaiki kudanya, Salim segera lari dan memegang tali kuda prajurit itu “Turun kamu !” bentak Salim, secepat kilat Salim langsung bisa membekuk prajurit tersebut yang ternyata adalah mata mata Maharana Pratap.
Jodha menemui Jalal dikamarnya, Jalal sedang sakit “Lebih baik kamu istirahat saja, Yang Mulia ... kamu kelihatan kurang sehat, ayoo minumlah obat ini” Jalal mengelak “Aku tidak mau minum obat, asal kamu tahu saja ... apapun yang kamu kenakan, kamu tetap terlihat cantik, Ratu Jodha” Jodha hanya tersenyum dipuji oleh Jalal “Trikmu ini tidak akan berhasil, Yang Mulia ... sekarang lebih baik kamu segera menelan obat ini dan beristirahatlah” ujar Jodha sambil memencet hidung Jalal dan meminumkan obat itu ke mulut Jalal, Jalal hanya bisa pasrah dipaksa Jodha meminum obat “Obat ini sangat pahit, Ratu Jodha” Jodha kembali tersenyum “Aku kira kalau kamu selalu menyukai semua yang berasal dari tanganku” goda Jodha “Iya aku memang menyukai kamu, kamu kelihatan sangat cantik dengan gaun pesta dari Ratu Inggris itu, aku hanya ingin kamu mengenakannya kembali pada saat pesta nanti” Jalal mulai menggoda Jodha “Kamu mulai nakal lagi, Yang Mulia” tepat pada saat itu salah seorang pelayan mereka mengabarkan bahwa ada seorang mata mata dari Mewar yang tertangkap.
Diruang sidang Dewan - E - Khaas, mata mata yang bernama Tej dihadapkan di depan Jalal di ruang sidang “Yang Mulia, dia ini mata mata Maharana Pratap, dia menyelinap ke istana kita” ujar Salim “Kamu adalah musuh kami dan kami tidak akan membiarkan kamu tapi jika kamu bekerja sama dengan kami maka aku akan membebaskan kamu” Jalal mulai angkat bicara “Anda ingin menangkap Raja kami, Maharana Pratap kan ? Kamu tidak akan bisa menangkapnya !” Tej mulai mengejek Jalal “Aku akan memberikan kamu tempat di istana ini”, “Aku tidak setia !” ujar Tej lantang “Jika kamu ingin selamat maka ceritakan pada kami tentang Pratap” Tej tersenyum sinis begitu mendengar ucapan Birbal “Aku adalah Rajvanshi sejati yang sangat mencintai tanahnya, aku tidak akan pernah dapat mengkhianati tanahku sendiri, Yang Mulia Raja Jalal telah membunuh banyak wanita dan anak anak ketika dia menyerang Mewar dulu, jadi sekarang saatnya aku akan membalas dendam !”
Ditempat Maharana Pratap, Pratap sudah tahu kalau mata matanya tertangkap Jalal “Baiklah, Tej ... kamu mempunyai dua pilihan, yang pertama kamu ceritakan saja tentang keberadaan Pratap dan mendapat tempat di istanaku atau kamu memilih dipenggal sekarang juga !” ujar Jalal. Kembali di tempat Maharana Pratap, “Yang Mulia, lebih baik kamu meninggalkan istana ini karena bisa saja Tej mengatakan di mana keberadaanmu saat ini” ujar salah satu menteri Pratap
Diistana kerajaan Mughal di Agra, Jalal berkata pada Tej “Kamu memang hebat, Tej ! Aku suka dengan semangatmu ! Prajurit lepaskanlah saja dia !” Tej terperangah “Yang Mulia, anda ingin melepaskan saya ? Maka saya tidak akan bisa pergi ke Pratap karena anda pasti akan mengikuti saya jadi lebih baik saya bunuh diri saja !” ujar Tej sambil secepat kilat mengambil racun yang telah dibawanya sedari tadi dan segera menelannya secepat mungkin hingga tewas. Jalal kaget dan berusaha menghentikan usaha Tej yang hendak meminum racun namun usahanya sia sia karena Tej telah menelannya dan mati “Birbal, dia mungkin musuhku tapi dia sangat setia dengan Rajanya, berikan pemakaman yang terbaik dengan penuh rasa hormat padanya” perintah Jalal, jenazah Tej segera dibawa dari sana “Salim, lalu bagaimana dengan persiapan perangnya ?”, “Kami sudah siap, Yang Mulia” ujar Salim mantap “Kalau begitu pergilah berperang besok ! Pratap seharusnya tidak melarikan diri” ujar Jalal sambil terbatuk batuk, Jalal nampak sakit dan letih, Salim sangat khawatir dengan keadaan ayahnya dan segera mengambil air putih lalu diberikannya ke Jalal “Ada apa, Yang Mulia ? anda kelihatan kurang sehat” Jalal hanya tersenyum setelah meminum air putih “Aku tidak apa apa, aku baik baik saja, aku tidak kelelahan” ujar Salim sambil memandangi ayahnya penuh rasa khawatir “Tapi anda nampak lelah”, “Aku mempunyai anak yang kuat seperti kamu, aku yakin kamu akan membawa Pratap hidup atau mati di hadapanku !” ujar Jalal bangga.. Sinopsis Jodha Akbar episode 512 by Sally Diandra.