Sinopsis Jodha Akbar episode 491 by Sally Diandra. Dikamar Rukayah, Rukayah menangis diatas tempat tidurnya sambil tidur telungkup, Hoshiyar menemuinya sambil bertanya “Mengapa kamu mendukung Ratu Jodha, Yang Mulia Ratu ... ibu ratu Hamida sangat marah padamu, lebih baik kamu berhati hati lagi lain waktu” Hoshiyar merasa prihatin dengan keadaan Rukayah namun tiba tiba Rukayah tertawa terbahak bahak “Hoshiyar, hoshiyar, hoshiyar kapan sih kamu bisa mengerti bahwa aku ini tidak pernah menyia nyiakan airmataku, ini adalah rencanaku, aku mendukung Ratu Jodha agar dia berfikir bahwa aku ada bersamanya sebagai pendukungnya tapi dilain sisi dia harus menghadapi kemurkaan ibu sekarang aku akan memperlebar permusuhan mereka, aku akan membuat mereka saling menjauh dan Ratu Jodha tidak akan bisa mengakhiri kesenjangan diantara dirinya dan ibu selamanya lamanya dan satu per satu aku akan membuat semua orang menjauh dari Ratu Jodha maka dia akan diusir dari istana ini !” Rukayah tertawa terbahak bahak membayangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada Jodha.
Sementara malam harinya di area medan perang, Salim sedang mengasah pedangnya, Salim teringat ketika Jalal mengatakan bahwa dirinya akan merasakan apa itu jatuh cinta dan akan menggunakan bahasa khusus yang digunakan Jodha ke Jalal “Bagaimana caranya mengatakan pada Yang Mulia kalau aku juga sedang jatuh cinta, kamu sungguh beruntung Yang Mulia karena kamu mendapat surat dari kekasihmu tapi aku tidak mendapatkan apa apa” Salim kembali teringat ketika Anarkali mengatakan padanya “Kalau kamu kangen sama aku maka bakarlah dedaunan maka kamu akan merasakan kehadiranku”, “Aku akan selalu merindukanmu setiap menit tapi apakah kamu juga akan merindukan aku ?” Salim teringat pertemuannya yang terakhir bersama Anarkali sebelum pergi berperang “Angin yang berhembus pergilah dan katakanlah pada Anarkali bahwa aku sangat merindukannya setiap detik, dia memang jauh dari aku tapi dekat dihati” sementara itu di Agra, Anarkali juga sedang membakar dedauan didepan rumahnya “Aku tidak pernah bisa mengatakan bahwa aku sangat mencintai Salim, cintamu ada dalam takdirku tapi kamu bukanlah takdirku” Anarkali sedih menyadari kenyataan dirinya dan Salim yang tidak mungkin akan bersatu.
Keesokan harinya Jalal dan pasukannya berhadapan dengan pasukan musuh di medang pertempuran, Jalal berkata pada panglima pasukan musuhnya “Tanggalkan senjata kalian dan beralihlah mendukung kami untuk melawan Iran !”, “Apakah kamu takut pada kami, Raja Jalal ?” Jalal menyeringai sinis “Aku akan menunjukkan kekuatan kesultanan Mughal !” kemudian Jalal memberikan semangat pada pasukannya “Perang ini bukan untuk sebuah daerah tapi untuk harga diri kita ! Untuk kebebasan kita dari berbicara ! Kebebasan dari menganut sebuah agama ! Juga untuk kebebasan dari berfikir !” pasukan Jalal telah siap untuk berperang “Seraaaaangggggg !!!!” kedua pasukan tersebut akhirnya saling menyerang satu sama lain.
Diistana kerajaan Mughal, Jodha sedang berdoa pada dewa Krisna di depan kuil dewa Krisna dikamarnya “Kahnaa ... Lindungilah seluruh anggota keluargaku yang sedang berperang saat ini, perang ini adalah perang antara kebaikan dan keburukan, seperti di kisah Mahabharata ketika kamu menunjukkan ke Arjuna, maka dengan cara yang sama yang saat ini Yang Mulia tunjukkan ke anak anaknya” tiba tiba saja angin bertiup kencang, api Diya yang didepan kuil dewa Khrisna sedikit meredup dan hampir saja mati, Jodha mencoba untuk melindungi api Diya tersebut dengan kedua jemarinya “Motiiii ! Tolong tutup jendelanya” Motipun segera berlari menutup jendela kamar Jodha.
Sementara itu dikamar Hamida, Gulbadan menemui kakak iparnya dikamarnya “Badai sepertinya segera datang, kak”, “Aku punya perasaan yang tidak enak, sesuatu yang buruk pasti akan terjadi” kemudian Hamida berdoa pada Tuhan untuk melindungi anak dan cucu cucunya.
Dimedan pertempuran perang masih terus berlangsung, Jalal, Maan Sigh, Murad, Salim, Rahim, Danial dan Qutub semuanya bertarung dengan gagah berani “Yang Mulia, pasukan musuh sepertinya lebih kuat dari pada pasukan kita” Rahim mencoba mengajak Jalal berbicara “Tapi moral kita lebih tinggi, Rahim !” tiba tiba salah satu musuh mereka menyerang Salim tapi untungnya Murad melindunginya, Salim sangat berterima kasih ke Murad “Dulu kamu juga telah melindungi aku ketika kita berperang, sekarang aku melakukan hal yang sama, sekarang sudah impas !” dari kejauhan Jalal melihat Salim dan Murad yang saling melindungi merasa senang dan tersenyum lebar “Maan Sigh, lihat ... misiku membawa anak anakku kesini untuk berperang akhirnya berhasil juga, mereka saling melindungi satu sama lain” ujar Jalal bangga.
Kembali ke istana Agra, Hamida menemui utusan dari negara Iran “Apakah perang ini bisa dihentikan ? Dengan cara apa ?” Hamida merasa khawatir dengan perang yang dilakukan oleh Jalal kali ini “Ibu ratu Hamida, kalau saja Ratu Jodha mau mengubah agamanya maka perang ini akan segera berakhir tapi saat ini Raja Jalal telah mengumumkan perang maka kami dari negara Iran harus segera memberikan jawabannya”, “Banyak orang akan terbunuh dimedan pertempuran, sebuah hubungan juga akan retak, aku memang tidak bisa menghentikan anakku Jalal” Hamida sangat sedih meratapi nasib negaranya “Apakah anda tidak bisa meminta ratu Jodha untuk mengubah agamanya ?”, “Jika aku bisa mengubah Jodha untuk berpindah agama, apakah perang ini akan segera berhenti ?” utusan Iran itu tersenyum senang “Jika Ratu Jodha mau menerima Islam sebagai agamanya maka kami akan melakukan hal yang terbaik semaksimal mungkin untuk menghentikan perang ini” Hamida mencoba merenungi ucapan para utusan Iran tersebut.
Diistana, Todar dan Birbal sedang berada salah satu ruangan sambil membahas tentang pertemuan Hamida dan para utusan Iran “Apakah kita seharusnya mengatakan hal ini pada Ratu Jodha ?”, “Jika Yang Mulia tidak ada disini maka Ratu Jodhalah yang harus diberi tahu, Todar” tak lama kemudian Jodha menemui mereka “Ada masalah apa ?”, “Ratu Jodha, kesultanan Mughal sedang dalam masalah, ibu ratu Hamida telah menemui para utusan Iran, mereka itu adalah musuh kita dan jika ibu ratu Hamida menceritakan semuanya ke mereka maka itu akan menjadi masalah bagi kita, Ratu Jodha“ Birbal menginformasikan kedatangan para utusan Iran ke Jodha “Dan hal ini juga melanggar peraturan, ibu ratu Hamida telah menulis sebuah surat untuk Raja Iran juga, ini dia suratnya, bacalah” Birbal memberikan surat itu ke Jodha, Jodha mulai membacanya “Aku sangat sedih ketika Jalal harus pergi berperang melawan anda, hubungan kita ini sangat kuat, aku ingin perang ini berhenti” begitu isi surat Hamida “Masalah ini sangat serius” ujar Jodha “Anda harus bisa menghentikannya, Ratu Jodha”, “Bagaimana caranya ?” kemudian Birbal memberikan beberapa rencana secara rahasia pada Jodha.
Jodha sedang berada dikamarnya, dirinya sudah bersiap hendak menemui Hamida “Bagaimana caranya bertanya pada ibu, ibu sudah sangat kesal denganku dan dia adalah Mariam Makani, sedangkan bertanya padanya pasti akan menghina dirinya tapi Yang Mulia telah memberikan tanggung jawab kesultanan ini padaku, aku harus mengatakan pada ibu bahwa apa yang dilakukannya ini adalah salah ! Yang Mulia saat ini sedang berperang melawan mereka dan saat ini Yang Mulia sedang berkonsentrasi pada hal tersebut, aku harus mengatakan pada ibu !” Jodha bertekad untuk menegur ibu mertuanya.
Jodha menemui Hamida dikamarnya “Ibu apakah ibu menemui para utusan dari negara Iran ?”, “Kamu akan mendapatkan jawabannya tapi tidak sekarang, aku akan menjawab pertanyaanmu di sidang nanti didepan semua orang !” Jodha terkejut mendengar ucapan ibunya. “Ibu, pembicaraan ini hanya antara ibu dan aku saja” Jodha meminta pengertian ibu mertuanya “Pembicaraan kita telah berakhir di mesjid pada malam itu, sekarang kita akan berbicara sebagai Mariam Makani dan Mariam Uz Zamani saja, aku akan menjawab pertanyaanmu di depan semua menteri kesultanan Mughal yang tersisa, kebanyakan dari mereka pasti akan berfikir bahwa aku tidak loyal pada kesultanan Mughal” ujar Hamida ketus, kemudian menyuruh pelayannya untuk memberitahukan pada seluruh menteri untuk berkumpul di sidang karena Mariam Makani akan menjawab pertanyaan Malika Hind “Ibu, aku mohon jangan lakukan ini”, “Jalal, tidak pernah menanyakan apapun padaku, jika Ratu India bertanya padaku maka aku akan menjawabnya hanya disidang Dewan - E - Khaas saja !” Sinopsis Jodha Akbar episode 492 by Sally Diandra.