loading...

Sinopsis Jodha Akbar episode 492 by Sally Diandra

Sinopsis Jodha Akbar episode 492 by Sally Diandra. Malam hari dimedan pertempuran, para kstaria Mughal sedang berada didalam tenda mereka “Salim, perang ini akan segera berakhir” ujar Murad “Ini adalah perang kamu yang pertama kali tapi caramu bertarung sangat hebat !” Salim memuji adiknya tulus “Terima kasih untuk pujianmu” tepat pada saat itu salah satu prajurit menemui mereka “Pangeran, panglima perang musuh telah kami tahan, dia akan kami hadirkan kehadapan Yang Mulia Raja” Murad dan Salim sangat bahagia mendengarnya, mereka berdua saling mengucapkan selamat satu sama lain. Maan Sigh menginformasikan ke Jalal “Yang Mulia, kita telah menang dalam berperang, panglima perang musuh negara Badksha telah kami penjara” tak lama kemudian panglima perang Badksha dihadapkan ke depan Jalal dan menyuruh para prajuritnya untuk meninggalkan mereka “Apakah kamu masih takut dengan aku, Jalal ? meskipun setelah kamu memenangkan perang ini” panglima perang Badksha mencoba mengejek Jalal “Jika aku takut sama kamu maka aku akan membunuh kamu” ujar Jalal sambil menaruh tangannya dibahu sang panglima dan berkata “Aku ingin kamu mendengarkan ucapanku, aku tidak menginginkan tanahmu, aku hanya ingin kamu mendukungku diperang melawan Iran nanti”, “Jika aku tidak mau, bagaimana ?” Jalal tersenyum sinis dan kembali berkata “Semua orang tahu bahwa aku ini orangnya suka damai tapi jika kehendakku tidak diikuti maka aku akan menjadi orang yang paling berbahaya” Jalal kemudian mencengkram bahu si panglima dengan keras dan melepaskannya perlahan kemudian kembali ketempat duduknya dan berkata “Aku harap keputusanmu ini untuk mendukung bangsamu sendiri dan untuk kehidupanmu juga” ujar Jalal sambil tersenyum

JA logo 100Sementara itu diistana Mughal di Agra, Jodha sedang bediri di depan timbangan keadilan, Jodha sedang merenung seorang diri disana namun tak lama kemudian Salima datang menemuinya “Ratu Salima, apakah aku telah melakukan kesalahan ? Aku seharusnya tidak menanyakan sesuatu ke ibu, kamu tahu ... ibu berfikir kalau aku telah memanggil ibu di sidang” Jodha mencoba mencurahkan perasaannya ke Salima “Aku tahu, Ratu Jodha”, “Lalu bagaimana caranya mengakhiri semua permasalahan ini ? Ini adalah masalah keluarga dan tidak seharusnya dibahas di dalam sidang, semua orang akan tahu bahwa aku sedang berselisih faham dengan ibu” kedua bola mata Jodha berkaca kaca ketika mencurahkan perasaannya ke Salima “Ini bukan hanya tanggung jawabmu, Ratu Jodha ... biarkan apa yang akan terjadi biarkanlah terjadi, ini adalah tugasmu, kamu hanya mengikutinya saja”, “Tapi di sidang Dewan - E - Khaas ?” Jodha tidak mengerti maksud Salima “Ya, semua orang pasti ingin tahu dari mulut ibu sendiri mengapa beliau menghubungi Iran ? Dan kamu adalah Ratu India maka kamu memang harus menanyakannya, Ratu Jodha” Salima mencoba memberi semangat pada Jodha untuk tetap tegar “Bagaimana aku bisa menanyakan padanya, Ratu Salima ?”, “Lupakan bahwa dia adalah ibumu, anggap saja bahwa dia adalah orang biasa dan kamu harus melakukan keadilan, hubungan kamu dan ibu memang akan menjauh tapi kamu harus melakukan keadilan sebagai seorang Ratu, aku berdoa semoga kamu bisa melakukan keadilan disetiap langkah kehidupan, aku mendukung kamu, Ratu Jodha” Jodha terkejut dan haru mendengar Salima berpihak pada dirinya.

Dikamar Rukayah, Rukayah sedang ngobrol dengan Hoshiyar sambil memainkan papan caturnya “Hoshiyar, kira kira siapa ya yang akan menang antara Ratu Jodha dan ibu besok ?”, “Ratu Jodha itu orangnya cerdas dan pintar, dia pasti akan menemukan sebuah cara” Rukayah marah begitu mendengar Hoshiyar mendukung Jodha “Hmmm ... suatu saat nanti mungkin lidahku ini pasti akan membunuhku” bathin Hoshiyar dalam hati begitu melihat majikannya marah “Hoshiyar, ambil kue diatas meja itu !” Hoshiyar segera berdiri dan mengambil kue yang diminta oleh Rukayah dan menaruhnya dimeja dekat Rukayah “Makanlah kue ini !” Rukayah tiba tiba melunak dan menyuruh Hoshiyar memakan kuenya, dengan ragu ragu Hoshiyar mulai memakan kue tersebut “Kalau anda ingin menampar aku, maka lakukanlah Yang Mulia Ratu” Rukayah tertawa “Aku suka caramu seperti ini, kamu selalu siap untuk dipukul ! Tapi aku berharap apapun yang terjadi disidang nanti, semuanya harus mendukungku !” ujar Rukayah sambil tertawa senang.

Keesokan harinya, dikamar Jodha, Jodha duduk didepan kuil dewa Khrisna “Kahnaa ... apa yang telah kamu lakukan ? Apa yang seharusnya aku putuskan ? Bagaimana aku bisa menghadapi kasus ini melawan ibu mertuaku sendiri, dia telah marah padaku dan sekarang jika aku melakukannya maka dia akan lebih marah lagi ke aku, disatu sisi hubunganku dengannya dan disisi lain adalah tanggung jawabku sebagai seorang Ratu India, apa yang harus aku putuskan ?” Jodha benar benar bingung dengan kasus yang menimpa dirinya dan ibu mertuanya “Kadang kadang didepan keadilan, sebuah hubungan harus berkompromi dengannya” Jodha melirik pada mahkota Malika Hind-nya kemudian berdiri dan berjalan menuju ke meja riasnya dimana terdapat mahkotanya disana, Jodha mengambilnya perlahan dan dikenakannya mahkotanya itu dan berkata “Maafkan aku, ibu ... tapi aku harus memanggil ibu di sidang dan mendengarkan kasusmu” ujar Jodha mantap dan keluar dari kamarnya sendiri menuju ke ruang sidang, Jodha teringat ketika dirinya berjanji pada Jalal bahwa dia akan mengatur semuanya disidang.

Di Hareem, para istri istri Jalal yang lain sedang bergunjing tentang Jodha dan Hamida ‘’Ratu Jodha telah melakukan suatu kesalahan, sekarang dia tidak akan pernah bisa menghibur ibu ratu Hamida”, “Aku rasa mungkin Ratu Jodha tidak akan bertahan lama disini” ujar Ruyakah didepan para istri istri tersebut tepat pada saat itu Salima ada diantara mereka “Kamu ini salah Ratu Rukayah, Ratu Jodha tidak akan pergi kemana mana karena bagaimanapun juga dia itu adalah sinar kehidupan bagi istana ini” ujar Salima kemudian berlalu meninggalkan mereka, Rukayah sangat kesal dengan ucapan Salima.

Diruang sidang Dewan - E - Khaas, Jodha memasuki ruangan dengan cadar transparant yang menutupi wajahnya, semua anggota keluarga kerajaan telah berada disana dan memberikan salam padanya, Jodha membalas salam mereka dan berdiri didekat singgasana raja ”Sekarang, Ratu Jodha harus menghadapi badai yang sangat besar dalam kehidupannya” ujar Rukayah sinis. Tak lama kemudian Hamida masuk keruang sidang tersebut, semuanya memberikan salam ke Hamida termasuk Jodha, kemudian Hamida berdiri disebelah Jodha. “Seperti yang kita ketahui ibu ratu Hamida meminta untuk mengatakan sesuatu disidang, Malika Hind” Birbal membuka jalannya sidang “Diijinkan” jawab Jodha “Suamiku Raja Humayun dulu duduk disinggasana ini, sekarang anakku Jalalludin Muhammad Akbar yang duduk disinggasana ini, bagiku tidak ada yang lebih penting daripada singgasana ini maka aku akan menjawab pertanyaan Malika Hin” Hamida mulai membuka pernyataannya sambil berjalan kedepan sambil memandang semua orang yang hadir disana “Semua orang merasa khawatir ketika Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad Akbar melakukan perang melawan Iran” Hamida kembali lagi mendekati singgasana raja “Aku memang mengadakan pertemuan dengan para utusan mereka, aku ingin mengakhiri perang ini, perang ini akan membawa kehancuran, hubungan kita dengan Iran akan hancur berantakan, perang ini dapat dicegah dengan cara yang harus dilakukan oleh Ratu Jodha, yaitu dia harus mengubah agamanya” Jodha menatap ibu mertuanya dengan tatapan tidak percaya karena ternyata ibunya masih terus memaksanya untuk mengubah agamanya “Yang Mulia Raja berfikir bahwa Iran adalah musuh kita, tapi bagiku Iran selalu membantu kita maka aku ingin menghentikan perang ini ! Jika memikirkan keluarga dan bangsa adalah sebuah dosa maka hukumlah aku atas apa yang telah aku lakukan ini !” nada suara Hamida mulai meninggi dihadapan Jodha, Jodha hanya diam menatap ibu mertuanya yang selama ini sudah sangat baik padanya “Jika aku salah maka umumkan hukuman untukku ! Malika Hind, hukumlah aku ! Hukumlah aku, Malika Hind !” tiba tiba Hamida merasa pusing, kepalanya berputar putar “Ibu ....” Jodha mencoba mengajak Hamida bicara baik baik “Hentikan ! Apa yang aku lakukan ini untuk bangsaku tapi apa yang kamu lakukan untuk bangsamu ? Kamu tidak punya rasa belas kasihan pada para prajurit itu yang sedang bertarung dimedan perang, kamu sebenarnya bisa menghentikan perang ini tapi kamu tidak melakukannya ! Kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku kan ?” nada suara Hamida terdengar kembali meninggi “Karena kamu Salim menderita ! Karena kamu bangsamu juga akan menderita jadi biarkan aku juga menderita, hukumlah aku Malika Hind !” tiba tiba Hamida terjatuh dan tidak sadarkan diri “Ibuu ... Ibuuu” teriak Jodha, semua yang hadir disana terkejut, Gulbadan, Salima dan Rukayah segera menghampiri Hamida dan berusaha membangunkannya, namun Hamida hanya diam membisu, mereka panik, Rukayah langsung berteriak “Cepaaaaat panggilkan tabib !” Jodha hanya bisa melihat Hamida dari tempatnya berdiri dengan sedih. Sinopsis Jodha Akbar episode 493 by Sally Diandra.

Bagikan :
Back To Top