loading...

Sinopsis Jodha Akbar episode 523 by Sally Diandra

Sinopsis Jodha Akbar episode 523 by Sally Diandra.  Jodha masih bersama Moti di halaman istana ketika berpapasan dengan Laboni “Salam, kakak” ujar Laboni pura pura manja menyapa Jodha di depan Moti, sementara Jodha menatap ketus dan tajam kearah Laboni “Leela, coba kamu bujuk kakakmu ini, sepertinya dia sedang dirundung masalah tapi dia tidak mau menceritakannya padaku” ujar Moti sambil memegang tangan Laboni “Tenang saja Moti, aku pasti bisa membuat perasaan kakakku tenang” ujar Laboni sambil menyeringai senang “Ketika sang suami sakit bagaimana bisa kak Jodha baik baik saja ? Dan sebagai kakakku, hidupnya selalu hanya berputar di sekitar Yang Mulia” ujar Laboni sambil memegang dagu Jodha “Moti, pergilah, tinggalkan kami berdua” ujar Jodha ketus, Motipun segera meninggalkan Jodha dan Laboni, sepeninggal Moti, Laboni langsung berbisik di telinga Jodha “Ingat Jodha ! Lupakan Jalal ! Kamu ingatkan janjimu ?” Laboni mulai mengancam Jodha kembali

“Aku masih ingat janjiku dan aku akan memenuhi janjiku, tapi aku punya satu permintaan padamu, Yang Mulia saat ini sedang sangat sakit, biarkan aku tinggal disini sampai dia sembuh”, “Dia sakit itu karena ilmu sihirku ! Dan hanya aku yang bisa membuatnya sembuh akan tetapi kamu harus pergi meninggalkan istana, tidak usah mempedulikan Jalal dan tinggalkan istana hari ini juga ! Kalau kamu tidak pergi maka aku akan membunuh Jalal dan keluarganya, aku akan memberikan mereka penderitaan, apakah kamu ingin melihat mereka menderita ? Seperti ibu Hamida, Aram Bano dan lainnya ?” Laboni mengejek Jodha “Tidak ! Jangan lakukan itu ! Aku akan meninggalkan istana hari ini juga, jangan sakiti keluargaku” Laboni menyeringai senang sambil memeluk Jodha “Seperti itulah saudara yang baik” ujar Laboni sambil memeluk Jodha lalu melepaskan pelukkannya di Jodha dan menyorong bahu Jodha kebelakang lalu meninggalkan Jodha, Jodha memandang marah kearahnya

JA logo 100Dikamar Jalal, Jalal sedang terbaring lemah diranjangnya, Jalal nampak benar benar sakit, saat itu Jalal ditemani oleh Hamida, Rukayah dan Salima “Jalal, ada baiknya kamu memberikan tanggung jawab kerajaan pada Ratu Jodha” Rukayah yang mendengar permintaan ibu mertuanya ini merasa tersinggung dan bergumam dalam hati “Jodha lagi Jodha lagi Jodha lagi, kenapa sih selalu harus Jodha ?” bathin Rukayah geram sambil memalingkan mukanya, tepat pada saat itu Jodha menemui mereka seraya berkata “Aku tidak mengambil tanggung jawab ini, ibu”, “Jangan berkata begitu, Ratu Jodha ... kamu bisa melakukan hal itu, jika seorang Raja sedang sakit maka Ratunyalah yang seharusnya mengambil tanggung jawab ini” ujar Jalal dengan nada suaranya yang lemah “Aku tahu, Yang Mulia ... tapi aku sungguh minta maaf, aku tidak bisa mengambil tanggung jawab ini, aku ingin pergi ke Mathura, aku ingin melakukan pooja disana untuk Yang Mulia” ujar Jodha sedih, Hamida segera bangun dari ranjang Jalal dan mendekati Jodha “Apakah kamu tidak bisa menunda pemujaan ini karena Jalal sedang tidak sehat sekarang” Hamida memohon kepada Jodha

“Aku harus pergi, ibu ,,, ini semua demi Yang Mulia, aku yakin dengan doaku maka Yang Mulia akan segera sembuh, aku tidak bisa mengabaikan pooja ini, ibu” ujar Jodha dengan perasaan haru “Jika memang harus seperti itu maka pergilah” ujar Hamida, Rukayah yang mendengarkannya merasa senang sekali “Bagus ! Aku akan merawat Jalal, kamu pergi saja, Jodha !” bathin Rukayah dalam hati, Jodha memperhatikan Jalal dengan perasaan haru, tak terasa matanya berkaca kaca dan sambil menyeka ujung matanya yang berair, Jodha berkata “Aku akan bersiap siap untuk pergi, salam” ujar Jodha sambil berlalu dari sana meninggalkan mereka semua.

Di kamar Laboni, Laboni tertawa terbahak bahak seraya berkata “Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan, ibu ... Jodha akan segera meninggalkan istana dan Jalal akan menjadi milikku, apakah ibu pernah berfikir bahwa hal itu akan terjadi ?” ujar Laboni sambil menyeringai senang “Jodha telah tahu semuanya tapi dia tidak bisa berbuat sesuatu, Jodha itu benar benar bodoh ! Dia telah memberikan kehidupannya padaku, jika aku berada di pihaknya maka aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi”ujar Laboni senang “Sekarang, pekerjaan kita sangat mudah, Laboni ... kita akan melakukan tahap terakhir kita dalam ilmu sihir kita, pekerjaan kita akan berakhir sekarang” ujar Dammu girang “Sekarang, tidak ada yang bisa menghalang halangi langkahku, ibu” ujar Laboni, tak lama kemudian Dammu menyulap sesuatu dalam wadah kecil, tiba tiba dalam wadah itu terdapat sindoor “Laboni, kamu harus membalurkan sebuk merah ini (sindoor) ke tubuh Jalal sebelum kamu membuatnya menjadi milikmu” Laboni merasa senang mendengar perintah ibunya

Dimedan pertempuran, Salim sedang bersantai di bale bale sambil membaca surat Anarkali “Salim, aku harap surat ini bisa memberikan senyum diwajahmu, aku berdoa untuk keselamatanmu dan aku berdoa untuk kamu dan segeralah kembali pulang, aku bahkan tidak bisa tidur menunggu kedatanganmu, dari Anarkalimu” Salim segera mencium surat dari Anarkali sambil tersenyum senang dan bergegas membalas surat Anarkali , lalu menyuruh prajuritnya untuk mengirimkannya ke Anarkali, tak lama kemudian Rahim mendatangi Salim “Kak Rahim, apakah kamu telah mengetahui tentang orang yang menyerang aku ?”, “Aku belum mengetahuinya, Salim ... tapi aku akan segera menemukannya. keamananmu saat ini sudah diperketat” ujar Rahim “Tidak akan terjadi apa apa padaku, kak ... aku harus menangkap Maharana Pratap, kita harus memikirkan cara lain untuk menangkapnya”, “Dia tidak akan keluar dari persembunyiannya, Salim” ujar Rahim “Kita harus mengambil langkah selanjutnya sekarang, kak ... perintahkan pada semua prajurit untuk selalu siaga dan waspada disetiap pasar dan pinggiran kota, aku harus segera kembali ke Agra” ujar Salim

Dikamar Jodha, Jodha sedang menyiapkan barang barangnya yang hendak dibawa pergi, saat itu Jodha melihat dupattanya yang berwarna biru yang Jalal pilihkan untuknya, Jodha teringat ketika Jalal membantunya mengenakan dupatta itu, tepat pada saat itu Jalal memasuki kamar Jodha dengan jalan tertatih tatih dan muka yang tampak pucat dan lesu “Kamu sedang bersiap siap rupanya, sepertinya kamu hendak pergi sesegera mungkin” Jodha kaget ketika mengetahui Jalal sudah berada di kamarnya, Jodha meminta Moti untuk meninggalkan mereka berdua lalu menyuruh Jalal untuk duduk di tempat tidur “Yang Mulia, kamu ini kan sedang sakit, mengapa kamu datang ke sini ? Kamu bisa saja meminta pelayan untuk memanggil aku” ujar Jodha sambil duduk di sebelah Jalal “Aku pikir kamu pasti sibuk makanya aku pikir untuk datang dan menemui kamu” Jodha berdiri dan hendak merapikan kembali barang barangnya namun Jalal menyambar lengannya “Duduklah dulu, biar aku melihat kamu, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, kita tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi satu sama lain” ujar Jalal “Aku tidak ingin pergi menjauh darimu, Yang Mulia ... tapi ini semua demi nyawamu, aku harus pergi jauh dari kamu” bathin Jodha dalam hati sambil memandang kearah Jalal “Jaga dirimu baik baik, Yang Mulia ... minumlah Kadha dan jangan latihan bertarung dengan pedang terlebih dulu” ujar Jodha dengan mata bekaca kaca, Jalal tersenyum “Kamu ini berkata seperti kalau kamu itu tidak akan kembali lagi” ujar Jalal heran

“Aku peduli dan sayang sama kamu, Yang Mulia” ujar Jodha sedih sambil tertunduk “Kalau begitu bawalah aku bersamamu” ujar Jalal, Jodha mulai menangis haru “Ada apa, apa yang terjadi, Ratu Jodha ? Apakah ada sesuatu yang mengganggu kamu ? Katakan padaku” ujar Jalal sambil membelai rambut Jodha, Jodha masih tertunduk sedih, tepat pada saat itu Laboni memasuki kamar Jodha dan melihat kemesraan Jodha dan Jalal dengan wajah yang sangat cemburu, Laboni langsung menyeruak masuk untuk menghentikan kemesraan mereka berdua “Kak Jodha !” Jalal dan Jodha langsung melihat ke arah suara yang memanggilnya, dilihatnya ada Laboni yang berdiri di depan pintu “Kak Jodha, tandumu sudah tiba” ujar Laboni sambil melangkah menuju ke mereka “Leela, kakakmu ini tidak ingin meninggalkan aku” Laboni mendekat kearah Jodha sambil memegang lengannya lalu menyuruh Jodha berdiri dan menyingkirkannya ke samping “Jangan khawatir, kakak ... selama kakak tidak ada disini, aku yang akan merawat kakak ipar” ujar Laboni sambil duduk disebelah Jalal sambil menggandeng lengannya, sementara Jalal hanya diam saja tidak bergeming, Jodha hanya bisa melihat mereka dengan tatapan yang ketus seraya berkata “Ya, aku tahu ... Yang Mulia, aku harus pergi sekarang” ujar Jodha sambil memberikan salamnya ke Jalal dan menatapnya sedih lalu meninggalkan mereka berdua.

Jodha berada di halaman istana, sementara Jalal sedang menatapnya dari atas balkon bersama Rukayah, Hamida dan Salima, Jodha mendongak keatas menatap kearah mereka sambil tersenyum dan mengatupkan tangannya memberi salam, Jalal menatapnya dengan tatapan sedih dan haru, sementara Rukayah tersenyum girang melihat kepergian Jodha, ketika Jodha sedang menatap ke arah yang lain, Jodha melihat Laboni dan Dammu sedang memperhatikannya dari kejauhan “Pengahalang kita telah menghilang, ibu ... sekarang kita harus menyiapkan untuk nanti malam” ujar Laboni sambil memilin milin rambutnya yang ikal

Saat itu Jodha sudah mulai memasuki tandunya, dari dalam tandu, Jodha melirik ke arah Jalal yang menatapnya dengan perasaan sedih, tak lama kemudian tandu Jodha sudah mulai bergerak, Jodha masih terus memperhatikan Jalal dari dalam tandunya. Rukayah yang menyadari kalau Jalal merasa kehilangan Jodha segera mendekati Jalal “Jangan khawatir, Jalal ... Ratu Jodha pasti akan segera kembali, sekarang lebih baik kamu beristirahat saja” ujar Rukayah sambil merangkul lengan Jalal dan membimbingnya menuju ke kamarnya.

Pada malam harinya, Dammu sedang memegang boneka jelmaan Jalal sambil berkata pada Laboni “Laboni, aku sedang menunggu bulan, maka setelah itu kita bisa memulai ilmu sihir kita, boneka ini akan membantu kita dan kita akan melakukannya sekarang juga, kamu harus membawa Jalal masuk kedalam hutan kembali” ujar Dammu “Jangan khawatir ibu, masalah kita si Jodha telah pergi, sekarang siapa yang akan menghentikan aku” ujar Laboni senang

Sementara itu malam itu, Rukayah membawa Jalal masuk kedalam ruang permainan untuk bermain catur yang menggunakan pion pion biduk para pelayannya ternyata Laboni ada diantara para pelayan itu “Jalal, aku pikir kamu akan merasa nyaman disini, ayoo kita mulai bermain catur, warna apa yang kamu pilih ? Hitam atau putih ?” ujar Rukayah sambil mendudukkan Jalal di tempat duduk yang ada disana “Aku pilih yang putih saja” ujar Jalal, Laboni yang saat itu sedang berdiri disana sebagai pion berwarna hitam berkata dalam hati “Rukayah tidak akan bisa menghentikan Jalal karena dia harus pergi bersamaku malam ini” bathinnya dalam hati sambil memperhatikan mereka berdua

Jodha yang sudah keluar dari istana rupanya mengunjungi tempat tinggal Uday Yoginath, gua itu nampak sepi tidak berpenghuni, berkali kali Jodha memanggil nama Uday namun tidak ada jawaban “Udaaaaay ! Udaaaaay ! Udaaaay Yoginath dimana kamu ?” Jodha panik karena Uday belum belum kembali juga “Aku kira Uday akan kembali lagi kesini, itulah mengapa aku mau meninggalkan istana tapi dia tidak ada disini, aku tidak bisa melawan mereka berdua sendirian, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Yang Mulia ? Aku tidak bisa meninggalkan Yang Mulia, aku harus menyelamatkannya meskipun nyawa yang menjadi taruhannya” ujar Jodha panik... Sinopsis Jodha Akbar episode 524 by Sally Diandra

Bagikan :
Back To Top