Sinopsis Jodha Akbar episode 375 by Sally Diandra. Masih di ruang sidang pengadilan Kerajaan Mughal, saat itu Jalal sangat marah dengan Rukayah yang tiba tiba saja melesatkan anak panah ke arahnya, Jalal langsung menyuruh para prajuritnya untuk menahan Rukayah, “Berhenti !” tiba tiba saja terdengar suara ibu Ratu Hamida, “Kalo kamu seorang Raja maka aku adalah seorang Marium Makani (gelar Ratu Hamida)!” ujar Hamdia,
“Biarkan aku memberikan penjelasan dulu, ibu … di ruang sidang ini aku bukanlah anak atau suami, aku adalah seorang Raja yang sedang berupaya menegakkan keadilan” jelas Jalal, “Tapi kamu tidak bisa menahan Permaisuri Raja Mughal ! itu ada peraturannya … aku tau dia telah melakukan kesalahan akan tetapi dia hanya ingin menjelaskan padamu tentang kasus yang sedang menimpa Salim ini, dia berhak untuk membela Salim !” ujar Hamida,
“Aku sebagai Marium Makani memerintahkan kalian untuk membebaskan Ratu Rukayah !” ujar Hamida ke pada para prajurit, para prajuritpun melepaskan Rukayah. Rukayah kemudian memegang bahu Salim sebagai tanda dukungannya, Salim menoleh dilihatnya Rukayah yang berdiri dibelakangnya, lalu Rukayah kembali ke tempat para istri istri Kerajaan berdiri. “Jika semua bukti bukti dan saksi sudah selesai dihadirkan disini, maka keputusanku adalah Salim adalah pelakunya” ujar Jalal,
Salim nampak semakin ketakutan, “Aku tau kalo dia berbuat seperti itu karena tidak sengaja akan tetapi nenek tua ini sangat menderita akibat perbuatannya, sedangkan kesalahannya yang kedua … sebagai seorang pewaris tahta Kerajaan Mughal, Salim seharusnya tidak boleh melarikan diri begitu melihat Qadir terluka, seharusnya dia menolongnya, lalu kesalahan ketiga … ketika Salim ditanya mengenai hal ini, dia justru berbohong, itu suatu hal yang tidak bisa dipertanggungjawabkan !” ujar Jalal lagi,
semua yang hadir disana nampak tegang menunggu keputusan akhir Jalal, “Qadir adalah segalanya bagi nenek tua itu, dia biasanya yang mengerjakan semuanya untuk membantu neneknya, jadi hukuman yang dijatuhkan untuk Salim … selama Qadir masih sakit, Salim akan mengambil alih semua tugas tugas Qadir, Salim harus mengerjakan semua pekerjaan Qadir setiap hari dan Pangeran Salim akan tinggal di rumah Qadir !” ujar Jalal,
Begitu mendengar keputusan Jalal, Jodha sangat terkejut … “Salim akan mengerjakan semuanya sebagai rakyat biasa, dia tidak boleh mendapat bantuan dari keluarga Kerajaan dan saya menjelaskan disini … tidak ada dari siapapun dari keluarga Kerajaan yang boleh bertemu dengan Salim selama masa hukumannya !” ujar Jalal lantang, semua yang hadir disana nampak sedih terutama Jodha, kemudian Jalal memerintahkan Rahim untuk mempersiapkan semuanya untuk keberangkatan Salim ke rumah Qadir dan sidangpun ditutup, Jalal langsung meninggalkan ruangan sidang.
Di halaman istana, semua keluarga istana berkumpul disana untuk melepas kepergian Salim, saat itu Salim sudah mengenakan pakaian rakyat biasa, dengan dibimbing Rahim Salim melangkah keluar istana, tapi baru setengah perjalalan, tiba tiba Salim memeluk Rahim “Baijan (kakak) tolong lakukanlah sesuatu, kamu kan orang kepercayaan ayah, dia pasti akan mendengarkan kamu” rengek Salim sambil menangis tersedu sedu, “Salim, aku tidak bisa mengubah keputusan yang sudah dibuat oleh Yang Mulia, Salim …” kata Rahim,
lalu Salim menoleh kebelakang dilihatnya disana banyak para ratu berdiri termasuk nenek dan ibunya, Salim segera berlari kearah neneknya, Hamidah memeluknya erat “Kami akan memanggilmu begitu Qadir sehat, nak ….” kata Hamidah berat, sementara ratu yang lain dan Jodha nampak sedih melepas kepergian Salim, Salim masih terus menangis tak lama kemudian Maan Sigh mendatangi Salim dan mengajaknya untuk segera berangkat, Maan Sigh segera menggandeng tangan Salim, “Biarkan aku ikut, paman … aku akan menemani Salim” pinta Danial,
“Danial, hukuman ini hanya untuk Salim saja, kamu tidak boleh menemaninya” ujar Maan Sigh, sementara itu Hamidah yang tidak kuat menahan kepergian Salim, segera berbalik masuk ke dalam istana, tepat pada saat itu Salim melihat ayahnya ada dibelakang kerumunan keluarga Kerajaan, Salim segera berlari kearah Jalal “Ayaaaah … maafkan aku ayaaaah” pinta Salim sambil terus menangis “Jangan kirim aku keluar Ayaaaah, tolooong .. maafkan akuuu” Salim terus merengek ke Jalal, Jodha sangat sedih melihatnya
“Sekhu Baba, hari ini kamu tunduk pada ayah tapi ayah harap jangan pernah kamu tunduk pada siapapun kecuali, Tuhan !” ujar Jalal sambil berlalu dari sana, Salim segera menghampiri Jodha dan menundukkan kepalanya “Ibuuu, kamu adalah Tuhanku, aku tunduk padamu, ibuuu …. tapi toloong jangan biarkan aku pergi, ibuuu” rengek Salim sambil terus menangis, Jodha bersimpuh didepan Salim,
“Salim, kamu harus bisa menghadapi semua hukuman ini, hadapi semuanya dengan senyuman sayang bukan dengan ketakutan, ibu yakin kamu pasti bisa” bujuk Jodha sambil memeluk Salim erat dengan deraian air mata, Jodha sudah tidak tahan lagi untuk tidak menangis, ditumpahkannya semua tangisannya dalam pelukan anak tercintanya, Jodha menangis sejadi jadinya, Salimpun begitu. “Ratu Jodha, kendalikan dirimu, Yang Mulia tidak akan suka melihatmu seperti ini” kata Rukayah,
“Kamu adalah Mariam Uz Zamani, suatu saat nanti ketika Salim pergi berperang, apakah kamu juga akan menangis seperti ini ? Salim akan menjadi seorang Raja, Ratu Jodha …. anggaplah hari ini sebagai perang Salim yang pertama, antarkan dia dengan senyuman” ujar Rukayah, “Sebagai Mariam Uz Zamani … aku bisa menghadapi semua ini, Ratu Rukayah tapi tidak sebagai seorang ibu” kata Jodha, Rukayah tampak tersinggung dengan ucapan Jodha.
Sampai akhirnya Rahim mendatangi mereka dan membawa Salim pergi keluar istana menjauhi Jodha, Salim masih terus menangis sambil menoleh kebelakang memanggil manggil namanya “Ibuuuu … ibuuuu …. “ rengek Salim, Jodha benar benar tidak tahan melihat perpisahannya dengan Salim, Jodha bersandar dipelukan Salima. Dalam hati Salim bertanya tanya : “Seandainya saja ibu memohon pada ayah, ayah pasti akan setuju dengan pendapat ibu, ibuuu … aku mohon sekali lagi jangan biarkan aku pergi” , sementara dalam hati Jodha berkata : “Bagaimana caranya menghentikan kamu anakku, ibu tidak bisa berbuat banyak” .
Sementara itu semua pangeran kecil menangis melepas kepergian Salim termasuk Murad dan Haidar. Sedangkan Jalal melihat kepergian Salim dari kejauhan, Maan Sigh mendekati Jalal “Maan Sigh, Sekhu Baba akan tinggal dirumah nenek itu untuk menjalani hukumannya tapi kamu dan Rahim harus selalu mengawasinya dari kejauhan, karena keamanannya sangatlah penting, jangan sampai terjadi sesuatu apapun pada anakku !” perintah Jalal, Maan Sigh hanya mengangguk tanda mengerti perintah sang Raja, dan Jalalpun berlalu dari sana.
Dari kejauhan di dalam istana Jalal menatap kepergian Salim dengan perasaan yang amat berat, Jalal sangat sedih dan terpukul karena harus mengirimkan Salim kerumah Qadir, hatinya hancur … Jalal juga sangat terluka dan akhirnya Salim benar benar meninggalkan istana.
Dirumah Qadir dan nenek Fatima Bi, Rahim dan Salim akhirnya sampai dirumah mereka dikawal oleh sepasukan prajurit, saat itu nenek Fatima sedang berada di teras rumah sedang menjemur pakaian “Pangeran Salim telah datang, nek … dia akan tinggal disini bersamamu” kata Rahim, “Aku telah mendapatkan keadilan dari Yang Mulia … tapi Pangeran Salim tidak bisa tinggal disini, bawalah dia pulang” ujar nenek Fatima, “Saya tidak bisa berbuat banyak, nek … kamu harus menuruti perintah Raja Jalalludin Muhammad Akbar, Pangeran Salim akan tinggal disini” kata Rahim lagi, kemudian nenek Fatima mengajak mereka untuk masuk kedalam gubuknya, Salim sangat terkejut melihat kondisi gubuknya yang sangat kecil,
“Kami hanya punya satu tempat tidur, biasanya saya yg tidur disana dan Qadir tidur di bawah, nah … sekarang Pangeran Salim yang tidur diatas kasur dan saya akan tidur dilantai, Salim sangat terkejut kemudian dia meminta minum pada nenek Fatima, nenek Fatima memberinya air didalam secangkir gelas yang terbuat dari tanah liat tapi tanpa sengaja Salim menjatuhkannya hingga berantakan, Salim meminta maaf pada nenek Fatima. Tak berapa lama kemudian Rahim pamit untuk kembali ke istana, diciumnya kening Salim dan segera pergi keluar dari gubuk itu, kepada para prajurit yang berjaga diluar Rahim memberikan perintah
“Tugas kalian disini untuk menjaga keselamatan Pangeran Salim, bukan untuk membantu pekerjaannya, biarkan dia melakukan semuanya sendiri ! ini perintah Yang Mulia !” perintah Rahim, para prajuritpun mengangguk, kemudian Salim mendekati Rahim, “Baijaan …. aku tidak mau tinggal disini … aku ingin pulaaaang” rengek Salim, Rahim kembali menenangkan Salim untuk bisa menerima semua hukuman ini, kemudian Rahim pergi meninggalkan Salim dengan hati yang berat.
Siang itu, Murad , Haidar dan Danial sedang duduk duduk diteras istana, sejak kerpergian Salim … Danial nampak murung dan tidak mau makan,
“Danial, kenapa kamu tidak makan ???” tanya Murad, “Tidak … aku tidak mau makan !” ujar Danial, “Danial, kamu selalu makan ladu tapi kenapa hari ini kamu tidak mau makan ???” tanya Haidar, “Aku tidak mau makan ladu tanpa Salim, aku ingin Salim ada disini bersama sama kita” ujar Danial,
“Aku juga kehilangan Salim, Danial … dia memang beda, aku akui kadang aku cemburu sama dia tapi jujur ,,, aku tidak pernah menginginkan dia pergi meninggalkan kita” kata Murad, “Kamu benar, Murad … aku sendiri juga tidak bisa tidur, Salim benar benar bintang yang bersinar terang di istana ini” ujar Haidar, “Aku benci sama anak perempuan yang bernama Nadira itu ! dialah yang menyebabkan semua ini !” kata Murad dengan nada marah, “Hmmm … aku tidak bisa membayangkan bagaimana seorang pewaris tahta Kerajaan bisa tinggal disana” ujar Haidar.
Sekembali ke istana, Rahim langsung dicegat oleh Jodha yang saat itu sedang ditemani Shamshad, Jodha sangat khawatir memikirkan Salim “Rahim, apakah Salim bisa tinggal disana ? bagaimana keadaannya ?” tanya Jodha, “Rumahnya sangat besar, ibu … jangan khawatir Salim baik baik saja disana” kata Rahim, “Kamu jangan bohong padaku, Rahim ! apakah Salimku mendapat masalah disana ???” tanya Jodha lagi, tapi kembali Rahim mencoba untuk menenangkan Jodha tentang keadaan Salim. “Tenang Ratu Jodha … Pangeran Salim akan baik baik saja disana, kita berdoa saja semoga Tuhan selalu memberinya kesehatan” bujuk Shamshad, “Anakku sendirian disana, Shamshad … bagaimana dia bisa tidur tanpa aku ?? aku harus pergi ke tempat Salim, dia tidak bisa tinggal disana” kata Jodha.
Malam itu Jodha tidak bisa tidur, dia terus memikirkan Salim … karena ini adalah pertama kalinya Salim pergi jauh darinya, Jodha mondar mandir terus didalam kamarnya, dirinya gelisah membayangkan apa yang sedang Salim lakukan pada malam ini, sementara itu ketika Jalal hendak menuju ke kamarnya sendiri, dilihatnya Jodha mondar mandir dikamarnya melalui pintu kamar Jodha, lama Jalal memperhatikan Jodha, Jalal sebenarnya juga merasakan hal yang sama, hatinyapun terluka … hingga tak berapa lama kemudian Hamidah datang mendekati Jalal yang sedang memperhatikan Jodha, Hamidahpun melihat Jodha masih terus berjalan mondar mandir,
“Aku tidak ingin ini terjadi pada Salim, Jalal” ujar Hamidah, menyadari keberadaan ibunya, Jalalpun menoleh dan mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh ibunya, “Salim memang salah tapi hal itu dilakukannya dengan tidak sengaja dan dia telah mendapatkan hukumannya, sekarang panggillah dia … ajaklah Salim pulang” ujar Hamida, Jalal masih diam mendengarkan ucapan ibunya, “Dia masih kecil … paling tidak demi Jodha, ajaklah Salim pulang” ujar Hamida,
“Ibuu … aku tahu Ratu Jodha sangat terluka atas Salim dan aku juga merasakan hal yang sama, aku juga terluka sebagai ayahnya, akan tetapi aku ingin membuat Salim mengerti … ini semua demi kebaikannya sendiri, sebagai seorang Raja dia harus mengerti tidak ada yang lebih baik selain keadilan” kata Jalal, “Lalu … sampai kapan cucuku tinggal disana, Jalal ?” tanya Hamidah, “Sampai Qadir sembuh” jawab Jalal, “Lalu seandainya Qadir tidak kunjung sembuh juga, bagaimana Jalal ?” tanya Hamidah lagi , “Hmmm … kalau begitu Salim harus tinggal disana selama hidupnya, ibuu … kita berdoa saja semoga Qadir segera sembuh” jawab Jalal. Sinopsis Jodha Akbar episode 376