Nestapa luruh dalam cinta by Yanti Ilmi. Di hutan, Jalal memejamkan matanya dan membayangkan kembali saat-saat terakhir dimalam itu dimana dia meluahkan kemarahannya pada Jodha. Kata-kata yang pernah terucap kembali bergema di telinganya ~“beraninya kau mengkhianati suamimu dengan membawa masuk pria itu keruangan mu ratu jodha.. tinggalkan tempat ini sebelum matahari terbit..”~ Dengan nafas yang terasa berat jalal membuka matanya dan berkata, “pantas kau tidak memaafkan aku ratu jodha.. aku bukan saja tidak mempercayaimu tapi aku juga sudah meragukan moral mu.. Ya Allah, mengapa kau biarkan aku melakukan kebodohan yang akan aku sesali seumur hidup ku. Apa lagi yang harus aku lakukan agar ratu Jodha mau memaafkan aku?”
Dari kejauhan seseorang yang mencurigakan sedang memperhatikan gerak gerik jalal. Ditangannya ada busur dan anak panah. Dia tersenyum licik melihat jalal. Dengan penuh percaya diri dia berguman, “aku akan mendapatkan mu kali ini jalal.” seperti pemburu yang mengamati mangsanya dia terlihat tenang dan sabar membidik sasarannya sambil menunggu saat yang tepat untuk melepaskan anak panahnya. #sinopsisjodhaakbra.blogspot.com
Jalal masih larut dalam ingatannya tentang jodha. Dengan senyum kepedihan diwajahnya Jalal berguman, “Ratu jodha aku sudah melakukan banyak hal agar kau memaafkan ku. Aku mencari mu berhari-hari dan meninggalkan semua tanggung jawab ku. Aku menundukkan kepala dan memohon pada mu. Aku mengabaikan harga diri ku. Aku lakukan semuanya untuk membuat mu kembali ke Agra bersama ku. Tapi, semua yang ku perbuat sedikitpun tak menggoyahkan kerasnya hati mu. Kau memberikan setiap orang kesempatan kedua tapi tidak padaku. Aku tahu kau mencintai ku. Aku tahu kau tak dapat hidup tanpa ku. Karena itu hati mu terluka mendengar ucapan ku. Aku meminta mu untuk menghukum ku….. apapun….. akan aku terima, tapi ku mohon maafkan lah aku!”
Jalal tidak menyadari ketika anak panah bersarang didadanya, pikirannya masih terpaut pada jodha. Farhad Khan yang melihat kejadian itu berteriak memanggil jalal, “yang mulia...!” Sontak Jalal tersadar dari lamunannya. Rasa sakit mulai menjalari tubuhnya, dia memegang dadanya. Tak lama kemudian, Jalal pun jatuh dari kuda, untuk ada prajurit yang dengan sigap menyambutnya. Farhad Khan berkata, “kita kembali ke amer dan kalian ~sambil menunjuk beberapa prajurit~ cari tahu siapa pelakunya.”
Jodha masih tak percaya kalau jalal telah pergi meninggalkanya. Pipinya basah dengan air mata. Dia menangis tersedu dan berkata, “yang mulia maafkan aku, aku tak bisa kembali bersama mu saat ini. Aku butuh waktu untuk melupakan semua perbuatan mu pada ku. Rasa kecewa yang kurasakan pada mu begitu besar. Kau bukan saja mempertanyakan kesetian ku tapi kau juga telah meragukan moral ku. Tapi mengapa aku masih saja tidak bisa melupakan mu.. dan aku masih saja merindukan mu yang mulia. Ketika kau tidak disini rasanya ada yang hilang di hidup ku.” Jodha masih menangis ketika ibunya datang. Menawati memanggil jodha, dengan cepat ia mengahapus air matanya. Menawati menghampiri Jodha yang berdiri membelakanginya. Sekali lagi, Menawati memanggil nama Jodha. Jodha dengan enggan membalikkan badannya. Menawati berkata dengan nada cemas, “yang mulia raja kembali tapi.. “ Menawati tidak meneruskan perkataannya dia menatap Jodha untuk melihat reaksinya. Jodha terlihat seperti tidak percaya sekaligus bahagia. Namun saat melihat raut kecemasan di wajah Menawati, Jodha menjadi tegang dan bertanya, “tapi apa, bu?” Dengan suara bergetar menawati melanjutkan, “yang mulia terluka dan tak sadarkan diri.” Jodha terpaku tak percaya. Dengan hati-hati, Menawati menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Jalal, bagaimana dia telah diserang dihutan waktu akan kembali ke agra.
Nestapa luruh dalam cinta. Jodha melihat Jalal terbaring dikamarnya. Ada banyak tabib disana. Sambil menangis jodha menghampiri Jalal yang tak sadarkan diri. Tabib memberikan penjelasan pada raja bharmal kalau luka jalal terlalu dalam, tapi bukan itu yang mereka cemaskan yang lebih mereka mengkhawatirkan adalah racun di anak panahnya, “kami telah memberikan penawarnya dan kita akan melihat reaksinya besok pagi yang mulia. Kami bersyukur yang mulia raja segera mendapatkan pertolongan. Kalau terlambat akan sulit mengendalikan racunnya.” Raja Bharmal mengucapkan terimakasih pada tabib dan menghampiri jodha yang sedang menagis. Raja Bharmal menyentuh bahu jodha. Jodha melihat ayahnya dan berkata, “aku ingin yang mulia raja diberi pelajaran ayah tapi aku tidak ingin nyawanya dalam bahaya seperti ini.” Jodha menangis tersedu seolah menyesali keinginannya. Menawati menghampiri jodha dan memeluknya sambil berkata, “sudahlah jodha jangan terlalu menyalahkan dirimu. Kita berdoa saja pad Kanha semoga Dia menyelamatkan yang mulia raja.”
Pagi menjelang, tapi Jalal masih belum sadarkan diri. Untuk kesekian kalinya tabib memeriksa keadaan Jalal. Ada kecemasan di wajah mereka. Melihat perubahan itu raja bharmal menghampiri tabib dan bertanya ada apa? Tabib menjawab, “saya tidak tahu yang mulia, seharusnya yang mulia raja sudah sadarkan diri karena kami telah memberikan penawar pada racunnya. Tapi sepertinya tubuh yang mulia raja sendiri yang menolak obat ini yang mulia. Hamba tidak tahu yang mulia. Ini biasanya terjadi pada orang yang tertekan dan frustasi yang mulia.” Raja Bharmal melihat jodha seolah mengerti apa yang dirasakan putrinya. Jodha hanya menangis tertunduk.
Tiba-tiba jodha bangkit dari duduknya dan Jalal mulai menggerakkan jari tangannya tapi luput dari pandangan jodha. Jodha menghampiri jalal yang terbaring dan duduk disampingnya. Sambil menggenggam tangan jalal dan berkata "yang mulia tak ada cinta dihati ku ketika kau menikahiku. Yang ada hanya kebencian. Aku pernah berkata pada dewa dosa apa yang telah aku lakukan sehingga kau bermain dengan takdir ku. Aku harus menghabiskan seluruh sisa hidup ku bersama orang yang paling aku benci. Pernikahan ini tak akan pernah memberikan kebahagian pada ku. Aku benci pada mu, kau tahu aku telah meninggalkan tanah kelahiranku, keluarga dan semua yang akusayangi tapi kau tak pernah memperlakukan aku dengan pantas. Kau selau memperlakukan aku dengan buruk dan membuat ku selalu menderita. Yang mulia, tapi kini hati ku telah berubah - kau lah yang membuatku sadar kalau kau pantas untuk di cintai. Yang mulia dapatkah kau mendengarku? Aku sangat mencintaimu.. tak ada lagi benci dihati ku.. kumohon sadarlah..” Jodha masih dalam tangisannya. Dia terbayang saat pertama kali dia melakukan perjalanan ke ajmer syarif, ketika dia berbagi tenda dengan jalal dan tiba-tiba jalal menarik dupattanya. Dia juga teringat saat jalal membelanya di depan para ulama ketika mereka mengetahui jalal mengunjungi kuil dewi kali dan memaksanya untuk pindah agama. Dan saat jalal melindungi kehormatannya ketika semua penghuni harem mempertanyakan anak siapa yang ada di rahimnya. Jodh aberguman, “Ibu benar, yang mulia. Aku telah membangun dinding pembatas yang tinggi dengan mu yang membuat diri ku sendiri tak mampu memanjatnya saat aku menginginkannya.” Masih dengan menggenggam tangan Jalal, jodha mengulas kembali saat-saat manis bersama jalal. Ketika dia menaiki perahu di bawah bulan purnama, saat mereka ditaman ketika jodha baru sembuh dari racun benazir dan saat mereka melakukan perjalan ke sikri. Jodha berkata liri, “kumohon yang mulia jangan tinggalkan aku!” Jodha terdiam sejenak mengatur getaran di dadanya, “yang mulia kau pernah menanyakan apakah aku merasa kalau dirikulah yang mampu mengerti dirimu, walupun apa yang terjadi dan dalam kesulitan apa pun apakah aku akan selalu ada untuk mendukung mu?, saat itu aku belum bisa menjawabnya yang mulia, sekarang aku mengatakan, iya yang mulia…. aku merasakannya.” Dengan emosional jodha berkata, “kau tahu betapa bahagianya aku ketika kau meminta ku untuk menemani mu mewujudkan semua mimpimu bersama ku. Tapi bagaimana kau akan membuatnya menjadi kenyataan kalau kau tak sadarkan diri yang mulia. Kumohon sadarlah.. jangan kau buat aku menderita lagi. jauh dari mu saja aku tak sanggup bagaimana aku hidup kalau tanpa diri mu yang mulia..” Dengan suara bergetar jodha memohon, “sadarlah.. tak cukupkah alasan ini untuk membuatmu sadar yang mulia..”
Nestapa luruh dalam cinta. Jodha tak mampu mengendalikan dirinya. Tangisnya pecah.. Raja Bharmal, Menawati dan semua yang melihat tak mampu menahan air matanya. Tiba-tiba terdengar suara lirih tapi cukup dia kenalnya berkata, “itu berarti kau mau memaafkan aku dan mau kembali ke agra bersama ku ratu jodha?” Jodha tak percaya dengan apa yang didengarnya. Jodha menatap Jalal yang matanya terpejam rapat tapi bibirnya mengerimit terbuka. Dengan lega dan gembira Jodha berkata, “yang mulia kau telah sadar..” Masih dengan mata terpejam jalal bertanya lagi, “mengapa kau tak menjawab ku ratu jodha?” Seketika wajah jodha berubah menjadi sangat bahagia. Dia membelai rambut jalal dan berkata, “terima kasih kahna.” Jalal membuka matanya dan tersenyum sambil menantikan jawaban jodha. #sinopsisjopdhaakbar.blogspot.com
Di pagi hari, jalal bangun dari tidurnya. Dia melihat jodha mematung didepan jendela kamarnya. Jalal berdiri dan menghampiri jodh. Dia melingkari kedua tangannya dipinggang jodha secara menyilang. Jodha tersadar dari lamunan dan berusaha melepaskan diri dari pelukan jalal. Tapi jalal berkata, “biarkan aku seperti ini sebentar saja ratu jodha.. kumohon..” Jalal memejamkan matanya dan meletakkan dagunya di bahu jodha, “biarkan aku merasakan kalau ini bukanlah mimpi..” Cukup lama mereka terdiam seperti itu.. lalu jalal berkata, “kau tahu ratu jodha, untuk saat ini aku berterima kasih sekali pada dia yang membuatku terluka seperti ini karena aku punya alasan untuk kembali ke Amer. Kalau aku tidak sekarat mungkin kau tak akan pernah mau mengakui perasaan mu padaku. ku tahu kau mencintai ku tapi mengapa sulit untuk mu mengakuinya.. terimakasih kau telah merubah ku ratu jodha.” Jalal melonggarkan pelukannya tapi jodha dengan cepat memegang kedua tangan jalal, seakan tidak rela jalal melepas pelukannya. Jodha bersandar di bahu jalal dan berkata, “yang mulia, tidak mudah bagi ku mengakui perasaan ini. Butuh waktu lama bagi ku menyadari kalau aku mencintai mu.. terkadang kau baik pada ku, kau melindungi ku dan aku merasa aman bila bersama mu. dan terkadang kau keras pada ku seolah-olah kau membenci ku. kau yang membuat ku meragu dengan apa yang ku rasakan yang mulia.” Jalal menyahut, “kau tahu ratu jodha sejak pertama melihat mu aku telah jatuh cinta pada mu.. Ku tahu kau membenci ku. Karena pada saat itu aku memang pantas untuk kau benci. Tapi cinta ku pada mu telah merubah ku karena itu aku percaya diri cinta ku akan memenangi hatimu..” Jalal memutar tubuh Jodha menghadap padanya. Sebelum jalal melanjutkan ucapannya dia mengangkat dagu jodha dan menatap matanya, “kau belum menjawab pertanyaan ku ratu jodha apakah kau mau kembali ke agra bersama ku?” Tanpa berfikir panjang jodha menganguk pelan dan jalal tersenyum bahagia. Terima kasih ratu jodha. Jalal mengecup kening dan kedua pipi Jodha. Lalu dengan penuh kelembutan Jalal mencoba mengecup bibirnya tapi dengan cepat jodha memeluk jalal dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang itu. Sambil tertawa jalal bertanya, “mengapa kau tidak mengijinkan aku untuk itu ratu jodha.” Jodha tak menjawab tapi pelukannya semakin erat. Jalal mengadu kesakitan. Dengan cemas jodha melepaskan pelukannya dan berkata, “maafkan aku shahensah..” Jalal berkata dengan nada mesra, “mungkin sudah takdir ku harus berdarah-darah untuk mendapatkan mu ratu jodha.” Mereka tersenyum dan tertawa bersama.. Tidak ada lagi duka yang tersisa. Karena nestapa yang ada telah luruh bersama cinta. # Yanti Ilmi