Sinopsis Jodha Akbar episode 500 by Sally Diandra. Diistana Kerajaan Mughal di Agra, saat itu Salima sedang menemani Hamida dikamar Hamida “Ibu, apa yang ibu pikirkan ?”, “Aku ingin tahu apa yang Jodha pikirkan saat ini, dia tidak mengubah agamanya ketika aku memintanya tapi sekarang dia malah mengubah agamanya” ujar Hamida tanpa rasa bersalah karena sebenarnya perbuatan Jodha ini karena ingin menyelamatkan Hamida semata “Dia itu anakmu, dia tidak bisa melihat ibu menderita, karena dia ingin membuat ibu mau makan maka dia berbuat seperti itu, dengan mengubah agamanya tapi sekarang semuanya baik baik saja dan kita telah memenangkan peperangan, tapi sayangnya Yang Mulia malah marah dengan Ratu Jodha karena Ratu Jodha telah menentangnya” Salima mencoba membuat Hamida mengerti apa yang dilakukan Jodha selama ini “Ratu Jodha itu salah, Salima ... jika dia mengambil keputusan ini dari dulu maka kita semua akan selamat dari semua ini” Salima heran dengan perkataan ibunya yang seolah olah lupa bahwa penyebab semua masalah ini adalah Hamida sendiri yang membuat Jodha harus melawan Jalal “Jadi ibu berpikir kalau Ratu Jodha itu salah ?”, “Aku hanya memikirkan tentang seluruh bangsaku sedangkan dia hanya memikirkan tentang suaminya saja, ketika kita bicara tentang bangsa dan keluarga, seharusnya kita tidak memilih keluarga” Salima semakin bingung dengan ucapan Hamida “Bagaimana jika kejadian ini berimbas pada hubungan antara Ratu Jodha dan Yang Mulia ?” dengan santai Hamida berkata “Itu semua tergantung pada Jalal, Salima ... bagaimana dia menyelesaikan masalah ini”
Sementara itu dirumah Anarkali, Anarkali sedang duduk dilantai sambil menyalakan lampu Diya “Aku sangat bahagia karena Yang Mulia memenangkan perang dan Salim akan menjadi raja penerusnya, aku berdoa untuk ini”, “Kamu tidak mengerti tentang hal ini, Anarkali” ujar Zil Bahar sambil mendekati anaknya itu “Salim itu seperti sebuah mimpi buat kamu, jangan pikirkan dia, hal itu hanya akan menyakiti hatimu saja, jangan lupa mereka telah memberikan kita sebuah tempat untuk tinggal, jangan lupa bahwa kamu adalah seorang penari, kamu hanya bisa mempunyai gelang dikakimu bukan sebuah mahkota, kita ini orang biasa, Anarkali ... kita hanya bisa bermimpi tapi tidak bisa memenuhinya” Zil Bahar mencoba menyadarkan Anarkali agar tidak berharap lebih pada hubungannya dengan Salim “Menyalakan lampu Diya memang untuk kebahagiaan tapi hati hati lampu itu juga bisa membakar tangan kamu” ujar Zil Bahar kemudian meninggalkan Anarkali, Anarkali sangat terluka dengan ucapan ibunya “Aku telah kehilangan kekasihku” Anarkali kemudian mematikan lampu Diya tersebut
Di Hareem, ketika semua ratu para istri Jalal sedang bercengkrama disebuah ruangan bersama Hamida, tiba tiba Jalal masuk kesana dengan tatapan marahnya “Ketika aku pergi keluar istana, sebuah dosa telah terjadi disini, aku telah memberikan kebebasan untuk semua orang akan tetapi otoritas dan perintahku ditantang hanya oleh istriku sendiri, hari ini aku akan mengambil keputusan yang tegas !” Jalal terlihat murka, semua yang ada disana tidak percaya dengan ucapan Jalal termasuk Jodha dan Salima sementara Rukayah tersenyum senang melihatnya “Mariam Uz Zamani telah menentang keputusanku, aku tahu kalau dia memiliki kekuasaan tapi dia akan dihukum ! Aku akan memberikan hukuman padanya dimana tidak ada seorangpun yang akan pernah bisa menantang perintahku ! Aku pergi berperang tapi itu tidak ada hubungannya dengan agama Ratu Jodha ! Itu adalah perang untuk keyakinan, jika seseorang menerima agama Islam dengan kemauannya sendiri maka aku akan sangat bahagia tapi hal ini sangat menghina agamaku ketika menerimanya dengan keadaan terpaksa !” semua yang hadir disana hanya diam saja mendengarkan ucapan Jalal “Ratu Jodha, kamu telah mempermainkan hubungan kita, janji kita dan aku akan menghukum kamu untuk hal ini ! Aku telah membuat keputusan untuk menjatuhkan talak padamu ! Aku menceraikan kamu, Ratu Jodha !” semua yang hadir disana terkejut mendengar ucapan Jalal termasuk Jodha dan Hamida, sementara Rukayah semakin tersenyum senang “Yang Mulia, ini adalah sebuah dosa dengan menceraikan Ratu Jodha tanpa kamu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dari sisi Ratu Jodha !” Salima mencoba membela Jodha didepan Jalal “Ratu Jodha telah melakukan dosa dan dia akan dihukum ! Tidak ada seorangpun yang boleh mendukung dia, aku akan menceraikan dia didepan semua orang !” Jalal murka sambil menatap Jodha dengan ketus, orang yang selama ini telah dipercayainya kemudian Jalal meninggalkan ruangan itu, semua masih shock dengan keputusan Jalal termasuk Hamida, sementara Jodha juga merasa marah dan terluka dengan perlakuan Jalal lalu meninggalkan ruangan tersebut juga.
Jodha menyusul Jalal yang berada dikamar Jalal, Jalal hendak menghindari Jodha dengan berusaha tidak melihat, Jodha segera mendekatinya dan menjulurkan tangannya untuk menghalanginya “Mengapa kamu melakukan ini semua, Yang Mulia ? Apakah kamu sudah tidak mencintai aku lagi ? Bagaimana bisa kamu menceraikan aku ?” Jodha menatap Jalal dengan ketus “Kamu telah menentangku, Ratu Jodha ... itu sudah cukup untuk menceraikan kamu dan cinta itu telah pergi !”, “Aku tidak melakukan apapun ! Aku melakukan ini hanya untuk bangsaku, aku harus menjawab pertanyaan mereka, aku menghargai kamu, kamu selalu melayani bangsamu, aku juga mempunyai tugas ini juga !” Jodha mencoba menjelaskan ke Jalal “Tugasmu itu sangatlah berat, Ratu Jodha bahwa kamu menentang suamimu sendiri !”, “Ini bukan menentang kamu, Yang Mulia tapi itu adalah keputusan untuk bangsaku dari seorang Ratu, kita semua biasanya tidur setiap malam disini, ketika kamu sedang perang, kami semua gelisah, itu bukan perang antara kamu dan Iran tapi diantara para pangeran kita, dua bersaudara saling bertengkar dan apa yang kamu lakukan ? Suatu hari kamu telah memberikan gelar pada seorang anak kemudian memberikan gelar itu pada anak yang lain dilain hari” Jalal hanya memandang Jodha dengan amarahnya “Saudara yang biasanya saling menyayangi satu sama lain tapi sekarang mereka saling membunuh satu sama lain, mengapa ? Itu semua karena aku tidak mengubah agamaku, aku prihatin terhadap para prajurit, aku tidak ingin mereka mati maka aku harus mengambil keputusan ini untuk bangsaku dan jika aku tidak mengambil keputusan ini untuk mereka maka kenapa kamu menjadikan aku seorang Ratu India ? Katakan padaku apa yang harus aku katakan pada Tuhan bahwa karena agamaku banyak orang mati terbunuh ? Mana yang lebih penting ? berperang demi agama atau bertarung melawan agama ?” Jalal menatap Jodha dengan tatapan nanar sementara Jodha berusaha tegar didepan Jalal “Jika kamu marah padaku karena keputusanku ini maka aku bisa menerimanya”, “Kamu telah menentangku bukan sekali, Ratu Jodha tapi dua kali ! Itu membuktikan bahwa kamu tidak menganggap aku ini penting dan ini adalah sebuah dosa dengan mengubah agamamu secara terpaksa !” Jodha kali ini marah ke Jalal dan berkata “Apa itu agama ? Agama selalu membuat kedamaian bukan pertengkaran, apa yang kamu pikirkan itu adalah bertarung bertarung dan bertarung, saling membenci satu sama lain, pelajaran seperti apa yang akan kamu ajarkan pada anak anakmu ? Mungkin kali ini memang benar dengan menggunakan kekerasan, kamu tidak akan mengerti hari ini tapi suatu hari nanti kamu akan mengerti bahwa keputusanku tidak benar benar salah !” Jodha menatap ketus kearah Jalal dan pergi meninggalkannya
Sementara itu dikamar Rukayah, Rukayah sedang berdiri didepan jendela kamarnya sambil tersenyum senang “Aku pikir, anda akan merasa senang ketika akhirnya Yang Mulia Raja menceraikan Ratu Jodha” Hoshiyar penasaran dengan perasaan Rukayah “Apakah kamu pernah bermimpi, Hoshiyar ?”, “Ya, Ratu Rukayah” Rukayah membalikkan badannya kemudian berbaring miring ditempat tidurnya “Kapan ?”, “Ketika saya sedang tidur” Rukayah tersenyum sinis “Mimpi tidak bisa terlihat dengan mata tertutup, Hoshiyar”, “Apa ? Maksudmu ?” Hoshiyar semakin penasaran “Mimpi tidak akan terlihat ketika tertidur, Hoshiyar tapi mimpi tidak akan membiarkan kamu tidur, jika kamu ingin membuat mimpimu sendiri juga maka kamu harus tetap terjaga seperti biasa dan katakan padaku bahwa apa yang telah aku lihat ini adalah tidak benar, aku sangat kenal Jalal dengan baik, dia selalu memikirkannya terlebih dahulu sebelum memutuskannya ! Itu mengapa aku tidak merayakannya, Hoshiyar ... aku ingin tahu apa yang sedang dipikirkan Jalal saat ini !” Rukayah tersenyum sinis kemudian menghisap hookahnya sementara Hoshiyar pergi meninggalkan Rukayah
Jodha memasuki kamarnya sendiri, Jodha segera duduk didepan meja riasnya kemudian melepas semua perhiasannya yang menempel ditubuhnya, sesaat Jodha terdiam sambil memperhatikan dirinya didepan cermin rias kemudian menangis pilu membayangkan kejadian barusan, dilihatnya wadah sindor dimeja riasnya kemudian diambilnya wadah tersebut, tiba tiba dari arah belakang Jalal mendekatinya, memandangnya sekilas kemudian mengambil sindor tersebut dan ditaruhnya diatas rambut Jodha, Jodha sangat senang melihat kedatangan Jalal kemudian Jodha berusaha memegang tangan Jalal yang memegangi kepalanya dan Jodha memejamkan kepalanya sambil teringat moment indah bersama Jalal ketika Jalal menggodanya.
Saat itu Jodha ada didepan meja riasnya, Jalal mendekatinya kemudian memegang bahunya “Ketika aku memandangmu, aku lihat, kamulah yang paling cantik”, “Kamu selalu menggodaku, Yang Mulia” Jalal kemudian mendekatkan pipinya ke pipi Jodha sambil berkata “Tidak ada yang bisa memisahkan kita berdua, Ratu Jodha ... hubungan kita berdua adalah sebuah hubungan yang aneh, dimulai dari saling tidak mengenal satu sama lain kemudian saling membenci namun sekarang kita malah saling mencintai yang teramat dalam, aku sangat bersyukur pada Tuhan karena telah mengirimkan kamu untukku” Jalal berusaha hendak mencium pipi Jodha tapi Jodha melengos kemudian berdiri hendak meninggalkan Jalal, Jalal segera menyambar lengannya “Ratu Jodha, apakah kamu sudah berdoa pada Kahnaa ? Apa yang kamu minta dalam doamu ?”, “Aku memohon untuk hubungan kita, Yang Mulia ... aku ingin akulah yang terlebih dahulu meninggal sebelum dirimu karena dengan begitu aku akan selama lamanya menjadi milikmu sampai akhir hayatku” Jalal bingung dan mengernyitkan dahinya “Doa macam apa itu ?”, “Semua wanita mendambakan hal ini, Yang Mulia ... semua wanita ingin agar suaminya berada disisinya saat ajal datang menjemputnya, kamu tahu kan bahwa hanya kematianlah yang bisa memisahkan kita berdua” Jalal langsung menutupi mulut Jodha dengan jemarinya “Tidak ada yang bisa memisahkan kita, Ratu Jodha !” ujar Jalal dengan tatapannya yang penuh cinta kemudian mereka saling berpelukkan
Ketika Jodha membuka matanya dilihatnya Jalal tidak ada lagi berdiri dibelakangnya, Jodha menatap kesekeliling kamarnya, kamarnya sepi tidak ada siapa siapa disana, Jodha baru menyadari bahwa barusan hanyalah khalayannya belaka, Jodha segera mengambil sindoor tersebut dan ditaruhnya diatas dahinya sendiri dan berkata “Selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan Yang Mulia pergi menjauh dari aku, aku tidak akan menceraikan kamu dalam keadaan apapun, Yang Mulia !” Sinopsis Jodha Akbar episode 501 by Sally Diandra