loading...

Sinopsis Jodha Akbar episode 476 by Sally Diandra

Sinopsis Jodha Akbar episode 476 by Sally Diandra. Malam itu Jalal dan Jodha sedang tidur berdua dikamar Jalal, mereka nampaknya sedang menikmati kebersamaan mereka berdua, namun tiba tiba Jodha berkata “Yang Mulia, aku harus pergi sekarang” ketika Jodha hendak meninggalkan Jalal, Jalal langsung menggeret lengan Jodha “Aku mohon jangan pergi, Ratu Jodha”, “Tapi aku harus pergi ke kamar Aram Bano, Yang sinopsisjodhaakbar.blogspot.com 4761Mulia ... kamu tahu kan dia itu nggak bisa tidur sebelum mendengarkan aku mendongeng” Jodha mencoba meminta pengertian Jalal “Aku juga nggak bisa tidur tanpa kamu disampingku, Ratu Jodha ... aku mohon tetaplah disini menemani aku malam ini” Jalal merajuk sambil terus memegangi tangan Jodha erat “Tidak mau !” Jodha menggoda Jalal dengan pura pura menolak “Ini adalah perintah Raja, Ratu Jodha !” tiba tiba Jodha tertawa melihat tingkah laku suaminya “Kamu ituu yaa keras kepala seperti anak kecil” Jalal kembali memegangi tangan Jodha “Aku tidak akan membiarkan kamu pergi !” Jodha geli melihat tingkah laku Jalal “Lalu kalau Aram Bano datang kesini, bagaimana ?”, “Biarkan, biar saja dia datang” tiba tiba salah satu pelayan mengganggu kebersamaan mereka berdua “Mohon ijin, Yang Mulia” ujar sipelayan dari balik pintu luar kamar “Ada apa ? Apakah Aram Bano mencariku ?” tanya Jodha sambil tetap berada didalam kamar bersama Jalal “Tidak Malika Hind, ini bukan Aram Bano tapi Ratu Bhaksi Bano”, “Ada apa dengan Bhaksi Bano ?” kali ini Jalal yang bertanya “Ratu Bhaksi Bano dan beberapa orang ingin bertemu dengan anda di taman, Yang Mulia”, “Baiklah nanti aku kesana”, “Yang Mulia, bukankah Bhaksi Bano sedang melakukan perjalanan ziarah ke Saudi Arabia ?” tanya Jodha, sesaat Jalal berfikir kemudian mereka berdua keluar dari kamar. 

Jalal, Jodha dan anggota keluarga kerajaan lainnya menemui rombongan yang akan pergi berziarah “Kak, ketika kami ingin berziarah, kami dicegat dan mereka bilang bahwa orang India dilarang pergi ke Saudi Arabia” Bhaksi mencoba memberikan penjelasan mengenai kegagalannya pergi berziarah ke Saudi “Kami juga begitu, Yang Mulia” beberapa orang juga mengatakan hal yang sama, Jalal dan para anggota keluarga lainnya sangat terkejut begitu mendengar keterangan dari Bhaksi “Kalau begitu pesta penobatan putra mahkota jangan dulu dilakukan, Yang Mulia ... mereka telah mulai memberikan sanksi pada kita, kita harus menunda pesta ini” Salima ikut angkat bicara “Tapi Salim nanti akan terluka hatinya kalau pesta penobatan ini ditunda tunda terus” Jodha mencoba membela Salim “Pesta penobatan tetap akan kita lakukan hanya pada waktu tertentu saja !” ujar Jalal datar kemudian meninggalkan mereka semua, sementara anggota keluarga yang lain bingung dengan keadaan ini. 

Di Dargah, Salim sedang berdoa disana, Salim memberikan beberapa koin emas kepada para ulama “Tolong bagikan koin koin emas ini untuk semua fakir miskin yang ada disini atas nama Rashid Khan” tepat pada saat itu Anarkali masuk ke Dargah dan melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Salim menyebut nama ayahnya, tak lama kemudian Salim meninggalkan tempat tersebut tapi langsung dicegat oleh Anarkali “Salam, Pangeran Salim” Anarkali memberikan salam pada Salim, Salim menatapnya sambil tersenyum “Ayahmu meninggal itu karena aku, aku belum bisa meminta maaf padanya maka aku berdoa pada Tuhan untuk mengampuni semua kesalahanku, tak lama lagi aku akan menjadi Raja, aku ingin melayani rakyatku dan aku ingin memastikan pada setiap orang bahwa tidak ada satupun rakyatku yang terluka didalam negaraku”, “Aku turut bahagia melihat kamu bahagia, Pangeran ... aku sangat panik melihat kamu menderita pada malam itu” Salim hanya tersenyum “Untungnya kamu ada disana pada malam itu, kalau tidak mungkin aku sudah meninggal dunia” Anarkali langsung menutup mulut Salim dengan tangannya namun tempat mereka berdiri tertutup oleh tirai kelambu “Jangan katakan seperti itu, aku mohon” Salim mencoba menyentuh tangan Anarkali yang terhalang oleh tirai kelambu, Anarkali tersipu malu dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain dan berkata “Ini salah ! Ini tidak benar !” Anarkali mencoba mengingkari perasaannya “Dengan menyembunyikan perasaanmu itu, itulah yang salah, Anarkali ... kamu mencintai seseorang dan kamu tidak mengatakannya, ini adalah salah, asal kamu tahu aku sangat mencintaimu” Anarkali kembali menyuruh Salim menghentikan ucapannya lewat gerakan tangannya yang seperti hendak menutup mulut Salim “Kadang ada baiknya sesuatu itu tidak perlu diucapkan, aku ini hanyalah pelayanmu saja, aku tidak bisa menjadi kekasihmu”, “Kamu bukan pelayan ataupun penari untukku, bagiku kamu itu Nadira, kamu itu adalah Anarkali yang mencintai seorang prajurit biasa” Salim berusaha meyakinkan Anarkali “Anarkali telah mati ketika dia mengenakan gelang kaki, sekarang yang ada hanyalah Anarkali seorang penari, aku tidak pantas menerima cintamu sekarang” ujar Anarkali kemudian mengalihkan pada pandangan lain, melihat penolakan Anarkali, Salim berkata dalam hati “Suatu hari ketika aku menjadi seorang Raja, aku akan menikahimu dan akan menjadikan kamu sebagai Malika Hind ( Ratu India ), ini adalah janjiku !” tak lama kemudian Salim pergi meninggalkan Dargah, sementara Anarkali berdoa pada Tuhan “Yaa Khudaa ... pada situasi yang bagaimana aku ini, aku tidak bisa mengatakan pada seseorang yang aku cintai dan juga aku tidak bisa menolak cintaku ini” Anarkali merasa pada sebuah delima yang cukup sulit “Sebaiknya aku mengatakan selamat tinggal pada Salim, karena bagaimanapun juga jika aku mendekatinya maka akan memberikannya harapan tapi akan menghancurkan hidup Maan Bai”
Diruang sidang Dewan - E - Khaas, Jalal meminta untuk memulai pesta penobatan, mahkota sang putra mahkota diberikan ke Jalal “Pesta penobatan ini kemarin sempat terhenti tapi sekarang aku akan menyelesaikannya dan aku ingin melihat siapa yang akan menghentikan aku dan aku akan memberikan mahkota ini ke ...” sesaat Jalal terdiam, semua orang tegang menunggu kata kata Jalal, sementara Salim sudah senyum senyum menatap ayahnya dengan penuh percaya diri “Aku berikan mahkota ini ke Pangeran Murad !” semua yang hadir disana terkejut mendengarnya terutama Jodha dan Salim yang tidak percaya dengan apa yang diumumkan oleh Jalal barusan, Jalal menghampiri Murad dan mengenakan Murad mahkota putra mahkota “Dia adalah anakku yang sah dan legal, aku pikir Raja Iran tidak akan mempunyai masalah dengan hal ini dan dia tidak akan menghentikan rakyatku untuk pergi berziarah dan Ratu Jodha juga tidak harus mengubah agamanya” para utusan dari Iran sangat senang mendengar pernyataan Jalal “Itu bagus, Yang Mulia Raja ! Selamat untuk anda Yang Mulia !” sementara dari bilik para Ratu, Jodha heran dengan pernyataan Jalal “Apa sih yang telah Yang Mulia Raja lakukan ?”, “Salim pasti akan sangat terluka” Salima ikut angkat bicara, ibu Hamida dan Rukayah juga merasa heran dengan keputusan Jalal. Setelah mengumumkan pernyataannya, Jalal sekilas melirik kearah Salim lalu berkata “Aku harap tidak ada yang keberatan dengan keputusanku ini karena ini adalah keputusan Raja !” 

Dikamar Salim, Salim sangat marah setelah mendengar keputusan Jalal menobatkan Murad sebagai putra mahkota, tepat pada saat itu Jodha menemuinya dikamarnya “Aku tahu apa yang terjadi hari ini adalah tidak benar, ini salah !” Jodha mencoba menenangkan Salim “Dulu ibu bilang bahwa ketika seorang anak laki laki tumbuh menjadi dewasa, maka ayahnya akan menjadi temannya, aku sebenarnya tidak keberatan kalau Yang Mulia menjadikan saudaraku Murad mengenakan mahkota itu tapi mengapa dia menghina aku seperti ini didepan orang banyak !” Salim benar benar kesal dengan pernyataan Jalal “Ibu juga terluka dengan apa yang terjadi padamu, Salim” Jodha berusaha menengahi “Tidak ada seorangpun yang bisa melakukan sesuatu, ibu bisa membicarakan hal ini dengan Yang Mulia, aku tidak keberatan kalau Murad menjadi Raja selanjutnya akan tetapi Yang Mulia harus menjawab pertanyaanku mengapa dia menghina aku ? Mengapa dia tidak memberikan hakku ?” ujar Salim sambil berlalu dari hadapan Jodha dengan perasaan marah, Jodha sangat panik dibuatnya. 

Siang itu Jodha langsung menemui Jalal yang sedang berdiri didepan timbangan besar “Yang Mulia, kamu telah melakukan keadilan, kamu telah memberikan kebahagiaan pada satu anak dan membuat anak yang lain terluka, kamu ingin membahagiakan rakyatmu maka kamu menyakiti anakmu” Jalal hanya diam saja mendengarkan ucapan Jodha dengan seksama “Kamu pikir itu untuk aku ? Coba aku tanya padamu mengapa kamu pergi ke desa dan melayani para penduduk ?”, “Aku melayani rakyat, sebagai Mariam Uz Zamani”, “Sebagai Raja, aku harus melayani rakyatku juga, aku tidak bisa mengambil hak hak yang mendasar dari rakyatku” tak lama kemudian Jalal menceritakan rencana yang telah disusun bersama para menterinya. 

“Yang Mulia, rombongan peziarah dicegat untuk berpergian berziarah” Birbal memberikan informasi ke Jalal “Ini salah ! Ini adalah hak setiap umat muslim” Jalal sangat marah pada larangan tersebut “Yang Mulia, kita juga tidak bisa pergi berperang, kita telah mengalami banyak masalah dalam beberapa hari ini dan perang ini membuat kita lemah” Abu Fazal juga ikut mengutarakan pendapatnya “Kita harus menolak aturan Raja Iran, aku akan berperang dengan pikiranku, aku akan memberikan mahkota itu ke Murad untuk saat ini untuk membodohi Raja Iran”
Jodha mendengarkan rencana Jalal yang telah disusunnya bersama para menteri “Tapi bagaimana kamu mengatasi setiap orang, bagaimana kamu akan menghapus keretakan antara dua bersaudara ? Saat ini disatu sisi adalah keluargamu dan disisi yang lain adalah rakyatmu” Jodha mendekat kearah Jalal sambil memohon “Yang Mulia, aku mohon, aku minta padamu untuk menceritakan semua ini ke Salim, dia bisa mengira bahwa kamu tidak memperhatikan dirinya didepan rakyatmu” Jalal membelai kepala Jodha lembut “Aku ingin membicarakan hal ini dengannya tapi aku tahu aku akan jadi lemah jika aku berbicara dengannya, aku tahu saat ini dia sedang terluka hatinya karena aku tapi percayalah bahwa mahkota ini hanya untuk Salim, Murad tidak berhak atas mahkota itu, aku akan menjelaskan semuanya ke Sekhu Baba pada saat yang tepat” Jodha panik dan tegang mendengar penjelasan Jalal. Sinopsis Jodha Akbar episode 477 by Sally Diandra.






Bagikan :
Back To Top