Sinopsis Jodha Akbar episode 473 by Sally Diandra. Jalal sedang berkumpul bersama para utusan dari Iran, salah satu utusan tersebut membacakan pesan dari raja Iran “Cukuuuuupppp !!!!” Jalal langsung menghentikan ucapan Duta Besar Iran “Jika seseorang mengatakan seperti ini lagi, maka aku tidak akan segan segan membunuhnya, jika seseorang menunjuk pada anakku maka aku tidak bisa mentoleransinya, aku tidak akan mendengarkan penjelasan apapun yang menentang Salim dan Ratu Jodha !” ulama kerajaan Mughal yang juga turut hadir disitu menenangkan Jalal dan menyuruh Jalal untuk mendengarkan terlebih dulu penjelasan dari utusan Raja Iran itu “Mengapa ? Aku telah menikahi Ratu Jodha dengan semua ritual yang berlaku !” Jalal geram dan kesal “Dalam Islam, setelah menikah istri, harus merubah agamanya, jika kamu ingin menjaga namamu tetap baik didunia, maka mintalah Ratu Jodha untuk mengubah agamanya” ujar salah satu utusan Iran “Aku sangat menghormati Raja Iran, dia telah sangat membantu kami tapi aku tidak akan lupa bahwa aku mendapatkan Kesultanan Mughal ini dengan perjuanganku sendiri, aku mendapatkannya dengan kecerdasanku dan aku tidak akan mentoleransi campur tangannya dalam pemerintahanku” Jalal benar benar kesal adanya campur tangan dari pihak lain “Tapi kamu tidak bisa menolak peraturan dalam agama Islam, Yang Mulia Raja”, “Jika aku tidak bisa menerima kemauan kalian, lalu apa yang akan kalian lakukan ?”, “Orang orang dari India akan dilarang untuk berziarah ke Saudi Arabia” sang Duta Besar mulai angkat bicara, Jalal dan semua menterinya yang ikut hadir disitu sangat terkejut mendengar ancaman dari Duta Besar dari Iran itu “Tidak ada satupun orang dari India yang akan memasuki Mekah dan Madinah, perilaku keras kepalamu itu akan membuat rakyat India dalam sebuah masalah, dilain pihak hal ini juga akan dikenakan padamu, kamu tidak diijinkan untuk pergi ke Iran !”, “Kamu mengancam aku ! Pergi dan katakan pada Rajamu bahwa aku tidak peduli !” amarah Jalal kembali meradang, ulama kerajaan Mughal berusaha menenangkan Jalal “Yang Mulia, masalahnya ini menjadi sangat sulit, saya ingin anda memikirkan hal ini terlebih dahulu karena agama terlibat didalamnya”, “Yaa benar begitu, kamu bisa mendiskusikan soal ini dengan para ulamamu, kami akan datang lagi nanti” para utusan dari Iran itu pun pergi meninggalkan Jalal, sepeninggal utusan dari Iran, Jalal mencoba berdiskusi dengan Fazal, Aziz dan sang ulama “Jika Raja Iran telah membebankan larangan, maka rakyat India akan menderita”, “Aku tidak bisa memaksa orang lain untuk menerima Islam dan aku telah memberikan Ratu Jodha persetujuan untuk mengikuti keyakinannya” ujar Jalal sedih “Akan tetapi umat muslim didunia sangat menghormati Raja Iran, kami akan menderita gara gara kekeraspalaan anda, Yang Mulia” Jalal pun mulai berfikir keras.
Dikamar Rukayah, Rukayah memasuki kamarnya sambil menangis dan mencopot mahkotanya lalu melemparnya kelantai, Rukayah berteriak memanggil Hoshiyar “Hoshiyar ! Hoshiyar ! Hoshiyar !” Hoshiyar datang dan meminta hadiahnya pada Rukayah, karena Hoshiyar pikir Rukayahlah yang menjadi Malika Hind, Rukayah marah dan memukuli Hoshiyar dengan keras “Hadiah apa ! Aku ini menjadi Ratu Tajdari ! Ratu Tajdri ! Bukan Malika Hind !” Ambil mahkotaku ini !” Hoshiyar mengambil mahkota Rukayah dan perlahan meninggalkan Rukayah yang masih marah, sementara Rukayah menangisi nasibnya dan berkata pada dirinya sendiri “Sekali lagi Jodha telah menang, apa yang tidak dia inginkan selalu dia dapatkan dan aku yang menginginkan hal itu, tidak pernah mendapatkannya ! Padahal aku telah mencoba untuk berlaku baik padanya akan tetapi Jalal selalu saja melakukan sesuatu yang membuat aku semakin membencinya !” Rukayah mengambil cermin riasnya dan berkaca “Aku ini cantik, aku ini pintar tapi mengapa Jalal selalu memikirkan Ratu Jodha, kenapa dia tidak pernah memikirkan aku ?” Rukayah menangis tersedu sedu.
Dikamar Hamida, Hamida tidak mau makan apa apa “Kalau Jalal sudah datang, aku baru mau makan” ujar Hamida pada dua pelayannya, Jodha yang masuk kekamarnya juga berusaha membujuk Hamida, tapi Hamida tetap tidak mau makan, tepat pada saat itu Jalal menemui ibunya “Jalal, apakah semuanya baik baik saja ?”, “Semuanya baik baik saja, ibu ... Ini hanya urusan politik” Jalal berusaha menenangkan ibunya “Apakah hal ini ada hubungannya dengan agama kita ?”, “Tidak, tidak ibu ... mereka menghentikan aku memberikan mahkota untuk Salim karena mereka pikir waktu beribadat telah berlalu jadi aku akan memberikan mahkota padanya nanti” Jalal memandang Jodha dengan tatapan bingung, seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan tapi ditahannya, tak lama kemudian Jalal meninggalkan tempat itu, Jodha jadi curiga “Sepertinya ada yang mengganggu pikiran Yang Mulia” bathin Jodha dalam hati.
Pada malam hari, Jodha sedang terbaring ditempat tidurnya, dirinya teringat bagaimana Jalal ketika sedang bingung “Yang Mulia mengatakan semuanya baik baik saja tapi dia kelihatannya sangat tegang dan panik, biasanya Yang Mulia selalu mengucapkan selamat malam sebelum aku tidur tapi malam ini dia tidak datang, aku harus berbicara dengannya” Jodha segera keluar dari kamarnya dan menemui Jalal yang saat itu sedang mondar mandir didepan kamarnya “Yang Mulia, ada apa ? Kamu tidak tidur ?”, “Aku tidak bisa tidur, Ratu Jodha”, “Kamu terlihat begitu tegang, ada masalah apa ?” Jalal hanya menggelengkan kepala “Tidak ada apa apa”, “Tidak, aku tahu ... pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, kamu biasanya menceritakan semuanya keaku tapi kenapa sekarang kamu menyembunyikannya ?” Jodha mulai curiga ke Jalal “Aku tidak suka hal ini ketika mereka menghentikan aku untuk memberikan mahkota pada Salim”, “Apa yang mereka katakan pada saat pertemuan tadi ?”, “Tidak ada apa apa, ini hanya urusan politik, lebih baik kamu pergilah ke kamarmu, ayooo kita tidur” Jalal mengandeng Jodha masuk ke kamarnya.
Dipasar, Anarkali sedang kepasar dan bertemu dengan Sakina, sahabatnya masa kecil yang saat itu sedang berjualan alat alat perang “Kamu sekarang penari kerajaan ya, selamat ya Anarkali” mereka berduapun berpelukan “Buat kamu, aku adalah Nadira, Nadira teman kecilmu” ujar Anarkali sambil melonggarkan pelukkannya “Oh iya kemarin Duta Besar Iran menghentikan Yang Mulia Raja memberikan mahkota untuk Salim, itu suatu tindakan yang keliru, Salim telah menolong banyak orang, dia telah bekerja siang dan malam untuk pemulihan rakyat”, “Kamu kok sekarang bisa menghargai dia ?” Sakina mulai penasaran “Aku telah mengerti sekarang bahwa aku telah salah paham padanya, selama ini aku membencinya karena kelakuannya dimasa kecil dulu tapi sebenarnya dia itu orang yang baik”, “Apakah kamu mencintainya, Anarkali ?” Sakinah sangat penasaran dengan perasaan Anarkali “Aku tidak bisa memikirkan hal itu saat ini, Sakinah ... dia itu tunangannya Maan Bai”, “Untuk urusan cinta, hal itu tidak menjadi masalah, Anarkali” Anarkali menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sedih “Aku tidak bisa mencintai siapapun karena aku adalah seorang penari tapi aku telah bertobat karena aku telah menganggapnya salah”, “Kalau begitu seharusnya kamu meminta maaf padanya” kata Sakinah, Anarkali mulai berfikir.
Jalal dan Hamida sedang berjalan menuju ke ruang Dewan - E - Khaas, Jalal sudah menceritakan semuanya ke ibunya “Sekarang ibu tahu kan mengapa aku tidak menceritakan hal ini ke Ratu Jodha, kita harus mencari solusinya”, “Kita telah bersahabat baik dengan Iran selama ini, bagaimana mereka bisa mengatakan hal semacam itu ?” Hamida sangat meyayangkan ulah negara Iran “Aku tidak akan memaksa Ratu Jodha untuk mengubah agamanya, seperti yang telah aku katakan semuanya ke ibu yang menjadi masalah untukku, saat ini aku telah mengundang semua menteri menteriku dalam sebuah pertemuan dan aku ingin ibu juga menghadiri pertemuan tersebut” Jalal dan Hamida memasuki ruang sidang dimana para menterinya telah berkumpul semua disana “Apakah ada yang sudah menemukan solusinya untuk masalah ini ?” sang ulama angkat bicara “Saya telah mencoba mencari beberapa solusinya, Yang Mulia ... tapi secara jelas dalam Islam disebutkan bahwa seseorang harus mengubah keyakinannya ke agama Islam setelah dia menikah”, “Kita memang belum punya solusi, tapi itu bukan berarti bahwa aku setuju dengan Iran ! Sampai saat ini kita tidak punya masalah, aku tidak ingin memaksa Ratu Jodha, sebagai seorang Raja aku harus menghormati setiap orang, aku telah mengatakan pada semua orang bahwa mereka bebas menganut agama apapun didaerah kekuasaanku !” semua hanya terdiam mendengarkan pendapat Jalal “Jalal, kita memang tidak bisa memaksa Ratu Jodha tapi rakyatlah yang nanti akan menderita” akhirnya Jalal dan para menterinya mencoba berdiskusi lebih jauh lagi tentang hal ini, hal yang cukup berat yang mereka hadapi akan tetapi tetap saja mereka tidak bisa menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini “Satu hal yang pasti bahwa jelas aku tidak ingin meminta Ratu Jodha mengubah agamanya ke agama Islam !” ujar Jalal lantang.
Dipasar, Salim dan Qutub memasuki pasar dengan kuda mereka, sedari tadi Salim tampak merenung “Salim, kamu kenapa ? Apa yang kamu khawatirkan ?” Qutub sahabat Salim mencoba mencari tahu apa penyebab kemurungan Salim “Aku khawatir soal permasalahan yang dibawa oleh para utusan Iran itu, Yang Mulia Raja selalu menginginkan aku untuk menghadiri setiap pertemuan tapi kali ini dia tidak mengundangku pada pertemuan tersebut” tiba tiba Danial menyeruak diantara mereka “Sudah tidak usah terlalu dipikirkan, lebih baik kita jalan jalan disekitar pasar ini saja bagaimana ? Perasaanmu pasti akan lebih baik” akhirnya mereka menuruti ajakan Danial. Sementara itu dikios Sakinah, tiba tiba salah satu tetangga Sakinah mengabarkan bahwa ayah Sakinah sakit “Sakinah lebih baik kamu temui ayahmu dulu, kiosmu aku yang jaga” Sakinah percaya pada Anarkali, diapun bergegas meninggalkan kiosnya, ketika Anarkali sedang menata busur busur panah agar tertata rapi, Salim menghampiri kios Sakinah dimana ada Anarkali disana, Salim suka dengan salah satu belati yang dijual dikios itu “Nona, berapa harga belati ini ?” begitu Anarkali berbalik dilihatnya Salim berdiri tepat didepannya, mereka pun saling berpandang pandangan cukup lama “Salam Pangeran Salim”, “Apakah ada masalah sehingga kamu bekerja dikios ini ?” Anarkali menggelengkan kepalanya “Ini kios sahabat saya dan saat ini dia sedang menemui ayahnya yang sakit jadi saya yang menggantikannya sementara disini”, “Berapa harga belati ini ?” Anarkali hanya tersenyum “Seluruh kesultanan Mughal adalah milik anda, Pangeran ... anda bisa mengambilnya tanpa harus membayarnya, kedengarannya tidak baik kalau bicara masalah harga dengan seorang putra mahkota” namun Salim tetap bersikeras memberikan sekantong koin emas sebagai harga untuk belati yang dipilihnya “Ambillah sekantong koin emas ini” Anarkali pun menerimanya, tangan mereka bertemu ketika Anarkali mau mengambil kantong koin emas itu, Salim tersenyum ke arah Anarkali, Anarkali tersipu malu dan menundukkan matanya, lagu Rabba is pyar mulai terdengar “Terima kasih, tuan ... Ini sangat banyak dari harga sesungguhnya” , “Belati juga sangat spesial buatku” Anarkali tersenyum “Nanti aku akan mengatakan pada sahabatku bahwa betapa baiknya anda” Salim hanya tersenyum “Katakan juga pada temanmu itu, apa yang dia pikirkan tentang ayahnya itu sangat mulia, aku akan mendoakan untuk ayah temanmu itu juga” ujar Salim kemudian pergi meninggalkan Anarkali, sementara dari kejauhan Danial dan Qutub melihat kebersamaan Anarkali dengan Salim.
Diistana, Haidar menemui Duta Besar Iran, Haidar memberikan salam pada sang Duta Besar “Apa Yang Mulia sudah memutuskan ?” Haidar mulai bertanya, sementara paman Haidar berkata dalam hati “Kami telah berusaha untuk menemukan apa yang menjadi masalah diantara mereka”, “Sepertinya Yang Mulia Raja sedang memikirkannya” Haidar berusaha untuk meyakinan para utusan Iran tersebut “Yaa ... Yang Mulia Raja harus meminta Ratu Jodha untuk mengubah agamanya atau kalau tidak rakyat dari India tidak boleh mengadakan perjalanan ziarah” ujar sang Duta Besar, Haidar dan pamannyapun meninggalkan mereka, ditengah perjalanan Haidar berbisik kepamannya “Paman, aku akan memanfaatkan berita ini untuk melawan Jalal, aku akan menyulut api kebencian pada diri Salim agar hubungan Salim dan Jalal berantakan kembali !”
Jodha sedang berada dikamar Jalal ketika Jalal memasuki kamarnya sendiri “Ratu Jodha, kamu disini ? Ada apa ?”, “Aku pikir, aku ingin bermain catur denganmu, Yang Mulia” Jalal tersenyum “Aku juga berfikiran sama, aku juga ingin menghabiskan malam ini bersama denganmu” kemudian mereka berdua duduk berhadap hadapan dan ditengahnya terdapat papan catur, sambil bermain catur Jodha memulai pembicaraannya “Yang Mulia, apakah kamu ingat pesta pernikahan kita ?”, “Yaa tentu aku ingat, aku telah melakukan ijab kabul bersamamu kemudian menikah dengan ritual Hindu bersamamu juga” Jodha hanya tersenyum “Kamu bohong, jika kamu ingat pesta pernikahan kita maka kamu pasti ingat bahwa kamu telah berjanji akan membagikan semuanya dengan aku, kamu tidak akan pernah menyembunyikan apapun dari aku, jika suatu ketika aku tahu sesuatu hal bukan dari kamu tapi dari orang lain maka itu akan sangat menyakiti perasaanku”, “Aku juga sebenarnya tidak ingin kamu tahu dari orang lain, tapi untuk masalah yang kali ini aku masih ragu ragu untuk mengatakannya padamu, Ratu Jodha” sesaat Jodha tertegun “Aku tahu kalau banyak permasalahan yang parah, kamu bisa menceritakannya padaku” Jalal kemudian mengambil pion catur yang berbentuk raja sambil berkata “Sebenarnya Raja Iran tidak menginginkan aku membuat Salim menjadi Raja selanjutnya” Jodha sangat terkejut mendengar penuturan Jalal. Sinopsis Jodha Akbar episode 474 by Sally Diandra