Sinopsis Jodha Akbar episode 469 by Sally Diandra. Di istana di Agra ... Haidar menghampiri Salima yang sedang duduk diteras halaman istana “Ratu Salima, banyak prajurit kita yang terluka diperang termasuk juga Pangeran Salim”, “Kalau begitu kita seharusnya mengirimkan beberapa pelayan dari sini untuk menolong mereka”, “Tapi maaf, Ratu Salima kalau boleh saya bilang, rasanya sulit buat kita untuk menang, pasukan Mirza Hakim sangat kuat dan jika dia menang maka dia akan menyerang istana Agra sementara Yang Mulia Raja sedang tidak berada disini untuk menyelamatkan anda maka saya usulkan lebih baik anda pergi saja terlebih dahulu meninggalkan istana ketempat yang lebih aman” Haidar merasa pesimis dengan perang yang dipimpin oleh Salim “Aku tidak bisa percaya bahwa kamu adalah anaknya Adam Khan yang tidak pernah kalah dalam berperang, dan aku adalah istrinya Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad Akbar, bagaimana bisa kamu bicara seperti itu ?” Salima heran dengan ucapan Haidar “Kamu tahu kan saat ini Pangeran Salim, Yang Mulia Raja, Ratu Jodha dan Ratu Rukayah sedang menderita dan menolong orang lain dan kamu menyuruh aku untuk melarikan diri dari sini ?” Haidar salah tingkah didepan Salima “Maksud saya bukan seperti itu, Ratu Salima”, “Aku juga harus bertanggung jawab terhadap rakyatku, kamu menginformasikan padaku tentang keadaan yang sedang terjadi di Kesultanan Mughal” Haidar bingung dan tidak percaya “Pada anda, Ratu Salima ? Anda kan seorang perempuan”, “Jangan lupa, Haidar ,,, seorang perempuan bisa melahirkan kamu kedunia ini, seorang perempuan bisa sebagai Mariam uz Zamani, seorang perempuan bisa berperang dalam perang”, “Baik, maafkan saya., Ratu Salima” ujar Haidar kemudian meninggalkan Salima, tepat pada saat itu Anarkali dan pelayan lainnya menghampiri Salima “Salam, Ratu Salima”, “Kami membutuhkan bantuanmu, pergilah ke medan pertempuran dan rawatlah para prajurit yang terluka disana”, “Baik, Ratu Salima, saya akan pergi kesana” Anarkali dan para pelayan lainnya pergi meninggalkan Salima.
Jalal sedang dalam perjalanan menuju ke makam para ulama besar, ditengah perjalanan dia bertemu dengan seorang ibu yang sedang menangisi anaknya yang tercebur ke sumur besar, ibu anak tersebut memohon pada Jalal untuk menolong anaknya, Jalal segera mencari tali dan mengikatkan tali tersebut ke sebuah pohon yang menjuntai, kemudian mengikatkan tubuhnya dengan tali tersebut dan menyuruh orang orang yang ada disana untuk menurunkannya ke sumur besar itu, setelah sampai dibawah, Jalal segera menarik anak kecil itu dan menyuruh orang orang yang berada disana untuk menariknya keatas, Jalal berhasil menyelamatkan nyawa anak kecil tersebut, ibu si anak sangat berterima kasih pada Jalal “Musafir, kami sangat berterima kasih padamu, kamu telah menyelamatkan nyawa anak kami, kamu adalah Tuhan bagi kami” ujar sang ibu “Bukan, saya bukan Tuhan, saya adalah salah satu hambaNya, saya telah melakukan banyak kesalahan dulu, jadi saya harus pergi untuk menebusnya” Jalal kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih berada didekat sumur besar tersebut.
Sementara itu ditempat Jodha, tabib masih mengobati Jodha, Jodha menghela nafas panjang dan melihat dalam mimpinya Jalal sedang berjalan di tanah yang tandus, dimana semuanya berantakan, berserakan mayat mayat bergelimpangan, Jodha mulai gelisah dalam tidurnya, disamping itu Jalal sedang berjalan dipadang gurun, angin berhembus sangat kencang, Jalal sangat lelah dan lapar. Ketika malam hari, Jalal bertemu dengan beberapa pendeta agama Hindu yang sedang menikmati makan malamnya bersama para fakir miskin, pendeta tersebut menyuruh Jalal untuk mampir “Musafir, istirahatlah dulu dan makanlah bersama kami” Jalal terus berjalan sambil berkata “Tidak, aku tidak lapar, ini tentang nyawa seseorang, aku tidak bisa tinggal disini” pendeta tersebut mendekati Jalal “Baiklah, bawalah ini untuk kamu makan dan pakailah syal ini, ini akan menolongmu” pendeta itupun menyampirkan syalnya ke bahu Jalal “Terima kasih” Jalal kemudian meninggalkan pendeta itu sambil membawa makanan.
Jalal kembali melanjutkan perjalanannya, ditengah jalan Jalal bertemu dengan seorang anak yang kelaparan bersama ibunya “Ibu, aku lapar, aku lapar, ibu ... aku ingin makan”, “Sabar ya, nak ... Ibu belum punya makanan” Jalal yang mendengar rintihan anak itu langsung tergerak hatinya untuk memberikan makanan yang dibawanya “Aku tidak bisa berhenti sebentar untuk menolong mereka akan tetapi Ratu Jodha telah memperbaiki kesalahan kesalahanku, aku harus menolong mereka” Jalal kemudian menghampiri mereka “Musafir, kami sudah tidak makan selama 4 hari” Jalal kemudian memberikan makanan yang dibawanya sedari tadi dan syal yang diberikan oleh pendeta tadi untuk anak dan ibu yang kelaparan “Aku doakan semoga semua permasalahanmu bisa segera terselesaikan” Jalal sangat berterima kasih dan meninggalkan mereka.
Salah satu prajurit mendatangi Hamida “Ibu Ratu, kami telah kehilangan Yang Mulia ketika badai angin datang, dia sendirian saat ini” Hamida berdoa semoga Jalal selamat “Tidak akan terjadi apa apa pada Yang Mulia Raja, ibu Ratu ... Dia itu orangnya kuat dalam menghadapi apapun” Todar Mal berupaya menenangkan Hamida “Kami akan mengirimkanprajurit yang lain untuk menemukan Yang Mulia” ujar Abu Fazal tak lama kemudian mereka pergi dari hadapan Hamida.
Keesokan harinya, Jalal masih terus melanjutkan perjalanannya, tubuhnya sangat lelah dan terjatuh ditanah sambil mencari cari air “Air ... Air ... Air .... dimana Air ... Aku mau air ....air ...” tiba tiba saja ada kucuran air yang mengalir ke mulut Jalal, Jalal kaget namun dia tidak membuang kesempatan ini, Jalal langsung meminum kucuran air yang diberikan oleh seseorang, setelah Jalal tersadar dan melihat siapa orangnya yang memberikan air ternyata adalah sang anak kecil jelmaan malaikat “Kamu ?” Jalal terpana memandang sosok yang suci dan bersinar terang dihadapannya “Kamu tahu kan kalau waktu untuk menyembuhkan Ratu Jodha sangatlah sedikit tapi mengapa disini banyak sekali permasalahan yang harus aku temui dalam perjalananku ?”, “Semua jawabannya ini ada dikamu, Jalal ... kamu hanya menolong orang orang, kamu telah melakukan suatu kebaikan dan biarkan Tuhan yang menolong kamu” ujar sang malaikat sambil tersenyum kearah Jalal “Aku telah melakukan banyak kesalahan tapi sekarang aku harus memperbaiki kesalahan kesalahanku itu” ujar Jalal kemudian berlalu meninggalkan anak kecil tersebut, selang beberapa langkah anak kecil itupun menghilang, ketika Jalal menoleh kebelakang Jalal tidak melihat anak kecil itu lagi, Jalalpun melanjutkan perjalanan kembali.
Dimedan pertempuran, Salim yang terluka dibawa oleh Qutub kesebuah klinik yang didirikan oleh kerajaan Mughal atas perintah Ratu Salima “Kamu telah banyak terluka, Salim”, “Aku tidak bisa meninggalkan prajuritku sendirian dimedan pertempuran” Salim bersikeras hendak melanjutkan peperangan “Kamu tidak mendengarkan siapapun ya ?” Qutub merasa gemas dengan tuannya ini, sementara pada saat itu Anarkali juga berada disana sedang merawat prajurit yang lain yang juga terluka, Salim melihat banyak pelayan kerajaan Mughal yang berada di klnik tapi tidak menyadari kehadiran Anarkali “Kenapa para pelayan kerajaan ada disini, Qutub ?”, “Ratu Salima yang mengirimkan mereka untuk membantu kita, untuk merawat prajurit yang terluka” Qutub kemudian memanggil salah satu pelayan untuk mengobati luka Salim, saat itu Anarkali yang datang menghampiri mereka, Qutub sempat kaget namun dia tahu kalau saat itu dia harus pergi agar Anarkali bisa berdua dengan Salim, Salim sendiri belum tahu kalau yang akan mengobatinya adalah Anarkali. Ketika Anarkali mencoba membuka perban yang melilit tubuh Salim, sekilas Salim melihat siapa yang mengobatinya, Salim tertegun ketika dilihatnya Anarkali yang mengobati lukanya, perlahan Anarkali membuka perban tersebut kemudian membersihkan luka Salim dan mulai mengolesi dengan ramuan obat obatan dan menutupnya kembali dengan perban yang baru, Salim sangat berterima kasih padanya “Terima kasih”, “Ini adalah pekerjaanku dan aku hanya melakukan pengobatan saja, aku tidak membutuhkan ucapan terima kasih” ujar Anarkali ketus, Salim hanya bisa diam seribu bahasa, lagu Rabba is pyar mein pun terdengar merdu, tak lama kemudian Anarkali kembali membantu para prajurit yang lain yang terluka parah, Salim memperhatikan dari kejauhan dengan perasaan sedih, Anarkali yang dudu bersimpuhpun mencoba mencuri curi pandang kearah Salim.
Sementara itu, Jalal masih terus berjalan, tekadnya sangat kuat untuk bisa mencapai tempat makam para ulama besar tersebut “Aku harus menghentikan tindakan penggusuran makam tersebut apapun caranya” pada sisi yang lain Shah Abdullah yang dulu menteri Jalal yang ternyata anak buah Mirza Hakim sedang memerintahkan pada para prajurit untuk memulai melakukan penggusuran “Cepat gusur makam makan ini !” para prajuritpun mulai menggali tepat pada saat itu Jalal berhasil mencapai makam tersebut dan menyuruh para prajuritnya untuk menghentikan kegiatannya, Shah Abdullah sangat terkejut ketika mendapati Jalal juga berada ditempat tersebut “Jika kamu menggali makam makam ini maka aku tidak akan membiarkan kamu hidup !”, “Jika aku mengatakan padamu, aku tidak menggubris omonganmu, lalu kamu mau apa ? Disatu sisi anakmu telah kalah berperang dengan Mirza Hakim dan disisi yang lain aku akan membunuhmu hari ini juga !” Shah Abdullah menentang Jalal yang saat itu datang dengan muka kucel dan baju robek robek dimana mana “Aku juga tidak akan membiarkan kamu hidup, Shah Abdullah !” Shah Abdullah menyuruh prajuritnya untuk menyerang Jalal, Jalal bertarung dengan mereka seorang diri.
Sementara itu ditempat Jodha, Jodha tersedak dan sesekali menghela nafas panjang “Apa yang terjadi dengan Ratu Jodha ?” Rukayah merasa prihatin dengan kondisi Jodha “Yaa Khudaa ... tolong selamatkan Ratu Jodha” kembali ke tempat Jalal, Jalal masih betarung dengan para prajurit Shah Abdullah sambil sesekali melihat matahari yang terus bergerak turun kebawah, tak berapa lama kemudian para penduduk datang ke tempat tersebut dan membantu Jalal, Jalal langsung menghajar Shah Abdullah tanpa ampun “Jika aku menghabisi kamu disini sekarang maka itu akan menghina aku, aku akan menghukummu hanya di Agra ! Menurut sang malaikat aku harus menyelamatkan makam ini !”
Ditempat Jodha, Jodha kembali tersedak, sang tabib berusaha membuat Jodha meminum obat sirup, akan tetapi Jodha malah menghembuskan nafasnya yang terakhir, Jodha tidak bernafas lagi, semua yang menemaninya saat itu terkejut. Sang tabib meminta maaf pada Hamida “Ibu Ratu, maafkan hamba, Ratu Jodha sudah tiada” Hamida sangat terkejut mendapati menantu kesayangannya itu telah meninggal dunia, Hamida menangis sambil mendekatkan wajahnya kewajah Jodha, Rukayah mencoba menyangkal kondisi Jodha “Ratu Jodha masih hidup kan ? Iya kan ?” sementara itu Jalal yang telah berhasil melumpuhkan Shah Abdullah melihat ke langit, matahari sudah hampir tenggelam, Shah Abdullah langsung diamankan oleh para warga penduduk.
Jalal berbicara pada Tuhan “Tuhan ! Aku telah menyelamatkan makam ini dan sekarang kamu harus menyelamatkan Jodha ku ! Aku mohon ... Tolong selamatkan dia !” Jalal menangis sejadi jadinya, Jalal merasakan ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi pada Jodha “Ratu Jodhaaaa ! Aku tidak bisa menyelamatkan kamu ! Aku tidak bisa memenuhi janjiku padamu ! Aku tidak berhasil memperbaiki kesalahan kesalahanku ! Oooh Tuhan berikanlah kehidupan pada Ratu Jodha ! Aku mohon Tuhan !” Jalal terus menangis meratapi nasibnya.
Jiwa Jalal berkata : “Aku telah berjanji padamu, Ratu Jodha bahwa aku akan selalu bersamamu dalam hidup dan mati”
Jiwa Jodha berkata : “Bertahun tahun lamanya telah berlalu, banyak kisah cinta yang telah terukir didunia ini akan tetapi tidak ada satupun kisah cinta yang seperti kita berdua, cintamu padaku tidak pernah berubah, dalam sebuah sejarah dimana ada namamu disebut maka namaku juga akan disebut”
Jalal terus menangis, tiba tiba ada salah seorang ulama Islam yang menghampirinya dan berkata “Jangan khawatir, Jalal ... Jodha akan baik baik saja” kemudian ulama itu memberikan Jalal sebuah ramuan obat obatan “Berikan ini pada Jodha, maka dia akan baik baik saja” Jalal menerimanya sambil terus menangis. Sinopsis Jodha Akbar episode 470 by Sally Diandra.