loading...

Sinopsis Jodha Akbar episode 550 by Sally Diandra

Sinopsis Jodha Akbar episode 550 by Sally Diandra. Jodha sedang berjalan ke arah teras, ketika dilihatnya Madhav Singh sedang ngobrol dengan dua orang anak buahnya, ketika Jodha mendekat tanpa sengaja didengarnya Madhav mengatakan”Tugas ini harus dilakukan tepat pada waktunya, aku akan pergi ke kamar Salim dan membunuhnya, sedangkan kalian pergilah ke Mandap dan bunuhlah Yang Mulia Raja Jalaludin Muhammad Akbar !” Jodha terkejut ketika mendengarnya “Aku harus mengatakan pada Yang Mulia tapi ini akan memakan waktu yang cukup lama kalau aku harus kesana, Yang Mulia mempunyai banyak anak buah yang mengeilinginya tapi Salim ? Dia sendirian di kamarnya, aku harus menyelamatkan Salim terlebih dulu” ujar Jodha sambil bersembunyi di balik pilar ketika Madhav melewatinya sambil membawa hadiah sebuah pedang untuk Salim, kemudian Jodha segera menyusul ke kamar Salim.

Sementara itu di dalam penjara, nampak Shahabudin hendak keluar dari penjara, Shahabudin membuka gembok pintu dengan kunci yang diberikan oleh Murad, saat itu prajurit yang berjaga sedang tertidur, Shahabudin akhirnya bisa membuka pintu penjara dan berjalan perlahan lahan mengendap endap keluar dari penjara, tiba tiba prajurit yang tertidur tadi bangun dan melihat Shahabudin yang keluar dari penjara “Hei kamu ! Bagaimana caranya kamu keluar ?” prajurit berusaha menghentikan Shahabudin namun Shahabudin secepat kilat segera melumpuhkan si prajurit dengan menusuk jantungnya dengan belati, prajuritpun tewas seketika.

Saat itu Madhav sedang menuju ke kamar Salim, Jodha juga sedang menuju kesana, di tengah perjalanan Jodha bertemu dengan pelayannya “Pelayan, tolong katakan pada Yang Mulia untuk segera mendatangi kamar Salim, cepat !” pelayan segera berlari

JA logo 100Malam itu, Shahabudin sudah berada di hutan “Pangeran Murad bilang kalau dia akan ada disini” bathin Shahabudin dalam hati, pada saat itu Rahim dan para prajuritnya sudah memasuki hutan, mencari shahabudin, tak lama kemudian Rahim menemukan Shahabudin dan menyuruhnya untuk menyerah namun Shahabudin terus berlari, Rahim segera mengejarnya dengan kudanya, saat itu Murad juga sudah sampai disana dengan kudanya, Murad melihat Rahim sedang berlari mengejar Shahabudin “Apa yang kak Rahim lakukan disini ?” bathin Murad dalam hati hingga akhirnya Shahabudin berhasil menemui Murad “Pangeran, aku tahu kalau kamu akan membebaskan aku” Shahabudin menyeringai senang “Ya, aku memang datang kesini untuk membebaskan kamu” ujar Murad sambil mengangkat pedangnya dan dihunuskannya pedang itu ke jantung Shahabudin, Shahabudin yang tidak siap dengan serangan tersebut segera jatuh terkulai dan tewat seketika. Melihat kematian Shahabudin, Murad tertawa keras dan berkata “Kamu memang bodoh ! Bagaimana bisa kamu melupakan tentang politik yang semuanya berisi serba penghianatan !” saat itu Rahim dan para prajurit sampai di tempat Murad dan melihat mayat Shahabudin yang tergeletak di rerumputan, Rahim mengecek kondisi Shahabudin “Murad, apa yang kamu lakukan disini ?” Rahim terlihat curiga pada Murad, sedangkan Murad kesal dengan kakaknya “Aku lihat dia melarikan diri dan aku segera mengejarnya, aku mencoba untuk menghentikan tapi dia tidak mendengarkan aku, dia itu seorang penghianat maka seharusnya kamu merayakan kematiannya, kak !” ujar Murad ketus kemudian berlalu meninggalkan mereka.

Dikamar Salim, Madhav akhirnya bisa menemui Salim yang saat itu sedang berkaca di depan kaca riasnya “Pangeran Salim, aku mempunyai sebuah hadiah untukmu” ujar Madhav sambil mennunjukkan baki berisi pedang itu ke Salim “Waaah ,,, apa ini yang begitu penting, pangeran Madhav ?” Salim nampak keheranan dengan kemunculan Madhav “Aku akan memberikan sebuah hadiah kematian untukmu !” bathin Madhav dalam hati, Madhav membuka kain penutup pedang dan terlihatlah pedang tersebut “Yaaa ampun, masyaallah ,,, ini bagus sekali” ketika Salim sedang mengagumi pedang tersebut tiba tiba Madhav menyerangnya dengan pedang itu, namun Salim berhasil menghindar dari serangan Madhav yang membabi buta, Salim segera mencengkramnya seraya berteriak “Madhav, apakah kamu sudah gila ?”, “Aku tidak akan membiarkan orang Mughal lainnya menjebak perempuan Rajvanshi !” teriak Madhav lantang sambil mendorong tubuh Salim hingga jatuh terjengkang di atas tempat tidur dan ketika Madhav hendak menghunuskan pedangnya ke arah Salim, dari arah samping Jodha mengacungkan pedangnya di leher Madhav, Madhav kaget “Hentikan, Madhav ! Atau kamu akan mati dengan pedangku ini !” bentak Jodha

“Aku tidak takut dengan kematianku tapi aku tidak akan membiarkan orang orang Mughal mempermainkan kehormatan kami !” ujar Madhav sambil hendak menyerang Salim kembali namun Jodha segera menangkis, Salim segera mengambil kesempatan ini untuk melumpuhkan Madhav dan menjatuhkannya ke kursi dan mengacungkan pedang di leher Madhav yang terbaring terlentang di kursi, tepat pada saat itu Jalal, Maan Singh, Bhagwandas dan para prajurit menghampiri mereka, Jalal marah melihat kelakuan Madhav “Aku tidak akan membiarkan kamu hidup !” ujar Jalal sambil mengangkat pedangnya keatas “Jangan, Yang Mulia !” Jodha segera menghentikan tindakan Jalal “Jangan lakukan itu, Yang Mulia ,,, seorang saudara perempuan tidak akan bisa melihat kematian saudara laki lakinya di pesta pernikahannya” Jalal akhirnya menurut dan menyuruh prajuritnya untuk memasukan Madhav ke dalam penjara, Madhav segera dibawa oleh para prajurit “Yang Mulia, aku sangat malu atas kelakuannya” Jalal menggelengkan kepala begitu mendengar nada penyesalan Bhagwandas “Ini bukan kesalahanmu, Raja Bhagwandas” ujar Jalal “Ratu Jodha, kamu telah memberikan aku satu lagi alasan untuk lebih menghormati kamu” Jodha hanya tersenyum, kemudian Jalal menyuruh mereka semua untuk segera menuju ke Mandap.

Semua orang telah berada di tempat pernikahan, Salim dan Maan Bai sedang duduk di Mandap, pendeta Hindu meminta mereka melakukan ritual var mala (pengalungan rangkaian bunga) Maan Bai meletakkan kalung rangkaian bunga di leher Salim, kemudian Salim juga melakukan hal yang sama meletakkan kalung rangkaian bunga di leher Maan Bai, dari kejauhan Anarkali melihat semua kejadian ini dengan perasaan sedih, sekilas Salim sempat melihat keberadaan Anarkali yang berdiri dibalik tirai, mata mereka saling berpandangan, Jodha juga melihat mereka yang sedang berpandang pandangan kemudian Anarkali segera pergi dari tempat tersebut, pendeta Hindu meminta ibunya Maan Bai untuk melakukan ghat bandhan, Ratu Amer segera mengikat selendang yang ada di tubuh Maan Bai dengan yang ada di tubuh Salim, pendeta Hindu juga meminta Salim untuk menaruh sindoor di kepala Maan Bai, Salim segera melakukannya, kemudian mereka melakukan pheras (berjalan mengelilingi api suci sebanyak 7 kali) semua orang merasa bahagia sambil menaburkan bunga kearah mereka berdua, Salim dan Maan Bai kemudian menyentuh kaki Jalal dan Jodha untuk meminta restu mereka, Jalal sangat bahagia dan bangga lalu dipeluknya putra sulungnya itu. Setelah melakukan ritual pernikahan agama Hindu, mereka melakukan ritual pernikahan dengan agama Islam, ulama Islam datang dan melakukan proses ritual nikah untuk Salim dan Maan Bai “Maan Bai binti Raja Bhagwandas, apakah kamu setuju untuk menikah dengan Salim bin Yang Mulia Raja Jalaludin Muhammad Akbar ?” tanya sang ulama “Ya, saya setuju !” semua orang tersenyum senang mendengar jawaban Maan Bai, kemudian pertanyaan yang sama juga di tujukan ke Salim “Salim bin Yang Mulia Raja Jalaludin Muhammad Akbar apakah kamu setuju dengan pernikahan ini ?”, “Ya, saya setuju !” semua orang mengucapkan selamat pada pengantin berdua.

Narator : “Semuanya telah berlangsung sesuai dengan yang diinginkan oleh Jalal, setelah pesta pernikahan itu Jalal sedang menikmati kebahagiaannya bersama para menterinya”.

Saat itu mereka sedang menikmati makanan dan minuman disebuah ruangan “Yang Mulia, pesta ini sungguh sangat mewah dan meriah !” puji Maan Singh “Ini adalah pernikahan untuk raja penerusku jadi harus besar dan mewah !” ujar Jalal bangga sambil menikmati minuman anggur “Birbal, ceritakanlah sebuah lelucon pada kami” pinta Abu Fazal, semua orang tertawa dan meminta Birbal menceritakan cerita lucu, kemudian Birbal menceritakan sebuah lelucon, semua orang menikmati dan tertawa senang “Itu adalah cerita yang aneh !” ujar Jalal dan semua orang tertawa terbahak bahak “Yang Mulia, aku benar benar sangat malu atas apa yang dilakukan oleh Madhav” Jalal menggelengkan kepalanya ketika Bhagwandas menyatakan rasa malunya lagi “Lupakanlah, Raja Bhagwandas ... semuanya telah berakhir bahagia, kamu seharusnya senang karena pernikahan ini akhirnya terjadi juga” ujar Jalal senang

Sementara itu di kamar Jodha, Jodha sedang melepaskan perhiasannya dan bertanya pada pelayannya “Dimana Yang Mulia ?”, “Dia sedang bersama para menterinya, Malika Hind” tepat pada saat itu Jalal masuk ke kamar Jodha sambil berjalan sempoyongan, para pelayan segera meninggalkan mereka berdua “Yang Mulia, kamu kelihatan bahagia sekali ?”, “Kamu juga kelihatan bahagia kan, Ratu Jodha ?” Jodha tersenyum “Iya, aku memang bahagia tapi aku juga khawatir tentang Madhav”, “Lebih baik tidak usah ceritakan hal ini pada Maan Bai, dia pasti akan merasa sangat khawatir tapi aku sangat bahagia, Ratu Jodha ... karena akhirnya anak kita menikah, aku tidak ingin mereka memulai kehidupan baru mereka dengan berita yang buruk, aku juga sudah meminta pada Raja Bhagwandas untuk tidak menceritakannya pada Maan Bai, aku sangat bahagia sekali hari ini, Ratu Jodha !” Jodha hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang mulai mabuk “Aku bisa melihatnya dan juga bisa menciumnya dari bau mulutmu, kamu minum anggur kan ?” Jalal tersenyum seraya berkata “Jangan meminta aku untuk berhenti minum hari ini, Ratu Jodha ,,, anakku menikah hari ini jadi aku ingin menikmati kebahagiaan ini, kamu juga seharusnya minum anggur barang segelas atau dua gelas” Jodha menggelengkan kepalanya “Pelayan !” Jodha langsung berdiri dan mendekat ke Jalal yang berteriak memanggil pelayannya “Jangan, Yang Mulia ! aku tidak memerlukan itu, aku tahu bagaimana caranya menikmati kebahagiaan ini tanpa meminum anggur, ayoo sekarang kamu duduk di sini” Jodha menyuruh Jalal duduk di tepi tempat tidur “Kamu mengatakannya dengan bahasa Hindi yang sulit, Ratu Jodha” Jodha tertegun “Kamu mulai mempermainkan aku yaa ?” ujar Jodha “Aku mulai mempelajarinya juga, seperti jika aku mengatakan dalam bahasa Hindi bahwa aku mencintai kamu maka aku akan mengatakan “hume apse adhik prem hai” iya kan ?” Jodha tersenyum melihat tingkah suaminya “Aku telah mengatakan beberapa kali padamu seberapa besar rasa cintaku padamu dalam bahasaku sendiri” kemudian Jalal mengucapkan perasaan cintanya pada Jodha dengan bahasa Gujrati lalu dalam bahasa inggris “I love u Ratu Jodha ! I love u Ratu Jodha !” Jodha tertawa melihat ulah suaminya yang mulai mabuk “Sudah, Yang Mulia ,,, sekarang saatnya tidur” ujar Jodha sambil melepas turban di kepala Jalal dan diletakkannya di meja, kemudian ketika Jodha hendak membuka jubah Jalal “I love u Ratu Jodha” Jodha tersenyum “Iya, aku tahu”, “Duduklah disini disebelahku” Jodhapun menuruti perintah suaminya “Kamu ingat ketika dulu kamu tidak mengijinkan aku untuk mendekatimu ?” Jodha tersenyum, kemudian Jalal mendekatkan wajahnya dan bersandar dibahu Jodha dengan manja, Jodha hanya tersenyum sambil memegang pipi Jalal.

Setelah lelah bercerita, Jalal akhirnya terbaring di tempat tidur, masih dalam keadaan mabuk, tidak henti hentinya Jalal bercerita, sementara Jodha hanya menjadi pendengar setia dan duduk di sampingnya “Kamu tahu, Ratu Jodha ,,, aku sangat menyayangi Sekhu, dia adalah anakku dan aku ingin selalu menunjukkan padanya jalan yang benar tapi untuk itu semua aku harus keras padanya, aku sebenarnya tidak ingin melukainya tapi aku ingin dia menjadi Raja yang berhasil dan sukses nantinya” Jodha hanya diam mendengarkan ocehan suaminya “Maan Bai adalah gadis yang baik, aku yakin dia pasti akan bisa memenangkan hati Sekhu dan suatu hari nanti akan ada rasa cinta diantara mereka berdua juga, semuanya akan baik baik saja”, “Iyaa, aku tahu ,,, maksudmu memang baik, sekarang sudah malam, Yang Mulia ,,, lebih baik kamu tidur” Jalal melirik kearah Jodha dan berkata “Terima kasih” lalu Jalal mendekat kearah Jodha, Jodha meletakkan kepalanya di atas dahi Jalal, mereka berdua tertidur kemudian....Sinopsis Jodha Akbar episode 550 by Sally Diandra

Bagikan :
Back To Top