loading...

Sinopsis Jodha Akbar episode 528 by Sally Diandra

Sinopsis Jodha Akbar episode 528 by Sally Diandra.  Jodha yang tidak sadarkan diri akhirnya bangun dengan kepalanya yang agak berat, ketika sedang terduduk di tempat tidurnya tiba tiba tanpa di duga Laboni muncul disebelahnya, Jodha kaget ketika dilihatnya disampingnya ada Laboni yang sedang duduk sambil menatapnya tajam seraya berkata “Perlahan lahan kamu akan kalah, Jodha ! Aku datang kesini untuk menunggu suamiku” Jodha terkejut “Suamimu ?” teriak Jodha “Apakah kamu tidak ingat kalau aku telah melakukan Pheras (mengelilingi api suci sebanyak 7 kali) dengan Jalal dan dia juga telah memberikan sindoor di dahiku, itu artinya kalau aku adalah istrinya Jalal juga sekarang” ujar Laboni sambil tersenyum senang dan menunjukkan keberadaannya dimana mana dengan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan cepat layaknya seperti hantu, Jodha heran melihat apa yang telah di perbuat oleh Laboni.

Sementara itu di ruangan yang lain, tabib istana sedang memberikan informasi ke Jalal dan Hamida “Yang Mulia, Malika Hind rupanya melakukan puasa sepanjang hari kemarin sebelum melakukan Pheras, oleh karena itu dia pingsan tapi dia baik baik saja sekarang, saat ini Malika Hind sedang tertidur”, “Baiklah, terima kasih, tabib ... aku akan melihatnya” ujar Jalal kemudian berlalu dari ruangan tersebut

Kembali di kamar Jodha, Laboni masih terus berupaya menghantui Jodha karena hanya Jodhalah yang bisa melihat Laboni, seluruh orang di istana itu tidak menyadari kehadiran Laboni diantara mereka “Jodha, kamu tahu ... kamu telah membunuh tubuhku tapi arwahku masih bergentayangan, sekarang ini semuanya tergantung padaku bagaimana dan kapan aku akan datang kesini atau tidak, kamu ingat ketika kita bertemu di pasar ?” Jodha teringat ketika memberikan prasad pada Laboni yang saat itu dilihatnya berwajah buruk rupa dengan luka bakar di separuh tubuhnya “Saat itu aku mengikuti dirimu dengan cara memasuki tubuhmu” JA logo 100Jodha teringat ketika dirinya berbalik meninggalkan Laboni tubuhnya terasa aneh ada hawa merinding dan berat yang dirasakannya namun Jodha tidak menyadari kalau Laboni telah memasuki tubuhnya “Sekarang aku tidak akan pergi kemana mana, aku harus melakukan keadilan ! Karena kita berdua ini adalah istri Jalal maka pada siang hari dia akan menjadi suamimu dan pada malam hari, dia akan menjadi suamiku, tubuhnya akan menjadi milikku dan kamu hanya melayaninya sepanjang hari, tapi disini ada satu permasalahan, karena aku tidak mempunyai tubuh maka tubuhmu akan menjadi milikmu pada siang hari dan pada malam hari, aku akan merasuki tubuhmu, dan penggunaan tubuhmu itu akan dimulai pada malam hari ini juga !” ujar Laboni sambil tertawa terbahak bahak, Jodha panik tiba tiba Laboni menghipnotis Jodha dengan menyuruhnya berbaring di ranjang, Jodhapun menurut dengan tatapan matanya yang kosong, Jodha akhirnya terbaring di ranjang, Laboni tersenyum menang, Laboni segera memasuki tubuh Jodha kemudian terbangun dan terduduk di tepi ranjang.

Tepat pada saat itu Jalal memasuki kamar Jodha seraya berkata “Ratu Jodha, apakah kamu baik baik saja ? Aku dengar tadi kamu sedang berbicara dengan seseorang” Jodha yang telah kerasukan arwah Laboni menatap Jalal tajam dengan pandangan yang mesra “Aku tadi berbicara dengan diriku sendiri, Yang Mulia” ujar Jodha sambil membelai wajah Jalal mesra dan merebahkan kepalanya di dada Jalal “Aku tadi sedang berfikir bagaimana caranya melayani dan memuaskan dirimu di ranjang, mengapa kamu datang sangat terlambat ?” ujar Jodha sambil mengangkat kepalanya dari pelukkan Jalal “Kamu butuh istirahat dan tidur, Ratu Jodha” ujar Jalal sambil tersenyum “Malam ini adalah malam pertama kita setelah menjadi pengantin, aku membutuhkan kamu bukan tidur, Yang Mulia ... tidak ada kata kata tidur malam ini” ujar Jodha sambil menatap Jalal dengan pandangan mesranya sambil memilintir mlintir ujung rambutnya yang ikal seperti yang biasa dilakukan oleh Laboni, Jalal tersenyum kemudian memeluk istrinya, Jodha kembali merebahkan kepalanya di dada Jalal “Kamu tahu, aku telah membawa sebuah hadiah untukmu tapi aku ingin tahu hadiah apa yang akan kamu berikan untukku ?” ujar Jalal kemudian memanggil pelayannya untuk masuk ke kamar Jodha

“Pelayan, bawa hadiah itu kesini !’ perintah Jalal “Lalu mana hadiah untukku, Ratu Jodha ?”, “Hadiah ?” Jodha terlihat bingung namun Jodha segera berkelit dan mengalihkan pembicaraan “Pertama, kamu tunjukkan dulu hadiahmu padaku” tak lama kemudian salah satu pelayan mereka memasuki kamar Jodha sambil membawa baki yang berisi dupatta yang indah berwarna kuning dengan plisir perak di bagian tepinya, Jalal segera mengambilnya dan mengenakan dupatta itu pada kepala Jodha “Dupatta ini bagus sekali” ujar Jodha sambil memegang dupatta tersebut “Ada sesuatu yang spesial di dalamnya” ujar Jalal sambil mengajak Jodha ke sebuah meja yang terdapat baskom besar berisi air, Jalal menunjukkan pantulan wajah mereka di baskom berisi air tersebut “Apakah kamu teringat sesuatu ?” ujar Jalal sambil merangkul bahu Jodha lembut, Jodha terkejut dan bingung karena tidak tahu apa yang dimaksud oleh Jalal, namun demi menetralisir keadaan Jodha berkata “Tentu aku ingat semuanya, kamu sendiri ?” ujar Jodha sambil merebahkan kepalanya kembali di dada Jalal “Tentu saja aku tidak bisa lupa, di hari ketika aku melihat pantulan wajahmu di danau pada malam Ghunghour di Amer, ketika itu kamu mengenakan dupatta yang persis warnanya seperti ini pada hari itu, wajahmu terlihat sangat bersinar seperti bulan di malam hari” ujar Jalal sambil teringat peristiwa dimana pertama kali Jalal melihat pantulan wajah Jodha di tepi danau.

“Kata katamu seperti sebuah puisi yang indah, Yang Mulia” ujar Jodha mesra “Ini semua karena kamu Ratu Jodha, kamu telah membuatku menjadi pintar berpuisi juga, lalu mana hadiah untukku ?” ujar Jalal sambil tersenyum, Jodha segera mengangkat kepalanya dari dada Jalal dan menatap wajah Jalal tajam “Aku akan memberikan sebuah hadiah untukmu, Yang Mulia ... yaitu sesuatu yang tidak akan pernah kamu lupakan sepanjang hidupmu” ujar Jodha sambil mengajak Jalal menuju ke ranjangnya, Jalal terheran heran dengan senyumannya yang menawan, sesampainya di dekat ranjang, Jodha segera melepas dupattanya dan melemparkan begitu saja ke lantai, kemudian meremas baju Jalal dan menggeretnya mendekat ke tubuhnya sehingga Jalal maju selangkah berada persis di depan Jodha dengan senyumannya yang senang diperlakukan seperti itu oleh Jodha. Perlahan Jodha melepas jubah Jalal, Jalal menuruti keinginan Jodha sambil tersenyum senyum senang, kemudian Jodha melepas kalung yang dikenakan Jalal, Jalal heran namun senang seraya berkata “Aku tidak pernah melihat kamu bertingkah seperti ini, Ratu Jodha” ujar Jalal senang “Ini baru permulaan, Yang Mulia” ujar Jodha sambil mendorong Jalal agar terbaring di ranjang, Jalal menuruti permintaan Jodha, Jodha menatap Jalal tajam dengan senyuman yang menawan kemudian menyusulnya ke atas ranjang.

Di rumah Anarkali, Salim sedang merebahkan kepalanya di pangkuan Anarkali “Malika Hind kelihatan sangat cantik sekali ya sebagai pengantin wanita” ujar Anarkali sambil membelai rambut Salim, Salim menatapnya seraya berkata “Aku membayangkan ketika kamu berpakaian sebagai pengantin wanitaku, kamu juga akan terlihat sangat mengagumkan, hari itu adalah hari yang paling indah sepanjang hidupku” ujar Salim “Aku sedang berfikir tentang Maan Bai, dia pasti akan sangat menderita bila mendengarkan semua ini” ujar Anarkali sedih “Itu akan lebih baik daripada menyakiti perasaannya setiap hari, karena dia tidak pantas bersama seseorang yang tidak mencintainya sama sekali, lalu apa yang kamu impikan sebagai seorang gadis ?” ujar Salim penasaran “Semua mimpiku telah sirna ketika aku menjadi seorang penari, aku tidak mempunyai mimpi apa apa lagi sekarang dan aku tidak mempunyai hak untuk mengharapkan sebuah mimpi” ujar Anarkali, Salim segera bangun dan menatap ke arah Anarkali “Aku akan meyakinkan dirimu bahwa kamu akan melihat impianmu dan aku akan memenuhinya sebagai Ratu India yang akan datang” Anarkali langsung memeluk Salim erat, kemudian Salim mengenakan dupatta Anarkali di kepalanya dengan mesra “Kamu mempunyai hak untuk melihat impianmu dan itu akan terpenuhi karena itu adalah janjiku padamu sebagai Raja yang akan datang” ujar Salim, Anarkali merasa terharu kemudian memeluk Salim kembali, Salim membalas pelukkan Anarkali erat.

Keesokan harinya, Jodha terbangun dengan kepala yang berat, Jodha kaget ketika melihat keadaan kamarnya berantakan, semua barang barang di kamarnya berserakan dimana mana “Mengapa semua barang barang disini berantakan seperti ini ? Dan mengapa kepalaku jadi pusing ?” ujar Jodha sambil memegangi kepalanya dan terduduk di ranjangnya, tiba tiba Laboni muncul di depan meja rias Jodha sambil tertawa terbahak bahak “Kamu tahu, Jodha ... semalam adalah malam yang menakjubkan bersama Jalal, semalam aku menghabiskan malam yang spesial bersama Jalal, kami begitu liar satu sama lain” ujar Laboni sambil tersenyum senang, Jodha kaget dan bingung “Aku menginginkan Jalal selalu bersamaku, sekarang dia adalah milikku !”, “Aku akan menahanmu, Laboni !” bentak Jodha, Laboni marah mendengar ucapan Jodha dan langsung menghampiri Jodha sambil mencengkram pipi Jodha keras dan berteriak lantang “Apakah kamu sudah gila ?” ujar Laboni sambil tertawa terbahak bahak “Apakah kamu lupa ? Bahwa aku ini bukan manusia tapi aku ini adalah arwah yang gentayangan, kamu tidak bisa menahanku, Malika Hind ... ataupun membunuhku, kamu tidak bisa membakarku atau melemparkan aku ke laut, tidak ada seorangpun yang akan melihat aku ! Maka bagaimana bisa kamu akan melawan aku ? Dan lagi siapa yang akan menentang aku ? Suami itu akan kehilangan nyawanya, kamu mengerti !” bentak Laboni

Tepat pada saat itu Jalal memasuki kamar Jodha sambil menyeringai senang ke arah Jodha, sementara Jodha masih terlihat panik dan bingung, Laboni senang melihat Jalal, Laboni segera mendekati Jalal dan mencium aroma tubuh Jalal sambil membelai wajah Jalal dan bersandar di pundaknya, Jalal tidak bisa merasakan kehadiran Laboni “Ratu Jodha, kamu telah memberikan aku hadiah yang sangat spesial semalam, aku akui kamu telah memenangkannya kembali kali ini” ujar Jalal dengan senyuman yang menawan dan senang “Yang Mulia, aku ingin berbicara denganmu ...” namun belum selesai Jodha berkata kata, Laboni kembali mendekat ke Jodha dan menyilangkan tangannya didepan Jodha, hingga teko dan baskom yang berada di dekat tembok yang berisi air jatuh ke lantai, Jalal terkejut “Kenapa baskom itu bisa jatuh ?” ujar Jalal heran kemudian Jalal memanggil pelayannya “Pelayan ! Tolong bersihkan semua baskom ini !” perintah Jalal, sementara itu Laboni kembali mencengkram pipi Jodha dengan pandangan yang marah, Jalal tidak bisa melihat semua perlakuan Laboni ke Jodha “Ada apa, Ratu Jodha ? Kamu mau bilang apa ?” Jodha hanya menggelengkan kepalanya “Tidak, Yang Mulia ... aku tidak ingin bicara apa apa” ujar Jodha, tiba tiba salah satu pelayan mereka masuk ke kamar Jodha dan memberi tahu Jalal bahwa Jalal di minta hadir di ruang sidang oleh para menterinya, Jalalpun berpamitan ke Jodha dan meninggalkannya sendirian.

Sepeninggal Jalal, Laboni kembali tertawa terbahak bahak “Kamu tahu, Jodha ! Kamu tidak bisa mengatakan sesuatu pada suami itu ! Jika ada seseorang yang tahu semua ini maka aku tidak segan segan akan membunuh suamimu ! Dan kamu tahu aku bisa melakukan itu dengan mudah ! Apakah aku harus menunjukkannya padamu ?” ujar Laboni marah “Jangan ! Jangan sakiti Yang Mulia” ujar Jodha lemah “Aku seharusnya mengucapkan rasa terima kasihku padamu, Jodha ... apa yang tidak bisa aku lakukan pada masa hidupku, saat ini bisa aku lakukan dengan mudah setelah aku mati” ujar Laboni sambil tertawa terbahak bahak kembali, sementara Jodha hanya bisa menatapnya dengan perasaan tegang. .. Sinopsis Jodha Akbar episode 529 by Sally Diandra.

.

Bagikan :
Back To Top