Sinopsis Jodha Akbar episode 505 by Sally Diandra. Laboni diantar oleh pelayan menuju ke kamar Jodha, ketika sedang menaiki tangga, sesaat Laboni menoleh kearah Jalal yang sedang asyik bermain pedang kembali bersama Maan Sigh, Laboni tersenyum senang melihat Jalal. Sesampainya dikamar Jodha, dari pintu kamar Laboni bisa melihat Jodha sedang merias dirinya didepan meja rias bersama pelayannya, dilihatnya ada sindoor (hiasan kepala berupa serbuk merah untuk wanita yang sudah menikah) dimeja rias Jodha, Laboni tersenyum sinis “Jijisa !” Laboni menyeruak masuk ke kamar Jodha, Jodha terperangah menatap kearah Laboni, sesaat Jodha tidak mengenali Laboni “Ini aku, kak ... Leela”, “Ooh Leela” Jodha langsung memeluk Laboni yang menyamar sebagai Leela adiknya “Kamu sudah besar sekarang dan cantik lagi”, “Tapi kamu kan lebih cantik, kak” Laboni mencoba merendah “Kita belum pernah bertemu sebelumnya, tapi aku merasa kita telah mengenal satu sama lain” Laboni menyeringai senang dengan gayanya yang ceria “Apakah kamu sudah bertemu dengan Yang Mulia ?”, “Yaaa, aku sudah bertemu dengannya, aku datang kesini hanya untuk bertemu dengannya saja” Jodha bingung mendengar ucapan Laboni “Maksudku, aku sudah bertemu dengan dia, ini sangat membanggakan buatku bisa bertemu dengannya karena dia adalah Raja India” ujar Laboni sambil melirik kearah sindoor dimeja rias Jodha, kotak sindoor itupun jatuh hingga serbuk merah sindoornya berserakan dimeja “Yaaa Tuhan, ini benar benar pertanda buruk” Jodha merasa sedih dan khawatir begitu mengetahui kotak sindornya tumpah dimeja, Laboni segera membersihkan sindoor tersebut dengan tangannya “Tidak usah, Leela ... tidak usah dibersihkan, biar pelayan saja nanti yang membersihkan” Jodha mencegah Laboni membersihkan sindoor tersebut “Tidak usah khawatir, kak ,,, biar aku yang membersihkan saja, semua milikmu kan milikku juga” dalam hati Laboni berkata sambil tersenyum sinis “Suatu hari nanti sindoormu akan menjadi milikku juga” Jodha kemudian menyuruh Laboni berdiri “Aku akan menaruhnya ditempat yang lain saja” ujar Jodha sambil berfikir bagaimana bisa sindoor itu tumpah.
Jodha mengajak Laboni menemui Hamida, saat itu Hamida dan keluarganya, para ratu sedang mengikatkan tali suci untuk keselamatan mereka “Ibu, kenalkan ini Leela, adik sepupuku” semua yang hadir disana memandang kearah Laboni “Waah kamu cantik sekali, kebetulan aku baru saja membawa tali suci dari mesjid, aku akan mengikatkan ditangan kalian semua” Laboni terkejut, dilihatnya Hamida mulai mengikatkan ditangan Rukayah dan Salima “Aku akan mengikatkan ditangan Leela juga” Laboni langsung mundur kebelakang begitu Hamida mendekatinya, semua yang hadir disana bingung dengan sikap Laboni “Tidak ! Aku tidak bisa !” Jodha juga bingung “Lho kenapa, Leela ?” Laboni langsung berbisik ditelinga Jodha, sesaat Jodha tersenyum setelah mendengarkan bisikan Laboni “Ibu, dia nggak bisa mengenakan tali suci itu karena dia saat ini sedang kotor (mungkin maksudnya menstruasi)” semua yang hadir disana tersenyum “Oooh, ibu bisa mengerti, itu tidak masalah, dia ini seperti kamu Jodha, tidak suka dipaksa dan berkata jujur” Laboni dan Jodha tersenyum kemudian dia memberi salam pada semuanya dan meninggalkan tempat tersebut bersama Jodha.
Dihalaman balkon samping istana, Murad sedang minum anggur dan sedikit mabuk, Murad teringat bagaimana Jalal memberikan gelar dan menobatkan Salim menjadi putra mahkota karena Salim adalah anak yang tertua, ketika hendak berdiri tiba tiba Murad seperti hendak jatuh, Danial yang menemuinya langsung menolong Murad “Murad, hentikan ! Bagaimana kalau Yang Mulia melihat kamu seperti ini ?”, “Apa yang mau dia ambil lagi dari aku ? Dia telah membuat aku bermimpi tapi kemudian dia merenggutnya dari aku ! Dia seharusnya melihat penderitaan seperti apa yang aku alami selama ini ? Kita ini hanyalah boneka buat Yang Mulia Raja !” Danial bisa melihat adanya kesedihan yang mendalam didalam hati saudaranya ini “Aku juga bertarung dimedan perang ! Tapi siapa yang dapat penghargaan ? Itu adalah Salim ! Aku ini cuma pelayannya saja disini !”, “Aku bisa mengerti perasaanmu, Murad tapi jangan sampai kamu merusak dirimu sendiri, jika Yang Mulia melihat kamu seperti ini maka dia tidak akan menghargai kamu lagi” Murad tertawa terbahak bahak “Kita semua ini nggak ada harganya disini, Danial ! Hanya Salim yang menjadi bintang di mata Yang Mulia, kita semua tidak punya masa depan disini !”
Dirumah Anarkali, Anarkali sedang menyalakan lampu minyak dirumahnya bersama pelayannya, tak lama kemudian Salim menemuinya, Anarkali tersipu malu melihat kehadiran Salim dirumahnya. Salim segera mendekati Anarkali begitu pelayan Anarkali pergi “Kamu sangat cantik malam ini, lampu lampu minyak ini tidak akan bisa bersaing dengan kecantikanmu” Anarkali hanya bisa tersipu malu “Kamu seharusnya tidak datang kesini, Salim, ... Yang Mulia telah memerintahkan pada mu untuk tidak menemui aku”, “Itu hanya untuk Salim saja, bukan untuk putra mahkota, secepat mungkin aku akan bicara dengan ibuku dan dia akan membuat Yang Mulia juga setuju dengan hubungan kita dan semuanya akan baik baik saja” Anarkali hanya tersenyum mendengar nada suara Salim yang terdengar begitu optimis “Apakah kamu kira Yang Mulia akan setuju ?”, “Iya ! Tentu saja ! Aku telah setia padanya maka dia akan menyetujuinya, Yang Mulia sangat menyayangi aku, dia tidak akan membiarkan cintaku pergi begitu saja dariku, apalagi sebentar lagi aku akan menjadi Raja India dan kamu akan menjadi Ratu India” Anarkali tertawa terpingkal pingkal “Aku ingat ketika kita masih kecil dulu, dulu kita sering sekali bertengkar satu sama lain”, “Yaa, kamu dulu sukanya mengajak aku bertengkar dan selalu mengganggu aku” Anarkali lalu menatang Salim dengan gayanya kedua tangannya ditaruh dipinggang “Kalau sekarang aku bagaimana ?”, “Sekarang kamu damai dalam hatiku, sesuatu yang sangat berharga buat aku, aku sangat mencintai kamu, Anarkali” Anarkali kembali tersipu malu, kedua mata mereka saling berpandangan satu sama lain, kemudian Salim menyentuh wajah Anarkali dengan bulu merak, tubuh mereka berdua semakin dekat satu sama lain, lagu Rabba is pyar mein mulai terdengar, kemudian Anarkali memeluk Salim erat.
Sementara itu, malam itu Jalal sedang berkumpul bersama ketiga istri spesialnya berserta Hamida dan Birbal diteras tengah taman istana. Saat itu Birbal menceritakan sebuah cerita yang lucu, membuat semua orang yang ada disana tertawa terpingkal pingkal termasuk Jalal “Kamu memang benar benar menakjubkan, Birbal ! Oh iya, aku punya satu pertanyaan, aku mempunyai tiga istri yang sangat spesial, kamu harus mengatakan padaku, yang mana yang paling berharga bagiku ?” ditanya seperti itu Birbal bingung dan salah tingkah didepan mereka “Jika aku menyebut sebuah nama maka yang lainnya pasti akan marah sama aku, Yang Mulia ... kenapa anda ingin membuat saya jadi bermasalah ?” semua yang hadir berkumpul disana mencoba menduga duga apa jawaban Birbal termasuk Hamida “Sekarang kamu harus menjawabnya, Birbal”, “Ya, jawab saja !” Rukayah ikut menimpali ucapan Jalal “Yang Mulia, kamu memang benar benar melibatkan Birbal dalam sebuah masalah” Jodha pun ikut angkat bicara sambil tersenyum “Aku pikir, Ratu Rukayah yang paling menyenangkan untuk anda karena anda kenal dengan Ratu Rukayah sebelum bertemu dengan Ratu Jodha dan Ratu Salima, dia adalah temanmu dan yang paling banyak menghadapi anda daripada istri yang lain” semua ratu dan ibu Hamida tertawa mendengar jawaban Birbal, sedangkan Jalal malah bingung karena mungkin bukan itu jawaban yang diinginkannya “Apa maksudmu ?”, “Anda bertanya pada saya, saya menjawab dan saya katakan pada anda, Yang Mulia” sambil pura pura mengerti, Jalal mengiyakan ucapan Birbal “Baiklah, aku terima jawaban kamu”, “Yaaa ...aku setuju dengan kamu, Birbal ... memang tidak mudah untuk menghadapi Yang Mulia, sementara Ratu Rukayah itu lebih berani” Jodha mengiyakan jawaban Birbal, sementara Rukayah tertawa senang mendengarnya, sementara Salima dan Hamida juga hanya tersenyum, tak lama kemudian mereka pun meninggalkan tempat tersebut. Ketika para ratu kembali ke kamar mereka masing masing, Jalal berjalan jalan bersama Birbal dihalaman istana “Yang Mulia, maafkan saya kalau saya tadi tidak menyebut nama Ratu Jodha karena kalau saya menyebut nama Ratu Jodha maka Ratu Rukayah pasti akan membunuh saya” Birbal merasa tidak enak pada Jalal “Aku juga minta maaf, Birbal karena membuat kamu terlibat dalam sebuah masalah tapi kamu benar dengan tidak menyebut nama Ratu Jodha dan memilih nama Ratu Rukayah karena bagaimana juga dia tidak akan meninggalkan saya juga” ujar Jalal tenang.
Keesokan harinya Jalal dan Jodha sedang bermain catur diruang permainan dengan menggunakan pion pion pelayan mereka, diluar ruangan tepatnya dihalaman Laboni berusaha mencari cari Jalal “Dimana Yang Mulia ?” Laboni bertanya pada pelayannya “Yang Mulia saat ini sedang bermain catur dengan Ratu Jodha” Laboni kesal karena tidak bisa dekat dengan Jalal “Aku membutuhkan sesuatu dari Jalal untuk melakukan ritual ilmu hitam tapi sayangnya keamanannya sangat dijaga ketat, bagaimana caranya bisa masuk ke kamarnya ?” Laboni mencoba berfikir “Aku akan merebut Jalal dari Jodha segera !” ujar Laboni sambil meremas remas pasir dan dihamburkannya ke tanah dengan tujuan pasir itu untuk menaburi Jalal dari kejauhan. Diruang permainan catur tiba tiba Jalal seperti kejatuhan pasir dari atas atap, Jalal dan Jodha sangat kaget melihat ada pasir yang jatuh dari atap mengenai tubuh Jalal... Sinopsis Jodha Akbar episode 506 by Sally Diandra