Sinopsis Jodha Akbar episode 392 by Sally Diandra. Saat itu Jalal sedang berdiskusi dengan Maan Sigh dan Rahim tentang sebuah strategi yang akan mereka jalankan, “Tidaklah mudah menyerang Patan, kita harus membuat sebuah perencanaan yang matang, Yang Mulia” kata Maan Sigh, “Kita seharusnya secara perlahan lahan saja mencapai sana dan menyerang mereka dari satu sisi” ujar Todar Maal, “Mereka bisa saja pergi melarikan diri dari sisi lain, jadi lebih baik kita serang mereka dari semua sisi jadi kita kepung mereka, mereka tidak akan bisa pergi kemana mana” kata Jalal, “Aku akan menyerang dari sisi utara” ujar Maan Sigh, “Aku akan menyerang dari sisi satunya” sela Todar Maal, “Kalau aku akan menyerang dari sisi sebelah sini, dengan begitu kita bisa mengambil Patan” ujar Rahim, tepat pada saat itu Hamida datang menemui mereka, semua yang hadir disana langsung memberikan salam pada Hamida dan meninggalkan tempat tersebut, Hamidapun membalas salam mereka. “Jalal, aku dengar kalau Rukayah akan meninggalkan Agra” kata Hamida, “Itu adalah keputusannya sendiri, buu … dan lagi aku ingin melihat apakah dia bisa meninggalkan Agra hanya karena sifat keras kepalanya itu” ujar Jalal, “Yaaa … dan Rukayah memang tidak jadi meninggalkan Agra, Jalal …. Jodha yang melarangnya pergi” kata Hamida tenang, sementara Jalal nampak terkejut mendengar berita tersebut.
Dikamar Jodha, Jodha sedang mengecek laporan keuangan dengan para asistennya, tiba tiba Jalal memasuki kamarnya, “Keluar semua !” bentak Jalal, “Ratu Jodha, kenapa kamu melarang Ratu Rukayah pergi meninggalkan Agra ? kalau dia ingin pergi, biarkan saja dia pergi !” kata Jalal dengan nada tinggi, “Yang Mulia, kalau aku tidak melarangnya, maka akan ada banyak pertanyaan pertanyaan dari keluarga kita, dan martabat kita akan jatuh, katakan padaku apakah aku sudah melakukan kesalahan sebagai Mariam Uz Zamani ?” jelas Jodha, “Ini adalah perbedaannya antara kamu dan dia, Ratu Jodha … kenapa Ratu Rukayah tidak bisa mengerti ini semua, dia memutuskan sendiri untuk meninggalkan istana hanya karena masalah yang sepele” ujar Jalal, “Mungkin dia sedang mempunyai masalah tapi bagaimanapun juga dia adalah bagian dari keluarga kita, Yang Mulia … kita bisa memecahkan semua permasalahan didalam rumah kita sendiri, aku tidak ingin orang lain mendengarkan permasalahan rumah tangga kita, makanya aku tidak bisa membiarkan Ratu Rukayah pergi meninggalkan Agra dengan cara yang seperti ini” jelas Jodha lagi, “Kadang aku tidak bisa memahami kamu, Ratu Jodha … kamu memang benar benar mengagumkan, kamu tidak hanya melarang Ratu Rukayah pergi tapi menyelamatkan martabat kita, tapi kembali aku ingatkan padamu … tidak ada seorangpun yang bisa melanggar aturan Raja” ujar Jalal.
Sementara itu didalam kamar Rukayah, Rukayah teringat kata kata Jodha ketika dia mencambuk anak tukang masak itu : “Aku adalah Mariam Uz Zamani dan semua yang ada disini adalah dibawah peraturanku !” , Rukayah langsung tersenyum sinis, “Selama ini aku tidak pernah dihina seperti ini, semua ini terjadi gara gara Jodha ! aku akan balas dendam ! sehingga kamu tidak akan bisa melupakannya, Jodha !” kata Rukayah marah, “Aku akan melakukan sesuatu yang membuat Salim semakin jauh dari Jodha dan tidak ada seorangpun yang akan menyalahkan aku, aku akan membuat Jodha terjepit diantara Jalal dan Salim, lalu apa yang akan Jodha lakukan ?” ujarnya sambil menyengir sinis sambil berjalan kearah jendela kamarnya dan dilihatnya dihalaman istana Salim sedang berlatih bertarung menggunakan pedang dengan para prajurit, “Hmm … aku dapat jawabannya sekarang, aku tahu apa yang harus aku lakukan !” ujar Rukayah
Sementara malam itu Jalal sedang berada dikamarnya bersiap untuk tidur, sesaat kemudian Rukayah menemui Jalal dengan muka sedih dan terlihat sangat bersalah, “Jalal, maafkan aku, aku telah melukaimu dengan kemarahanku, dengan kemarahanku aku mengatakan padamu bahwa aku akan meninggalkan istana tapi sejujurnya aku tidak bisa tidur memikirkan hal ini, Jalal … memikirkan bahwa Jalalku pasti akan marah padaku, maaf kan aku, Jalal” kata Rukayah dengan wajah memelas sambil memegang tangan Jalal, sementara itu Jalal diam saja sambil mendengarkan penjelasan Rukayah dengan seksama, “Aku seharusnya tidak melakukan hal ini, untungnya Ratu Jodha menyadarkanku, hal ini tidak akan terjadi lagi, Jalal … aku benar benar sangat malu” kata Rukayah sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dadanya, “Kenapa harus malu, Rukayah ? kamu melakukan hal itu sesuai dengan kata hatimu kan ?” tanya Jalal, “Kalau kamu marah padaku, hukumlah aku, Jalal !” pinta Rukayah, “Sudahlah semuanya sudah berlalu, sekarang … aku ingin minta tolong sama kamu” ujar Jalal, “Apa yang bisa aku bantu, Jalal ?” tanya Rukayah, “Jika ada seseorang yang sangat dekat denganku ternyata melawan perintahku dan meninggikan suaranya didepanku, apa yang harus aku lakukan ?” tanya Jalal, “Kamu seharusnya mengambil tindakan tegas padanya¸Jalal … tanpa memikirkan hubungan yang terjalin diantara kamu dan dia” kata Rukayah, “Jadi maksudmu bahwa orang yang melawan perintahku ini seharusnya diberi hukuman ?” tanya Jalal, “Iyaaa Jalal …” jawab Rukayah, “Kalau begitu tolong katakan padaku, kalau kamu melawan perintahku, hukuman apa yang seharusnya aku berikan padamu ?” tanya Jalal dengan nada marah, Rukayah sangat terkejut, “Perintahmu yang mana yang aku langgar, Jalal ?” tanya Rukayah penasaran, “Kamu tahu kan kalau aku telah memberikan perintah bahwa Reesham akan dibunuh dengan meriam, tapi kamu pergi ke penjara dan memberikannya racun, aku bisa terima … kalau kamu melakukan ini semua karena kamu marah padanya, tapi mengapa kamu menyembunyikannya dariku ?” tanya Jalal penuh selidik, “Apakah kamu pikir bahwa aku tidak tahu tentang ini semua ? aku tahu setiap kejadian yang terjadi di istana ini, Rukayah … tapi aku tidak mengatakan apapun padamu, aku bisa menerima bahwa Reesham telah mengkhianatimu jadi kamu sangat marah padanya, tapi kamu bisa menceritakan padaku terlebih dulu” kata Jalal marah, “Jalal, Reesham berusaha membunuh Salim didepan mataku sendiri, Salim adalah anakku” ujar Rukayah, “Salim juga anakku, Rukayah … dia juga anaknya Ratu Jodha, Ratu Jodha juga menemui Reesham dipenjara tapi dia tidak melanggar perintahku” kata Jalal, “Rukayah, kamu selalu melanggar perintahku tapi aku juga selalu memaafkanmu setiap saat, tapi ingat … ini adalah peringatanku yang terakhir kalinya, Rukayah !” kata Jalal sambil mengusap dupattanya, Rukayah hanya menganggukkan kepala kemudian Jalal meninggalkannya dan menuju tempat tidurnya, sementara Rukayah mulai gelisah dengan kata kata Jalal yang terakhir.
Malam itu Salim menemui Hamida dikamarnya, “Salim, kenapa kamu kesini malam ini ?” tanya Hamida, “Aku tidak bisa tidur, nenek … apakah kamu mau menceritakan sebuah dongeng untukku ?” pinta Salim, “Biasanya kan ibumu yang menceritakan dongeng padamu, apakah kamu masih marah dengan ibu, nak ?” tanya Hamida lagi, “Aku cuma ingin mendengarkan sebuah dongeng dari kamu, nenek” kata Salim, “Baiklah … tapi kamu harus berjanji padaku bahwa kamu akan selalu mendengarkan kata kata nenek” pinta Hamida, “Iyaaa … aku janji” kata Salim, kemudian Hamida menceritakan sebuah dongeng untuk Salim dan tak lama berselang Salimpun tertidur, melihat cucunya yang tertidur pulas, Hamida berkata pada dirinya sendiri : “Mengapa Tuhan selalu memberikan ujian untuk Jodha, Ya Khuda … tolong bantulah permasalahan antara Jodha dan Salim” kata Hamida.
Keesokan harinya, Jalal membuka sidang ketika Pujari dari Mathura datang kesana, Pujari langsung memuji Jalal, “Ada apa ini ?” tanya Jalal penasaran, “Aku telah banyak mendengar tentang pujian untuk para menterimu, jadi aku ingin menanyakan satu pertanyaan pada mereka” kata Pujari, “Tolong katakan padaku dimanakah letaknya pusat bumi itu ?” tanya Pujari, “Para menteriku akan menjawab pertanyaanmu, Pujari” ujar Jalal, “Apabila mereka tidak bisa menjawab pertanyaanku, kamu harus menggantikan mereka dengan aku, Yang Mulia … dan harus menyuruh mereka untuk meninggalkan ruang Dewan – I – Khaas ini” pinta Pujari, “Apa maksudmu, Pujari ?” tanya Jalal, “Para menteri yang tidak bisa menjawab pertanyaanku yang sangat mudah ini tidak pantas duduk didalam ruang sidang ini, Yang Mulia” ujar Pujari, sementara kesembilan menteri Jalal mencoba untuk berfikir keras mencari jawaban pertanyaan Pujari, “Kami harus bisa menjawab pertanyaannya, Yang Mulia … karena kalau tidak dia telah siap membuat kami menjadi pengangguran” sela Birbal, kemudian Birbal mendekati Pujari, Birbal mencoba mengukurnya dengan seutas benang yang dibentangkannya kesana kemari, kemudian dia mulai menghitung langkahnya, dia membuat Pujari bingung dengan berjalan kesana kemari bahkan memutar mutar tubuh Pujari, “Birbal, kamu menghina aku ya ?” tanya Pujari, “Bukan … aku sedang berusaha menjawab pertanyaanmu, Pujari … disinilah pusat bumi itu berada” ujar Birbal, “Bagaimana kamu bisa mengatakan seperti itu ?” tanya Pujari, “Diukur dari semua sisi, disinilah pusat bumi itu berada” jawab Birbal. “Bagaimana kamu bisa mengukur bumi, Birbal ?” tanya Pujari lagi, “Tepat ! itu dia … ketika kita tidak bisa mengukur bumi maka darimana pusat bumi itu bisa datang ?” jelas Birbal senang, sementara Jalal dan para menterinya tersenyum menang mendengar jawaban Birbal, Pujari hanya diam membisu, “Subanallah … Birbal adalah penebak yang jitu ! hal ini membuktikan bahwa 9 menteriku bisa memecahkan semua permasalahan yang ada !” kata Jalal bangga, sementara Birbal tidak bisa berkata apa apa lagi.
Siang itu Salim dan anak anak yang lain sedang bermain bola, kebetulan saat itu Jalal dan Rahim sedang melewati tempat tersebut, tepat pada saat itu Salim sedang melemparkan bolanya dan secara tidak sengaja mengenai tubuh Jalal, semua anak anak nampak ketakutan. Kemudian Jalal mengambil bola tersebut dan menghampiri anak anak dengan tatapan marahnya dan memandang kearah mereka satu per satu. ..Sinopsis Jodha Akbar episode 393