Sinopsis Jodha Akbar episode 135 by Jonathan Bay. Ruq duduk di beranda istana sambil menghisap hookah dan papan catur yang di siap di mainkan di depannya. Hoshiyar bertanya, "maaf ratu, apa aku boleh tahu siapa yang akan main catur dengan anda?" Ruq menjawab, "Yang Mulia." Resham bertanya, "tapi dia sedang sibuk dengan permainan yang lain. Aku dengar Yang Mulia akan menemui Benazir malam ini." Ruq dengan rasa ingin tahu bertanya, "maksudmu benazir si pelayan itu?" Hoshiyar mengangguk. Ruq tertawa terbahak-bahak. Salima datang padanya dan memberi salam. Ruq membalas salam Salima dan mempersilahkan dia duduk. Ruq bertanya, "ada apa anda kesini?" Salima menjawab, "aku punya hadiah untukmu." Ruq tertarik, "sungguh? Apa itu?" Salima menjawab, "aku telah mengumpulkan puisi di buku ini." Ruq meminta Salima membacakannya.
Salima membacakan kumpulan puisinya. ~Tak ada di alam semesta ini yang bisa bertahan dengan waktu, waktu mengubah segalanya, matahri terbit dan menerangi fajar, bahkan hari yang cerah bis amenjadi gelap~. Ruq memuji puisi yang di bacakan Salima, "puisi yang sangat indah, mempunyai makna yang dalam." Salima memgucapkan terimakasih. Ruq mengajak Salima main catur denganya. Salima setuju, "tentu. ratu Ruqaiya, jangan salah paham. Aku ingin tahu alasan mengapa aku tersenyum." Ruq tertawa, "aku punya alasannya. Hoshiyar memberitahuku kalau yang Mulia akan pergi menemui Benazir dan akan bermalam bersamanya. ~Ruq tertawa~ Hoshiyar, aku janji padamu. Jika yang mulia menemuinya, kau akan menjadi Ratu selama sehari, dan aku akan melayanimu." Hoshiyar terkejut dan berkata, "yang mulia, kalau begitu aku berdoa semoga aku kalah dalam taruhan ini. Lebih baik mati daripada harus di layani oleh majikan."
Salima dengan penasaran bertanya, "ratu Ruqaiya, boleh kau beritahu sesuatu? Yang Mulia memilih duduk di samping benazir saat malam perayaan, apakah hubungan mereka sedang dalam masalah?" Ruq menyahut, "aku setuju denganmu. Apapun alasannya, aku yakin satu hal, Yang Mulia tdiak akan menemui Benazir, pelayan yang harus menemui yang mulia. Bukan sebaliknya." Salima berpikir, "apa yang membuat yang mulia mempermalukan Jodha di depan semua orang? Aku harus bicara tentang hal ini dengan Ratu Jodha."
Javeda sedang asyik menulis. Zakira menemui Javeda dan bertanya, "nyonya, apakah anda ingin bertemu denganku?" Javeda menjawab tanpa menoleh kearah Zakira, "ya. Tapi aku tidak menyuruhmu duduk." Zakira tersenyum dan berkata, "aku tidak duduk, aku sedang berdiri." Javeda masih tidak menoleh, "jangan bohong, aku tahu kau duduk tanpa seizinku." Zakira bersikukuh, "tidak, Nyonya. Aku sedang berdiri."
Javeda segera menghentikan aktivitasnya dan menoleh kearah Zakira. Dia sangat terkejut melihat tubuh Zakira yang mungil. "ya Allah. Apakah kau setinggi ini?" Zakira dengan malu menyahut, "ya, nyonya." Javeda berkata, "tak apa. Kalau begitu aku akan duduk." Javeda lalu duduk di depan Zakira dan menarik tubuh mungil Zakira agar duduk di pangkuannya. Javeda bertanya tentang rahasia kecantikannya, "kau akan beritahu aku?" Zakira menatap Javeda dengan heran lalu tertawa, "terima kasih sudah memujiku..." Javeda balik menatap zakira dengan heran, "maksudku kecantikan Benazir, bodoh! Apa kau akan beritahu aku rahasia kecantikannya?"
Zakira memberitahu Javeda kalau Benazir banyak menggunakan minyak dan sari buah untuk menjaga kecantikannya. Javeda ingin tahu semua produk yang dia gunakan. Zakira mengangguk. Lalu Javeda mengusirnya. Zakira hendak pergi, tapi maham datang dan bertanya pada zakira, "apa hobi Benazir?" Zakira menjawab, "dia suka menari dan berburu." Maham tersenyum, "aku dengar dia memang suka berburu. Dan dia cukup lihai memburu korbannya. Dia membidik jantungnya menggunakan kecantikannya. ~Maham tertawa~ Kau boleh pergi." Zakira pun pergi.
Lalu javeda dengan gembira memberitahu Maham kalau dia akan tahu rahasia kecantikan Benazir, dantaklama lagi dia akan menjadi wanita tercantik di istana ini. San semua orang akan memuji Maham karena telan bermenantukan dirinya. Maham tidak tertarik dan terlihat terganggu. Maham dengan sinis tertawa, "ya Javeda, semoga saat itu akan tiba. Untuk mendapatkan itu, kau harus lakukan sesuatu yang sangat penting. ~Javeda menatap Maham dengan heran~ Kau harus meminta pada matahari agar terbit dari barat dan tenggelam di timur. Kau mengerti?" Javeda menggeleng. Maham sambil pergi menyuruh Javeda memikirkannya. Javeda benar-benar memikirkannya dan dia bingung sendiri, "mengapa matahari akan menuruti perintahku? Kurasa ibu semakin hari semakin aneh. Hari ini aku tahu kalau ibu sudah bertambah tua setiap harinya."
Benazir sedang menari ketika maham datang dan memuhinya, "wah.. bagus sekali benazir. Assalamualaikum." Benazir menyahut, "waalaikumsalam." Maham kemudian mengusir seluruh pelayan. Benazir berkata, "perdana menteri, kalau kau ingin betemu denganku, anda bisa memanggilku." Maham tersenyum dan membalas, "Benazir, kenapa kau yang menemuiku, kalau aku yang ingin menemuimu?" Benazir berkata, "ya khuda, aku tak ingin menghina perdana menteri." Maham tertawa, "kau tahu bagaimana menyanjung seseorang. AKu kesini untuk membahas sesuatu yang penting denganmu. Ap ayang kau bicarakan dengan ratu Jodha?" Benazir menjawab, "hanya masalah biasa." Maham memaksa, "aku hanya ingin tahu apa yang kau bicarakan denganya." Benazir ingin tahu, "mengapa anda tertarik?" Maham menyela, "aku dengar kau punya mulut yang tajam. Akan lebih baik jika kau tak gunakan mulutmu untuk menentangku." Benazir menunduk hormat, "maaf, aku punya firasat, kalau Ratu Jodha tidak suka dengan kehadiranku di istana ini. Mungkin dia tidak seperti itu kalau yang mulia tidak memilihku untuk duduk di sampingnya. Aku berusaha untuk menghiburnya." Maham memuji, "kau memang seperti yang kukira. Kau wanita cerdas, aku suka itu." Benazir menyahut, "orang yang nada sukai mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di istana, bukan?"
Maham tertawa, "tentu." benazir melanjutkan, "kalau begitu, menurutku kedudukan ratu Jodha di samping Yang Mulia sedang terancam. Menurutku, kau tidak menyukainya atau ada yang tidak anda sukai." Maham memuji, "Benazir, selain cantik, kau juga cerdas. AKu suka itu. Tapi mulutmu lebih tajan daripada pikiranmu. Maaf jika aku tidak suka itu. Seseorang yang ingin maju dalam hidupnya, harus menjaga cara bicaranya. Patuhi aku jika kau ingin mendapat kedudukan yang takkan bisa kau dapatkan. Kau harus patuh padaku. Ingatlah, yang mulia menganggapku seperti ibunya sendiri. Oleh karena itu, jangan beri aku alasan untuk membencimu. Buat aku senang. Turuti aku jika kau ingin mendekati Jalal." Sambil tertawa maham pergi meninggalkan Benazir setelah mengucapkan sampai jumpa.
Jodha berkata pada Salima, "ratu salima, aku tahu kau kesini karena kuatir denganku. Sejujurnya, aku tak ingin membahas masalah ini sekarang. Jika tak keberatan, bisakan kau meninggalkan aku sendiri?" Salima menyahut dengan penuh pengertian, "tentu saja. Sampai jumpa." Jodha membalas salam Salima. Taoi sebelum pergi Salima menatap Jodha sambil berpikir, "mengapa ratu Jodha sangat tertekan? Kurasa masalah ini sangat rumit."
Pada Zakira Jalal berkata, "jika dia ingin menemuiku, dia harus datang. Aku takkan menemuinya atas permintaanya. Jika dia ingin menemuiku dia bisa datang ke angori bagh.." Zakira kemudian berpamitan.
Zakira sedang membantu Benazir berdandan. Benazir berkata, "aku tidak percaya. Yang mulia sepertinya orang yang menarik. Jika itu pria lain, dia pasti akan langsung menemuiku. Dia akan segera terpana dengan kecantikanku. Tapi kaisar jalal sama sekali tidak tertarik padaku." Zakira dengan suara genitnya bertanya, "apakah menurutmu yang Mulia akan terpana dengan kecantikamu malam ini?" Benazir tersenyum dan berkata, "itu yang ingin kuketahui, Zakira. tak ada yang bisa mengabaikan kecantikanku. Tapi, Raja Jalal sedikit berbeda dengan pria lain itu. Jika aku bisa membujuknya, maka aku menang." Benazir berdiri, Zakira hendak mengikutinya, tapi Benazir melarang karena malam ini dia ingin menemui Jalal seorang diri.
Jodha terlihat binggung tapi tak mengubrisnya. Untung moti segera datang membawa air hangat. Jalal menyuruh Moti meletakkannya di meja. Benazir mencelupkan tangannya ke dalam baskom air hangat itu dan berteriak kesakitan, "airnya terlalu panas, Yang Mulia." Mendengar itu, Jalal memaki Moti, "bodoh! ~Moti kaget sampai terlonjak mundur, Jodha terlihat tidak senang~ Apa kau tak tahu air panas bisa membuat kulitnya terbakar? Bawa kembali!" Moti mengambil baskom berisi air panas itu dan meletakkannya di samping Jodha. Jalal kemudian mengambil sal dan membungkus tubuh benazir sambil memintanya untuk tenang. Moti membei isyarat pada Jodha agar merasakan air panas yang di bawanya. Jodha tidak merasa kalau air itu terlalu panas. Jalal berteriak pada pelayan dan menyuruh mereka mengantar Benazir ke kamarnya. Moti dan para pelayan bergegas mengantarkan benazir ke kamarnya.
Benazir sedang berendam dalam bak mandi air hangat di temani Zakira. Zakira bertanya, "mengapa kau membahayakan dirimu, Benazir?" Benazir menyahut, "seseorang harus lakukan pengorbanan untuk mendapatkan hasil yang besar. Jika aku tidak memgambil resiko, yang mulia tidak akan merangkulku. Aku bisa melihat ratu Jodha tidak senang yang mulia kuatir padaku. Tapi apa yang dia lakukan? Dia tak bisa menghentikan Yang Mulia menyelamatkan nyawaku." Zakira bertanya, "Mengapa kau kuatir dengan ratu Jodha? Mengapa dia sangat penting bagimu?" Benazir berkata kalau Jodha adalah rintangan terbesar dalam niatnya untuk mencapai tujuan, "yang mulia tak bisa mengalihkan pandangannya dari Ratu Jodha. Meski aku berdiri di sebelahnya. Aku tidak terima itu. Itu sebabnya aku gunakan trik untuk mendapatkan perhatiannya. Lalu aku melompat ke danau. Secara langsung, Yang Mulia memperhatikan aku."
Di kamar mandi, benazir masih membicarakan Jalal, "dan rencanaku berhasil. Yang Mulia melompat kedanau dan menyelamatkan aku." Zakira bertanya lagi, "apa gunanya melakukan itu? kau tak mendapatkan apa yang kau inginkan." Benazir memberitahu Zakira kalau kesabaran itu sangat penting. Jika aku menggoda yang Mulia malam ini, itu tidak akan membantuku meraih tujuanku. Bersabarlah. Kita sudah semakin dekat dengan tujuan kita. Aku hanya perlu menunggu semalam lagi."
Sinopsis Jodha Akbar episode 135. Jodha masih uring-uringan di kamarnya, "aku tak peduli dengan siapa yang Mulia tidur. Aku kuatir, ini sudah yang ketiga kalinya Benazir, membuat hubunganku dengan yang mulia semakin rusak. ~Jodha melepas semua perhiasannya~ Pertama aku di permalukan saat pertunjukan Ramtanu. Kedua, dia menghinaku dengan memberikan pakaian dan perhiasanku. Dan hari ini kejadian ini. Aku tak mengerti mengapa dia mencoba merusak hubnganku."
DI kamarnya benazir berkata, "ratu Jodha menciptakan sebuah masalah bagiku. Setiap kali aku ingin mendekati Yang Mulia, dia selalu menghalangi. Tapi lain kali, saat aku mendekati Yang Mulia, aku takkan biarkan dia menghalangiku. Kautahu sesuatu, Zakira?" Zakira bertanya, "apa?" Benazir berkata, "untuk pertama kalinya aku merasa cemburu pada seorang wanita."
Jodha tersentak dan membalikan badan membelakangi Moti, "cemburu? Apa maksudmu, Moti? Mengapa aku cemburu pada Benazir? Dia hanya pelayan. Kau salah, Moti."
Jalal dan Jodha sama-sama telah bersiap untuk pergi tidur. Masing-masing gelisa di tempat tidurnya membayangkan peristiwa yang baru saja terjadi. Jalal teringat bagaimana Jodha menyentuh tanganya dan memasukannya kedalam baskom air hangat. Jodah juga begitu, dia tak bisa memejamkan mata terbayang bagaimana Jalal meminta Benazir duduk di sampingkan di pesta dan ketika Jalal memberikan gelangnya pada Benazir. Dengan kesal, Jodha terduduk dan berpikir, "mengapa aku kuatir dengan sikapnya, mengap aku gelisah? Dia raja, dia bisa memilih siapapun untuk bersama dengannya." Di atas pembaringannya, Jalal juga berpikir, "dia tak ingin diri ku dekat dengannya, namun dia juga tak ingin aku bersama orang lain. Apa yang kau mau dariku, Ratu Jodha? Mengapa dia merasa cemburu? Jika dia tak ingin bersamaku?" Jalal terbayang bagaimana dia memaksa untuk membuka mantel tidur Jodha dan Jodha mendorongnya. Membayangkan itu Jalal tersentak dengan sendirinya dan berpikir keras... Sinopsis Jodha Akbar episode 136