Sinopsis Jodha Akbar episode 386 by Sally Diandra. Jodha menemui Jalal dikamarnya, “Aku pikir Maan Sigh tidak akan berbuat seperti ini, Yang Mulia” kata Jodha, “Aku tidak bisa mengabaikan semua bukti bukti yang mengarah padanya, Ratu Jodha” ujar Jalal, “Maan Sigh adalah orang yang sangat setia padamu dan dia juga seorang Rajvanshi yang pemberani, dia telah membuktikannya dari waktu ke waktu, Yang Mulia … dan kamu sendiri juga tahu tentang hal tersebut, kenapa kamu meragukannya ?” tanya Jodha,
“Cukup ! Ratu Jodha … aku tidak ingin membicarakan hal itu !” ujar Jalal, “Kenapa ?” tanya Jodha lagi, “Aku percaya dengan Maan Sigh !” bela Jodha, “Bagaimana kita bisa mengabaikan pernyataan Todar Maal dan Rahim yang melawannya ?, bagaimana aku bisa mengabaikan para penyerang itu yang mengetahui Maan Sigh sebelumnya ?, bagaimana aku bisa mengabaikan satu satunya menteri yang sangat dekat denganku yang tahu tentang kepergian Salim keluar istana ? bagaimana aku bisa mengabaikan bahwa pada saat itu Maan Sigh tidak ikut dalam tugas tersebut ?” kata Jalal dengan nada tinggi, sementara Jodha hanya diam saja memperhatikan suaminya dengan muka masam,
“Keputusanku sudah tepat, Ratu Jodha … jika Maan Sigh memang benar benar tidak bersalah, dia harus bisa membuktikannya !” kata Jalal lagi, “Tanyalah pada hatimu sendiri, Yang Mulia … apakah Maan Sigh bisa melakukan semua ini ?” pinta Jodha, “Apakah kamu juga pernah berfikir apakah Ratu Salima juga bisa melakukan semua ini ? tapi kita tetap harus memberikannya hukuman” kata Jalal, “Aku sudah sering melihat banyak orang berubah dan menjadi musuh kita hanya untuk sebuah tahta kerajaan, ini sering terjadi dalam dunia politik … pertama Bhairam Khan, kemudian Maham Angga, sekarang Salima dan Maan Sigh !” jelas Jalal, “Terserahlah … kamu bisa mengatakan semua yang ingin kamu katakan, Yang Mulia tapi aku tetap percaya pada Maan Sigh !” kata Jodha kemudian berlalu dari sana.
Jodha hendak menemui Maan Sigh dikamarnya tapi para prajurit menghadangnya “Maaf Yang Mulia Ratu, anda tidak diijinkan untuk masuk kedalam” ujar salah saru prajurit, “Apakah kamu lupa dengan siapa kamu bicara saat ini ? kamu saat ini sedang bicara dengan Mariam Uz Zamani, kamu akan dihukum apabila kamu menghentikan langkahku !” hardik Jodha, prajurit itupun memberikan Jodha jalan untuk memasuki kamar Maan Sigh.
Kemudian Jodha memasuki kamar Maan Sigh yang gelap, penerangan disana tidak begitu terang, “Bibi, kamu seharusnya tidak datang kesini, Yang Mulia pasti akan marah” kata Maan Sigh, “Bagaimana aku tidak boleh menemuimu ? aku tahu kamu tidak bersalah dan semua rencana ini untuk menentang kamu, kamu tidak bisa melawan moral Rajvanshi, kamu sangat mencintai Salim” ujar Jodha, “Tapi semua bukti dan keputusan Yang Mulia menentang aku, Bibi” kata Maan Sigh, “Aku juga telah menemui Ratu Salima, aku merasa ada seseorang yang melakukan semua ini dengan sengaja, dia menentang orang orang yang dekat dengan Yang Mulia” ujar Jodha,
“Bibi, Yang Mulia menahanku tapi dia tidak memberikan hukuman padaku, aku yakin dia akan menemukan kebenaran tapi Yang Mulia pasti marah begitu mengetahui kamu datang ke sini, Bibi” kata Maan Sigh, “Aku adalah Mariam Uz Zamani, aku juga harus mencari tahu siapa yang telah merencanakan ini semua, tolong ceritakan padaku … apa yang sebenarnya yang terjadi ?” tanya Jodha,
“Para penyerang itu mengenakan baju Rajvanshi tapi mereka kelihatannya bukan benar benar orang Rajvanshi, ini adalah sebuah konspirasi besar, Bibi … jangan terlalu ikut campur didalamnya, Bibi harus bersama sama dengan Yang Mulia Raja” saran Maan Sigh, “Aku selalu bersamanya tapi dia seorang Raja jadi tugasku adalah menunjukkan padanya sisi yang benar” ujar Jodha, “Lebih baik, Bibi pergi sekarang” pinta Maan Sigh, “Percayalah padaku, Maan Sigh … aku akan mengembalikan kehormatan dan martabatmu kembali !” ujar Jodha, Maan Sigh sangat terharu kemudian dia menyentuh kaki Jodha dan memohon doa Jodha, setalah itu Jodha pergi meninggalkan Maan Sigh.
Ketika Jodha memasuki kamarnya, ternyata disana sudah ada Jalal yang menunggunya sedari tadi, “Kemana saja kamu pergi pada jam segini ? Kamu dari mana ?” tanya Jalal penasaran, “Aku pergi menemui Maan Sigh” jawab Jodha tenang, “Jadi kamu pergi menemui orang yang mencoba membunuh anak kita ?” tanya Jalal, “Semua bukti mengarah ke Maan Sigh, Ratu Jodha !” kata Jalal dengan nada tinggi, “Jika semua bukti menentang seseorang, itu bukan berarti bahwa orang itu bersalah, Yang Mulia … ini semua juga bisa direncanakan oleh seseorang” bela Jodha,
“Tapi sampai penyelidikan tentang kasus ini belum selesai, kamu seharusnya tidak menemui dia, Ratu Jodha … jangan lupa kamu adalah Mariam Uz Zamani” kata Jalal, “Lalu apa otoritasku sebagai Mariam Uz Zamani ? tanya Jodha, mendengar pertanyaan Jodha, Jalal sedikit tertegun, “Pertanyaan macam apa itu, Ratu Jodha ?” tanya Jalal, “Aku hanya ingin tahu otoritasku, hakku sebagai Mariam Uz Zamani ?” tanya Jodha, “Posisi Mariam Uz Zamani itu dibawah Raja” jawab Jalal, “Aku menemui Maan Sigh sebagai Mariam Uz Zamani, aku ingin kebenaran yang sesungguhnya” jelas Jodha,
“Ratu Jodha, kamu tidak diijinkan untuk melawan Raja !” hardik Jalal, “Jika usahaku mencari kebenaran itu ternyata melawan peraturan yang berlaku, aku tidak ingin posisi seperti itu dimana aku tidak bisa berbicara dengan seseorang” kata Jodha dengan nada tegas, “Aku mengundurkan diri sebagai Mariam Uz Zamani mulai hari ini, dan sekarang aku adalah aku sendiri” tandas Jodha, Jalal sangat terkejut mendengarnya, kemudian Jodha mengambil mahkota Mariam Uz Zamaninya dan mengembalikannya ke Jalal, tapi Jalal diam tak bergeming sedikitpun, kemudian Jodha meletakkannya di meja dan Jalal menatapnya dengan tatapan marah.
Hamida menemui Jalal, “Jalal, apa yang Jodha lakukan itu tidaklah salah, Maan Sigh bukan hanya seorang menteri disini tapi dia juga keponakan Jodha” ujar Hamida, “Maan Sigh adalah orang yang setia terhadapku, bu … jadi aku hanya menahannya sebagai tahanan rumah, tapi tidak seorangpun yang berani melawan perintah Raja” kata Jalal, “Jalal, sebagai Mariam Makani dan Mariam Uz Zamani mempunyai hak yang sama, mereka mempunyai hak untuk mengubah perintah Raja” tegur Hamida,
“Mengapa Jodha tidak bisa bertemu dengan Maan Sigh ? dia tidak melakukan kesalahan” tegur Hamida lagi, “Tolonglah bisa dimengerti, buuu … Maan Sigh adalah seorang tertuduh” kata Jalal, “Apa yang sudah dia lakukan, Jalal ? apakah dia membunuh Salim atau kamu ? jika Maan Sigh menginginkan ini semua, dia bisa saja mencoba membunuhmu sebelum sebelumnya, dia mempunyai banyak kesempatan, Jalal !” ujar Hamida, “Ibuuu … aku tidak bisa mengabaikan pernyataan dari para menteri lainnya” kata Jalal,
“Cobalah untuk mengerti, Jalal … semua ini sepertinya direncanakan untuk menentang orang orang ini seperti Salima, Jodha dan para menterimu sebagai kekuatanmu dan dengan menghukum kamu berarti menghancurkan kebanggaanmu” ujar Hamida, “Jalal, aku ingin melihat Jodha mengenakan mahkota Mariam Uz Zamaninya di pesta perayaan Jashn, kamu harus membujuknya, ini adalah perintah Mariam Makani, Jalal !” kata Hamida, Jalal hanya diam mendengarkan dan berlalu dari sana
Saat itu Rukayah sedang menikmati hookahnya ditemani oleh Reesham pelayan setianya, “Yang Mulia Ratu … apakah kamu sudah mendengar kalau Ratu Jodha sudah mengundurkan dirinya sebagai Mariam Uz Zamani ?” kata Reesham dengan senyum bahagianya, “Mengapa kamu bahagia mendengar hal ini, Reesham ? ini adalah sebuah pengkhianatan !” ujar Rukayah, “Aku kira anda akan senang mendengarnya, Yang Mulia Ratu” kata Reesham, kemudian Rukayah langsung menggandeng tangan Reesham dan memperlihatkan kotak perhiasannya, “Lihat … kamu bisa mengambil perhiasan perhiasan ini sebanyak yang kamu inginkan, ambilah …… aku sangat bahagia mendengar berita ini, aku sudah menunggu berita ini cukup lama” ujar Rukayah,
Reeshampun semakin senang melihat banyaknya perhiasan yang bisa dia ambil sebagai hadiah kemudian berlalu dari sana bersama perhiasannya. Sepeninggal Reesham, Rukayah berkata pada dirinya sendiri : “Hmmm …. Jodha memang tidak bisa mengatasi posisi ini !” kata Rukayah sinis.
Malam itu dikamar Jodha, Jodha sedang berhias dan berdandan dibantu oleh para pelayannya, tiba tiba Jalal datang menemuinya, mereka saling memandang dengan tatapan yang saling marah satu sama lain, Jalal hanya melihat Jodha melalui pantulan cermin rias Jodha, “Penobatan Salim sebagai pewaris tahta kerajaan sebentar lagi akan segera dilaksanakan, jangan bertindak seperti seorang anak kecil, datanglah segera sebagai Mariam Uz Zamani” pinta Jalal, “Yang Mulia, kamu tahu kan kalau aku tidak membutuhkan posisi itu !” tegas Jodha,
“Aku tahu tapi ini bukan pilihanmu menjadi Mariam Uz Zamani atau tidak, Mariam Uz Zamani adalah seseorang yang memiliki anak sebagai pewaris tahta Kerajaan, kamu adalah Mariam Uz Zamani dan akan selalu begitu !” tandas Jalal, “Aku tidak ingin posisi yang tidak memberikan aku hak apapun, Yang Mulia …. apakah aku harus mengatakan padamu, hak apa yang seharusnya Mariam Uz Zamani miliki ?” tanya Jodha, “Lalu … haruskah aku ceritakan padamu hak apa yang Raja punyai ?” Jalal balik bertanya, “Tidak ! tapi aku tidak suka caramu memperlakukan Maan Sigh kemarin” kata Jodha, “Bukti buktilah yang menentang dia, Ratu Jodha !” ujar Jalal,
“Seseorang yang telah melayanimu sepanjang hidupnya, meninggalkan kedua orangtuanya, bagaimana bisa kamu meragukan perhatiannya, Maan Sigh menjadi tidak terhormat !” kata Jodha, “Jadi dengan kata lain kamu tidak ingin mengenakan mahkota itu ?” tanya Jalal, “Tidak ! sampai Maan Sigh terbukti tidak bersalah, aku tidak akan mengenakannya !” tegas Jodha, “Baiklah kalo begitu seperti yang kamu inginkan …” kata Jalal sambil berlalu dari kamar Jodha.
Jalal sudah duduk di singgasananya dan para menteripun sudah hadir disana, “Kami harus memulai ritual ini, Yang Mulia” pinta salah satu ulama, “Baiklah … kalau begitu panggilah pewaris tahta kerajaan !” perintah Jalal, tiba tiba Rukayah berdiri dan mengatakan “AKu akan membawanya kesini, Yang Mulia” pinta Rukayah, Jalalpun mengangguk menyetujuinya, saat itu hati Jalal sedih karena pertengkarannya dengan Jodha, Jalal mengira kalau Jodha tidak akan datang dipesta perayaan tersebut, diliriknya bangku Jodha yang masih kosong, sementara itu dari kejauhan akhirnya Jodha datang ke pesta tersebut dan melihat kearah Jalal, kemudian Jodha duduk disebelah Hamida, “Kenapa kamu tidak mengenakan mahkotamu, Jodha ?” tanya Hamida,
“Saya datang kesini sebagai seorang ibu, bukan sebagai Mariam Uz Zamani, buuu” jawab Jodha, “Tapi sayangnya anakku marah padaku, tapi jangan khawatir, bu … semuanya akan baik baik saja” ujar Jodha sambil menenangkan Hamida.
Dari kejauhan Jodha melihat Rahim yang sedang bersedih, karena acara belum dimulai, Jodha mencoba menghampiri Rahim, “Rahim, kenapa kamu sedih ? kamu kangen sama Ratu Salima ?” tanya Jodha, “Aku tidak tahu, buu … bagaimana semua bukti bukti itu mengarah ke ibu Salima, dia tidak mungkin melakukan ini” ujar Rahim, “Aku tahu betul siapa Ratu Salima maupun Maan Sigh, mereka adalah orang orang yang tidak bersalah, tapi Yang Mulia harus menghukum mereka sesuai dengan bukti yang mengarah pada mereka, tapi jangan khawatir, Rahim … tidak ada sesuatu yang salah yang akan terjadi pada orang yang benar !” kata Jodha.
Sementara pada saat itu Rukayah sudah membawa Salimm memasuki ruangan pesta, “Salim, seharusnya ini adalah pekerjaan Mariam Uz Zamani yang harus mengantar calon pewaris tahta Kerajaan dan hari ini seharusnya menjadi tugas ibumu, Jodha tapi dia malah mengundurkan diri dari posisinya sebagai Mariam Uz Zamani karena ayahmu menahan Maan Sigh, dia memang peduli sama seorang orang tapi tidak pada anaknya sendiri yaitu kamu, Salim” bisik Rukayah, Salim hanya diam mendengarkan saja, ketika mereka memasuki ruangan, Rukayah melihat kusri Jodha yang masih kosong,
“Lihat, Salim … ibumu tidak ada disini bahkan hingga sekarang dia belum juga datang, dia lebih khawatir pada Maan Sigh daripada kamu” bisik Rukayah lagi, Salimpun melihat kursi ibunya yang masih belum ditempati sementara kerabat keluarga kerajaan yang lain sudah ada disana semua menunggunya, kecuali ibunya. Tapi jangan khawatir sayang, aku akan ada disini untukmu, sekarang giliranmu datanglah keayahmu” pinta Rukayah, Salimpun menuruti perintah Rukayah, Slaim mendatangi singgasana ayahnya, Jalal menyambut gembira melihat kedatangan Salim, diliriknya kembali kursi Jodha yang masih kosong.
“Yang Mulia, apakah kami sudah bisa memulai ritualnya ?” tanya ulama itu, “Jalal, tunggulah Jodha sebentar” kata Hamida, “Aku tidak akan menunggu siapapun, buu ! mulailah ritualnya “ kata Jalal sambil melirik ke kursi Jodha yang masih kosong, ada rasa sedih menjalar diseluruh tubuhnya tapi Jalal tidak bisa berbuat apa apa, istrinya memang keras kepala. Ritualpun akhirnya dimulai, kemudian Jalal memberikan stempel pada sebuah surat dan mengumumkan : “Salim adalah Raja selanjutnya !” tepat pada saat itu Jodha hendak memasuki ruangan tersebut, “Mulai dari sekarang Salim adalah satu satunya pewaris resmi tahta Kerajaan Mughal ! dia bisa menggunakan kekuatannya untuk keuntungan setiap orang” tegas Jalal, dari kejauhan Jodha melihat pesta penobatan Salim telah selesai dilaksanakan, dalam hatinya berkata : “Pesta ritualnya telah dilakukan tanpa kehadiranku” bathin Jodha terharu dan matanyapun berkaca kaca .