Sinopsis Jodha Akbar episode 110 by Jonathan Bay. Jalal memasuki ruang sidang. Para menteri berdiri menyambutnya dan memberi salam. Atgah mengatakan kalau ada pesan dari munim khan dikabul. Isi pesan itu adalah bahwa senjata dan harta di kabul telah di sita dan telah dikirim ke Agra. Mirza hakim akan memimpin di Kabul. Hingga persiapan alih kekuasan kepada Mughal dilaksanakan, Munim Khan meminta izin untuk tinggal lebih lama di Kabul. Jalal mengizinkan. Jalal berkata kalau Munim khan telah berjasa besar menghancurkan pemberontakan Abul Mali, iparnya. Karena itu begitu dia kembali ke Agra nanti dia akan di angkat menjadi kepala menteri. Semua orang saling pandang. Atgah mengucapkan selamat. Sidang selesai, Jalal meninggalkan ruang sidang. Sharif berkata pada Adham kalau dirinya yang pergi ke kabul dia pasti jadi kepala menteri. Adham memintanya jangan kuatir, karena munim khan setia pada mereka. Adham lebih senang kalau Munim yang menjadi kepala menteri daripada Atgah khan. Karena dia akan dapat akses ke harta kerajaan, dapat bagian dari pajak dan lainnya dan kekuatan mereka meningkat.
Jodha sedang berdiri di teras bersama moti. Dia terlihat kedinginan. Moti menutupi tubuh Jodha dengan syal. Salima datang, juga dengan tubuh terbungkus syal. Salima berkata, "Ratu Jodha, kau sedang menikmati musim dingin diAgra? Ini musim dingin pertamamu di Agra, pelan-pelan kau akan terbiasan dengan cuaca ini." Salima membawakan beberapa gulung benang untuk Jodha, karena dia menduga Jodha suka menjahit. Tapi Jodha seperti tidak tertarik. Salima juga berkata kalau di sedang membaca puisi Sheikh Kulban yang indah dan bertanya apakah Jodha ingin mendengarnya? Jodha juga tidak tertarik. Salima mengerti. Dia hanya ingin menghibur Jodha agar melupakan kesedihannya. Jodha mempersilahkan Salima duduk. Moti meninggalkan mereka. Salima menatap Jodha yang terlihat gelisah. Salima berkata dalam hati, "sepertinya obat yang di berikan tabib sudah mulai bereaksi." Jodha dan Salima duduk di sofa saling berhadapan. Jodha terlihat menahan sesuatu. Salima bertanya, "kenapa Ratu Jodha? Kau merasa mual?" Jodha menjawab, "tidak. Tapi aku tidak tenang." Jodha meminta Salima agar jangan salah paham, dia akan dengarkan puisi salima lain kali. Salima tersenyum dan berkata, "aku mengerti apa yang kau rasakan, Ratu Jodha. Sebagai kakakmu, boleh aku beri nasihat?" Jodha mengangguk. Salima berkata kalau selalu ada hikma dibalik masa sulit dan masa sulit akan segera berlalu. Jodha menyahut, "masa sulit akan berlalu, tapi akan meninggalkan bekas dan luka selamanya. Kau tidak tahu yang dilakukan Kaisar padaku? Dia mengejekku di depan ibunya. Dia tidak menghormati aku."
Karena itu mereka mengatakan kalau gajah adalah seperti bagian tubuh yang mereka pegang. Orang buta yang memegang telinga akan berkata kalau gajah itu lebar seperti tampah, yang memegang ekor akan berbeda pendapatnya dengan yang memegang kaki, begitu seterusnya. Padahal pendapat kelima orang buta itu semuanya salah, tapi tidak bisa dianggap salah. Lalu kata Salima, "dalam situasi ini, menurutku kau dan kaisar benar. Dengarkan saranku dan berhentilah kuatirkan masalah ini. Buka pikiraanmu dan tunggu waktu menjalankan peranannya. Dan kalian berdua akan temukan jawaban dari pertanyaan kalian itu." Seorang pelayan memberitahu Salima kalau tabib ingin bertemu dengannya. Salima segera pergi menemuinya.
Di suatu tempat, seorang wanita bercadar sedang menuangkan cairan dari botol besar ke botol kecil. Tiba-tiba botol besar yang di pegangnya terjatuh dan pecah. Wanita bercadar terlihat panik dan bingung. Dia berpikir dan berpikir akhirnya menemukan ide, dia akan menemui tabib dan minta 4 bahan campuran obat dari dia. Dan dia bisa melanjutkan misinya tanpa di curigai.
Jalal dengan tenang berkata kalau dia datang bukan untuk ribut tapi untuk mengembalikan cincinya. Jdoha berkata, "aku tidak butuh cincin ini." Jalal dengan lembut berkata, "cincin ini diberikan oleh ibuku. Setidaknya kau simpan saja demi dia. Kau boleh tidak suka atau tidak butuh, tapi menyimpan cincin ini adalah kewajibanmu. Dan aku tahu kau selalu melakukan kewajibanmu. Selama kau di agra, kau akan simpan cincin ini." Jalal membalikan badan akan pergi, tapi dia berbalik kembali menatap Jodha dan berkata dalam hati, "seandainya aku bisa mengatakan apa yang ingin kukatakan. Aku ingin obat itu segera bereaksi. Aku yakin kalau kau tidak bersalah. Dan aku tak kan memaafkan pelakunya" Jodha balas memandang jalal dan berpikir, "hanya dewa yang tahu isi pikiran dia." Jalal juga berpikir, "aku ingin katakan kalau kau dan aku benar." Jalal kemudian beranjak pergi meninggalkan Jodha.
Wanita bercadar menemui tabib dan meminta bahan-bahan obat untuk prakteknya karena dia sedang belajar ilmu pengobatan. Tabib bertanya bahan apa yang dia butuhkan. Wanita bercadar berkata, "aku butuh ekstrak pisang kering, bubuk kayu, nektar buah dan abu api." Tabib mecurigai orang itu dan segera bertanya padanya kenapa dia membutuhkan obar ini, ~sambil menunjukan obat di tanganya~ wanita bercadar itu berusaha mengambil obat dari tangan tabib. Tapi tabib berhasil memegang tanganya dan melihat gelangnya. Keduanya saling tarik dan dorong. Wanita bercadar berhasil mendorong tabib dan segera melarikan diri. Tabib segera pergi keistana dan mencari Ratu Salima. Tapi tidak bertemu. Dia lalu menitipkan pesan pada pelayan kalau dia ingin bertemu Salima dan akan menunggu di ruang obat.
Moti dan Jodha tertawa mendengarnya. Jodha berkata, "Javeda, kau selalu menghiburku." Javeda meminta agar Jodha tidak memujinya, "aku tidak mengerti maksud perkataanmu, tapi aku suka yang kau katakan. Karena kau manis, kau hanya mengatakan hal-hal yang manis." Lalu pada pelayan, Javeda berkata, "pelayansa, tolong jaga Ratu Jodhasa dengan baik." Jodha tertawa. Salima datang. Semua berdiri memberi salam. Jodha mempersilahkan Salima duduk. Jodha dengan bercanda bertanya pada Salima, "apakah anda mendengar apa yang di katakan Javedasa? Tiap kali dia datang, pasti membuatku tersenyum." Salima dan Javeda turut tersenyum. Tiba-tiba Jodha merasa mual, dia segera berlari kedalam kamarnya dan muntah di baskom yang telah tersedia. Salima ingat kata-kata Tabib, bahwa kalau Jodha memuntahkan cairan biru setelah minum obat ini, artinya dia tidak hamil. Salima tersenyum dan berkata dalam hati, "yang di katakan tabib itu benar. Jodha memuntahkan cairan biru, artinya Jodha tidak hamil." Melihat kenyataan itu, Salima segera bergegas pergi.
Di ruang sidang, jalal sedang berdiskusi dengan para menterinya tentang perluasan wilayah mughal dan penaklukan wilayah-wilayah kecil disekitarnya. Meski begitu, Jalal sedang tidak sabar menunggu reaksi dari obat yang diminum Jodha. Pengawal datang memberitahu kalau Salima ingin bertemu. Jalal menyuruh semua orang pergi dan berpesan pada Atgah agar tidak membiarkan seorangpun masuk keruang sidang tanpa izinnya.
Salima datang sambil berlari menemui Jalal yang menyambutnya dengan antusias. Jalal bertanya, "bagaimana, Ratu Salima? Apa obatnya bereaksi pada Jodha?" Salima dengan gembira menyampaikan kabar itu, "Tabib itu benar. Jodha memutahkan cairan biru. Dia bersih dan tidak bersalah. Dia tidak hamil." Jalal terperangah senang dan berkata, "kau benar Ratu Salima. Kadang-kadang kebenaran itu lebih aneh dari khayalan. AKu beryukur kau ada di sampingku di masa sulit seperti ini." Jalal mencium kening Salima. Jalal berkata kalau tabib telah berusaha keras membantu mereka. Jalal melepas salah satu kalungnya dan berkata pada salima agar memberikannya pada Tabib sebagai hadiah. Salima memberi salam dan pergi. Jalal bicara sendiri, "sekarang aku harus temukan siapa yang berusaha merusak nama ratu Jodha? Siapa yang telah membuat lelucon murahan ini.... Sinopsis Jodha Akbar episode 111