loading...

Aku Ratumu juga Pelayanmu by Fatimah Zahra

Aku Ratumu juga Pelayanmu by Fatimah Zahra.  Ketika Jalal mengetahui Shivani kabur dengan lelaki lain di hari pernikahannya dengan Mirza Hakim, Jalal sangat marah. Ia tidak tega melihat  Mirza Hakim kecewa dan terluka.  Dan ini semua karena ulah keluarga Jodha. Berkali-kali Jodha berusaha menemui Jalal untuk meminta maaf, tapi Jalal menolak bertemu denganya. Ketika mereka tidak sengaja bertemu pun, Jalal segera berlalu dan tidak memperdulikannya. Jodha sangat terluka, walaupun ia tidak menyadari apa yanag terjadi di dalam hatinya, tapi ia sangat tersakiti dengan diamnya Jalal. Bahkan ketika suatu hari Jodha memaksa masuk ke kamar Jalal, Jalal seolah-olah tak perduli akan kehadiran Jodha. Jodha mencoba memecahkan kebisuan dengan memberi salam, ”Pranaam, shahenshah.” Tapi Jalal tidak menjawabnya. Jodha melanjutkan, ”Shahenshah, kalau kau ingin memarahiku silahkan, berteriaklah padaku seperti biasa bila aku membuat kesalahan, tapi tolonglah jangan mendiamkan aku seperti ini, shahenshah. Diam mu membunuhku dari dalam. Tolong katakan apa yang harus kulakukan untuk meminta maaf atas kesalahan adikku dan keluargaku? Aku seorang Rajvansi shahenshah, lakukan apa saja padaku, aku akan menahannya.” Jalal menatap Jodha dengan penuh kebencian, ia menghabiskan minumnya dan segera berdiri menghadap Jodha, “Kau menantangku Ratu Jodha?” Jalal mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha, Jodha tidak menarik wajahnya sedikitpun jodha akbar 76cdan memandang lurus ke mata Jalal. Jalal melanjutkan, ”Lakukan apapun yang kau mau, Ratu Jodha. Aku tidak peduli. Aku sangat membencimu. Tapi aku terpaksa harus menerimamu sebagai takdirku, sejak kau datang dalam hidupku, tidak pernah sekalipun dapat tidur lelap. Kau selalu membuat ulah, kau selalu mengganggu ketenanganku. Hidup bersamamu hanya menciptakan masalah demi masalah. Jadi mulai hari ini, terserah kau mau melakukan apa, aku tidak akan menganggapmu ada. Ini terakhir kali aku bicara padamu, tinggalkan kamarku segera.”

Jalal meninggalkan Jodha, dan berjalan ke arah jendela. Untuk sesaat Jodha seperti berhenti bernafas, otaknya tidak dapat berfikir, badannya kaku. Ia mengumpulkan segenap keberaniannya dan berkata, ”Baiklah shahenshah, kau tidak akan menganggapku ada mulai hari ini, tapi tolong penuhi permintaanku yang satu ini,” Jodha menarik nafas sejenak dan berkata, “Mulai hari ini aku akan menjadi pelayanmu, aku akan melakukan semua tugas yang dilakukan pelayanmu, aku tidak akan merasa lelah dan mengeluh, kau boleh menganggapnya sebagai hukuman untukku, tapi aku akan selalu patuh pada perintahmu. Prenaam.”  Jalal memandang Jodha yang berlalu dari kamarnya, ia berkata dalam hati “ooh tidak, ratu Jodha. Kau tidak akan tahan, aku akan memastikan kau tidak akan tahan dengan siksaanku!” Jalal menyeringai licik.

Jodha kembali ke kamarnya dan menceritakan semuanya kepada Moti, Pecahlah tangis Jodha, dan Moti pun memeluknya, ”Bertahanlah, Jodha. aku tahu aku pun tak bisa menghentikanmu, aku akan selalu membantumu mengerjakan tugas-tugas dari Kaisar.” Jodha dengan cepat menutup mulut Moti, “Tidak Moti, kau tidak boleh ikut campur, aku tidak akan tahan jika Kaisar melampiaskan kemarahannya padamu, kali ini aku akan menahannya, aku tidak akan membantahnya.” #sinopsisjodhaakbar.blogspot.com

Keesokan harinya, Jodha tetap menjalankan rutinitas paginya berdoa pada Kanha dan melakukan puja di depan pohon tulsi. Jodha melihat Kaisar sedang berlatih pedang, ia pun bergegas menyelesaikan pujanya, ia tau Kaisar tidak akan menerima Aarti-nya. Karena sejak beberapa hari yang lalu Kaisar sama sekali tidak memperdulikannya. Jodha menarik nafas panjang. Ia berjalan ke arah pelayan yang biasa membawakan handuk dan baskom ketika jalal selesai berlatih. Dari sudut matanya Jalal menyadari kehadiran Jodha, Jodha pun berdiri tepat disamping Jalal, Jodha menyapanya, “Prenaam , Shahenshah, aku tahu kau sudah selesai berlatih, silahkan cuci tanganmu dulu.” Jodha mengatakannya dengan sangat ceria, seolah-olah tidak ada yang terjadi diantara mereka. Jalal menyerahkan pedangnya ke prajurit dan berkata “Takliyaa….” Jalal mencuci tangan dan mukanya kemudian melap nya dengan handuk. Jodha berkata,”aku sudah menyiapkanmu sarapan, kau pasti sangat lapar.” Jalal berkata, ”apa yang membuatmu yakin aku akan memakannya?” Dengan percaya diri Jodha berkata “kau tidak akan melakukannya shahenshah, karena aku juga mengajak ibumu  untuk makan bersama kita.” Dengan terkejut Jalal berkata “ Apaa??”

Terdengar suara hamida mengomentari keterkejutan jalal  dari arah yang lain, ”Kenapa kau terkejut Jalal, aku senang sekali ketika Jodha mengatakan dia akan menyiapkan sarapanmu hari ini, mari masuk.” Jalal menatap Jodha dengan geram, dan Jodha hanya tersenyum dan menutupi senyumnya dg dupatta. Pagi itu Jalal menghabiskan makanannya dengan terpaksa. Sesekali ia melihat ke arah Ibunya yg tersenyum senang. Apa lagi yang kau rencanakan Jodha Begum? Jalal memandang ke arah Jodha dan Jodha tersenyum seakan mengerti apa yang dipikirkan Jalal. Setelah selesai makan ia pun berpamitan pada Ibunya untuk mandi karena akan segera menjalankan kewajibannya di Dewaan e khaass. Ketika Jalal akan mandi, tiba-tiba Jodha masuk dan menyuruh para pelayan pergi. Jalal tersenyum licik melihatnya, ”kemarilah Ratu Jodha, aku tau kau akan melayaniku juga pada rutinitasku yang satu ini.” Jodha mulai membasuh tangan jalal dengan air, dan mengambil bejana berisi susu, ia segera menyiramkannya ke tubuh jalal. Jodha berdiri setengah membungkuk dan tidak menyadari bahwa dupatanya terinjak olehnya, ketika ia akan melangkah ke samping ia pun terpeleset dan jatuh ke bak mandi. Jalal segera menangkapnya. Separuh badannya sudah masuk ke dalam air, jodha terkejut sesaat. Jalal tersenyum menang dan berkata, ”jadi ini bagian dari rencanamu juga Ratu Jodha ? wow! Kau sangat berbakat.” Jodha tidak kalah jahilnya, ”tentu saja shahenshah, bukankah para pelayanmu melakukannya juga padamu? Aku akan mulai mengosok punggungmu, tanganmu, dadamu dan.....” Jodha berhenti sejenak melihat reaksi Jalal. Jalal membulatkan matanya dan segera berbalik, ”Aku rasa aku sudah selesai mandi, Ratu Jodha. Kalau tidak aku akan terlambat ke Dewaan e Khass, aku tidak suka melihat rakyatku menunggu.” Jalal mengatakannnya dengan setengah gugup. Jodha menyahut, ”Heemmh, baiklah shahenshah. Kita akan melakukannya lain kali.” Dalam hati Jodha tertawa kegirangan, kau tidak akan berhasil mengerjaiku Kaisar, aku tau walaupun katanya kau itu kejam tapi kau itu sangat polos, kau tidak akan berani menyentuhku tanpa seijinku. Jodhapun segera berlalu dari kamar mandi itu, kembali ke kamarnya dengan pakaian setengah basah.

Jodha sudah berganti pakaian memakai riasan lengkap dan terlihat cantik seperti biasanya. Sebelum bersama-sama dengan Jalal ke DEK, Jodha berbelok menuju kamar Kaisar para pelayan sedang memakaikan baju dan perhiasan Kaisar, melihat kehadiran Jodha, Jalal terkejut dan jahitan dipangkal tangannya robek karena terburu-buru memasukan tangannya. Jalal pura-pura memarahi pelayannya dan menyuruhnya mengambilkan baju yang lain. Jodha menyela, ”tidak usah! Itu akan memakan waktu lagi, Yang Mulia dan kau akan terlambat. Aku akan menjahitnya sebentar, dan kau tidak usah melepaskannya.” Jodha mengambil jarum dan benang yang di bawa pelayan, ia pun mulai menjahit robekan tadi. Jalal dan Jodha sangat dekat sekali, hingga jalal dapat mencium wangi tubuh Jodha. Untuk sejenak dia terpesona akan kecantikan Jodha. Ingin rasanya menyentuh wajahnya yang lugu itu. Jodha merasa jengah berdekatan dengan Kaisar, ia pun segera menyelesaikan jahitannya. Kata Jodha, ”sudah selesai, Yang Mulia.” Jalal terkejut dan lamunannya pun buyar. Jodha berkata, "jangan coba berkata ~kau berbakat juga dalam hal menjahit Ratu Jodha~" Jodha menirukan suara Jalal, dan Jalal berpaling menyembunyikan senyumnya. Jodha melanjutkan, ”semua pelayan akan bisa melakukannya, Shahenshah. Jangan terlalu terkejut.” Jodha memakaikan turban dan perhiasan Kaisar. Jalal masih terdiam dan bermain dengan pikirannya sendiri .Selama dalam perjalanan ke DEK, ia berfikir ia harus segera mengakhiri permainan Ratu Jodha, kalau tidak ia sendiri yang akan terjebak.

Hari-hari setelah itu jodha masih terus melayani Jalal layaknya seorang pelayan setia. Hingga suatu hari Kaisar menyuruh Jodha untuk menemaninya juga pada malam hari. Jodha terkejut menerima perintah itu, ia berfikir untuk menghindar dengan alasan sakit. Tapi ia mengutuk dirinya sendiri karena berpikir terlalu jauh. Mungkin Kaisar hanya akan menyuruhnya menemani bermain catur atau menyuruhnya menyanyikan lagu pengantar tidur. Setelah menepis kekhawatirannya. Jodha setuju untuk pergi menemani Jalal malam ini.

Dikamar, Jalal sudah menunggunya, ia berdiri di samping jendela. Mendengar suara gelang kaki Jodha, Jalal menyapa  sambil tetap memandang keluar jendela, ”Masuklah Ratu Jodha, aku sangat terkejut kau mau datang, mengingat harga diri dan ego mu yang sangat tinggi.” Jalal kemudian membalikan badan dan  menatap Jodha, dia sangat terkejut dengan kesederhanaannya malam ini. Jodha hanya memakai pakaian yang sederhana, dengan riasan seadanya, dan rambut yang tergerai lepas. Tapi itu malah menampilkan kecantikan yang sesungguhnya, hati Jalal bergetar. Dan untuk sementara waktu dia terdiam memandang Jodha tak tau harus berkata apa.

Jodha seakan tau apa yang dipikirkan Jalal, segera menjawab, ”Sebenarnya aku sudah akan tidur ketika pelayan menyampaikan pesanmu, maafkan aku karena aku munculdi hadapanmu seperti ini. Lagipula sebagai pelayan aku tidak membutuhkan semua itu kan? Jadi katakan apa yang inginkan dariku?” Sebenarnya Jalal agak terganggu dengan kata-kata ‘Pelayan’ seolah-olah Jodha berpikir bahwa seperti itulah Jalal memperlakukan pelayan-pelayannya. Jalal sangat terluka, untuk kesekian kali Jodha merendahkan moralnya. Dengan agak keras dia berkata pada Jodha, "bukalah perhiasanmu dan tidur bersamaku malam ini, Ratu Jodha." Jalal mengira Jodha akan membantah perintahnya, tapi ia terkejut sendiri ketika melihat Jodha melepaskan perhiasannya dan beranjak ke tempat tidur. Jodha tidak berkata apapun, ia hanya menurut dan melakukan yang di katakan Jalal. Jalal mulai berpikir ada apa di balik sikap penurutnya malam ini. Jalal ingin tahu dan segera menyusul Jodha ke tempat tidur, tanpa berkata apapun ia mulai memegang tangan jodha, dan menciumnya. Jalal menunggu reaksi Jodha , jodha menutup matanya dan memalingkan wajahnya, jalal meraihnya dan mengarahkan wajah Jodha kepadanya, jalal membelai rambut Jodha dan turun ke wajahnya. Jalal dapat melihat wajah sedih Jodha, ia pun mendekatkan wajahnya ke wajah Jodha, Jodha tidak sanggup melihat Jalal dan memejamkan mata. Dengan suara lirih Jalal bertanya, “ Mengapa kau mau melakukan ini , Ratu Jodha? Ini bertentangan dengan harga diri dan kehormatannmu yang selama ini kau agung-agungkan.” Jodha menjawab, “aku hanya pelayanmu, shahenshah. Dan pelayan melakukan apapun perintah tuannya.” Jalal mulai kesal dan marah, “Jadi begitukah selama ini kau memandangku, kau menganggap rendah moralku, menganggap aku tidak adil pada hidupmu? Tapi bukankah kau tau, Ayahmu yang memintaku menikahimu, ayahmu yang menawarkanmu padaku demi menyelamatkan saudara-saudaramu dan rakyatmu. Dan kau pun menyetujuinya, apa salahku sampai kau membenciku sebesar itu? Baiklah aku memang kejam, aku mungkin tidak punya hati, tapi pernahkah kau berpikir, aku juga memenuhi segala yang kau mau, aku menyelamatkanmu dari penghinaan orang-orang yang aku sayangi, aku menyelamatkanmu dari dunia, tapi tidak ada satupun yang kau lakukan dengan tulus kepadaku ?” Jalal berhenti sejenak, suaranya mulai parau, antara sedih dan kecewa, Jodha terkejut mendengar kebenaran perkataan Jalal. Jodha berpikir, " Apakah aku sekejam itu, wanita Rajvanshi rela mati untuk suami dan keluarganya, tapi Kaisar menganggapku serendah itu , hanya karena aku blm siap menyerahkan diriku seutuhnya padanya? Mengapa selalu perempuan yang harus bertanggung jawab demi keutuhan keluarga.” Jalal dengan suara tegas berkata, "Kau boleh memutuskan Pernikahan ini, kalau kau mau, ratu Jodha. Aku membebaskanmu! Kalau kau sangat tersiksa hidup bersamaku , aku mengizinkamu untuk berlalu dari hidupku!.” Jalal sudah akan beranjak dari tempat tidur tapi Jodha menahan tangannya, “Tunggu yang mulia, kau juga harus mendengarkanku, sekali dalam hidupku aku pernah mencintai seorang pria , dan demi bangsa, aku harus merelakan nyawanya. Demi keluargaku dan saudara2 lelakiku, aku harus meninggalkan tanah kelahiranku Ameer, tidak mudah bagiku menerimamu yang Mulia. Aku tahu mungkin bagimu terlihat sangat mudah. Dan saat ini demi menebus kesalahan shivani dan keluargaku, aku harus kembali membuang harga diriku dan menelan kebanggaanku, tapi kau merendahkanku dengan semua pengorbananku, kau tidak cukup sabar untuk memenangkan hatiku. Tapi baiklah secara tidak langsung kau telah mengusirku Yang Mulia, aku berterimakasih padamu, kau telah menjaga kehormatan keluargaku, aku berjanji aku tidak akan menyusahkanmu lagi mulai saat ini. Aku permisi. Prenaam.” Tanpa menoleh lagi, Jodha meninggalkan kamar Jalal. Hatinya sedih, remuk redam, dengan mudah kaisar menihilkan segala pengorbanannya, ia tidak cukup kuat untuk tidak menangis. Setengah berlari ia kembali ke kamarnya.

Setelah beberapa saat Jalal tersadar, ia berlari mengejar Jodha, Jodha berlari ke taman, beberapa prajurit mulai mengejarnya. Seakan sudah menjadi salah satu keahliannya untuk kabur dari istana , ia pun dengan mudah melewati penjagaan di pintu gerbang. Dengan mengendarai kuda salah satu prajurit, jodha melesat menuju hutan. Jalal segera memerintahkan prajurit mengambil kudanya, ia akan mencari Ratu Jodha sendiri. Jodha terjatuh dari kudanya dan berlari menuju sungai, ia sudah tidak tahan dengan segala penderitaanya, ia sudah akan melompat kalau saja Jalal terlambat menahan tubuhnya. ”Tunggu Ratu Jodha! Kau memang sangat keras kepala. Sekali saja dalam hidupmu, tolong dengarkan aku!” Jalal membalikan tubuh Jodha, memegang wajahnya dan berkata, ”kau mungkin tidak punya cinta untukku, tapi aku punya banyak cinta mu.  Aku akan menunggumu sampai kapanpun Ratu Jodha. Jadi  tolong dengarkan aku, berjanjilah untuk tidak menyakiti dirimu sendiri. Karena jika kau melakukan itu, kau bukan hanya melukai dirimu tapi juga menyakiti aku. Kau mau berjanji bukan? Kalau kau belum siap menerimaku, aku siap menunggumu.” Jodha menangis di pelukan Jalal, Jalal pun menangis menyadari cintanya yang begitu besar kepada Jodha. #Fatimah Zahra

Bagikan :
Back To Top