Sinopsis Jodha Akbar episode 454 by Sally Diandra. Seorang pelayan sedang diperiksa kondisinya oleh sang tabib, sang tabib menginformasikan ke Rukayah bahwa pelayanan tersebut terserang penyakit yang menular dan penyakit ini berasal dari orang orang diluar istana, Rukayah langsung menyuruh untuk mengirimkan pelayan itu keluar dari istana “Jangan lakukan itu, Ratu Rukayah ... saya telah bekerja di istana ini bertahun tahun”, “Tapi kami tidak bisa menanggung resikonya !” saat itu Jodha datang menghampiri mereka “Ada apa ini ? Apa yang terjadi ?”, “Ratu Jodha, pelayan ini telah terjangkit penyakit yang menular, lebih baik dia harus segera keluar dari istana ini, ini semua untuk melindungi Yang Mulia Raja, apakah kamu mau bertanggung jawab atas semua ini dengan membiarkan pelayan ini tetap berada di istana ?” Jodha hanya terdiam mendengarkan penjelasan Rukayah, dirinya tidak bisa berbuat apa apa untuk menolong si pelayan karena bagaimanapun juga penyakit tersebut bisa membahayakan suaminya “Aku telah mendapatkan jawabannya, bawa keluar istana pelayan itu !” Rukayah langsung menyuruh Hoshiyar membawa keluar si pelayan, dengan paksa Hoshiyar menyeret si pelayan keluar dari istana.
Dikamar Salim, Salim sedang minum segelas anggur, tak lama kemudian Qutub datang menemuinya “Salim, berhentilah ! Jangan minum minum terus, kenapa kamu minum banyak sekali ?”, “Aku sangat bahagia hari ini, hari ini ayahku telah sadar kembali, Qutub” namun Qutub merasa ada yang beda di wajah Salim “Tapi kamu tidak terlihat bahagia dari wajahmu, Salim ... aku bisa melihatnya dari wajahmu itu” Salim tersenyum sambil memandang Qutub “Kamu memang temanku yang sangat baik, kamu tahu bagaimana perasaanku, besok aku akan pergi menolong rakyatku akan tetapi aku mempunyai satu keinginan bahwa aku bisa bertemu dengannya sekali saja sebelum aku pergi, jika dia mau mengucapkan selamat tinggal padaku maka aku akan pergi dari istana ini dengan perasaan tenang, Qutub” ujar Salim sambil menepuk nepuk bahu Qutub kemudian meninggalkan sahabatnya itu sendirian.
Salim datang ke tempat para penari dalam keadaan mabuk, saat itu para penari sedang berkumpul disana “Anarkali, aku ingin kamu menari didepanku sekarang” Anarkali sangat terkejut dengan permintaan Salim “Aku tidak akan menari hari ini, orang orang sekarat kelaparan dan kamu ingin menikmati sebuah tarian ?” Anarkali menolak permintaan Salim “Aku telah menjauh kesini dari para rakyatku”, “Kamu seharusnya pergi keluar untuk menikmati kesenangan, aku tidak akan menari hari ini, aku sangat peduli pada para penduduk” tiba tiba salah satu germo menghampiri Anarkali “Anarkali ! Jangan lupa kamu itu siapa ! Kamu itu nggak ada apa apanya didepan pangeran Salim ! Kamu tidak boleh berkata tidak ke dia ! Selama ini orang orang tidak datang kesini lagi dan dia telah datang kemari setelah dua bulan berlalu jadi menarilah !” sang germo mendorong Anarkali, Salim marah ke germo tersebut “Beraninya kamu memaksa dia, jika dia tidak ingin menari maka jangan pernah memaksanya, aku juga tidak akan memaksa dia” ujar Salim sambil terus memandang kearah Anarkali dengan mata berkaca kaca “Sekarang aku akan menari didepan kamu untuk menunjukkan padamu bagaimana orang orang dipaksa untuk melakukan sesuatu !” Salim terus memandangnya dengan perasaan sedih “Dia telah benar benar sangat membenci aku rupanya, aku tidak akan kembali lagi kesini mulai sekarang” bathin Salim dalam hati
Diruang keluarga, Jodha sedang ngobrol dengan Rukayah dan Salima, “Aku tahu dimana letak ladang tanaman obat obatan jadi aku bisa pergi keluar dan menolong para penduduk dengan mengobati mereka” Jodha mencoba memberikan penjelasan “Tidak tidak tidak ! Jangan Ratu Jodha ! Kamu bisa terkena penyakit juga dan bisa menyebarkan virus itu di istana ini, lebih baik kita kirim mereka uang saja, Ratu Jodha” Rukayah mencoba menahan Jodha “Tapi mereka butuh pengobatan, Ratu Rukayah” tepat pada saat itu Jalal menemui mereka “Para penduduk telah menentang aku, Ratu Jodha ... nyawamu bisa dalam bahaya”, Aku akan menyamar seperti yang biasa kamu lakukan, Yang Mulia ... Biarkan aku menolong para penduduk, aku mohon” Jalal menatap Jodha dengan pandangan tidak percaya “Baiklah, akan tetapi bagaimana kamu bisa punya pikiran seperti itu ?”, “Dewa Khrisna bisa menolong orang orang maka kenapa aku tidak bisa menolong rakyatku ?” Mehtab yang mendengarkan sedari tadi tiba tiba meminta ikut dengan bahasa isyaratnya, awalnya Jodha menolak namun kemudian Jalal mengabulkan permintaan Mehtab “Baiklah, Mehtab akan menemani Ratu Jodha”
Dikamar Haidar, Haidar sedang berdandan ketika ibunya, Javeda datang menemuinnya “Haidar, bibi mu bibi Nadira dan Shama anaknya, saudara sepupumu akan berkunjung kemari ke istana, ibu ingin kamu ada disana untuk menyambut kedatangan mereka”, “Baiklah ibu ...” tepat pada saat itu diluar dihalaman istana nampak sebuah tandu datang, Nadira dan Shama datang ke istana “Bersikaplah yang baik dan lemah lembut didepan Haidar dan jangan katakan apapun pada siapa saja bahwa kita kesini untuk persiapan pernikahanmu dengan Haidar” Shama si gadis yang agak gendut tersenyum senang melihat megahnya istana kerajaan Mughal.
Anarkali sedang melepas semua perhiasannya lalu memberikannya pada pelayannya “Pelayan, tolong berikan perhiasan ini untuk para penduduk, mereka sangat membutuhkannya” dilain pihak ditempat Salim, Salim juga sedang memberikan perhiasannya ke Murad “Murad, gunakan perhiasan ini untuk rakyatku, aku adalah putra mahkota dan aku ingin menolong rakyatku, perhiasan ini membuat aku jadi spesial akan tetapi aku ingin menjadi seperti mereka, jadi lebih baik aku menolong mereka, aku akan melayani para penduduk” ujar Salim ke Murad, ditempat Anarkali “Pelayan, mungkin perhiasan ini bisa menolong orang lain, ini seharusnya yang dilakukan oleh seorang putra mahkota akan tetapi dia malah lebih tertarik melihat tarian demi tarian, aku sangat malu bahwa dulu aku pernah mencintainya” ujar Anarkali sedih
Didalam kamar Jodha, Rukayah menemui Jodha “Ratu Rukayah, kebetulan kamu datang, aku akan memberikan perhiasanku ini ke kamu selama aku pergi keluar”, “Apakah kamu benar benar ingin menolong para penduduk ?” tiba tiba Rukayah tertawa terbahak bahak “Ada apa, Ratu Rukayah ? Kenapa kamu tertawa seperti itu ?”, “Aku menertawai nasib, Ratu Jodha ... dimana dulu ketika aku membenci kamu, aku ingin kamu meninggalkan istana ini, karena kamu selalu menjadi penghalang diantara aku dan Yang Mulia, aku selalu memperingatkan kamu untuk menjauh dari Jalal akan tetapi aku tidak pernah berpikir bahwa ketika hari itu datang, aku malah memaksa kamu untuk tidak pergi menjauh dari Jalal” Jodha mendengarkan dengan seksama semua ucapan Rukayah “Kamu tidak boleh meninggalkan Yang Mulia, Ratu Jodha ! Jika kamu meninggalkan Jalal maka dia akan meninggalkan kami semua, dia sangat mencintai kamu, kamu tidak boleh meninggalkan dia, dia telah membaik setelah beberapa bulan dan kamu ingin meninggalkannya pada situasi seperti ini ? aku mohon padamu, Ratu Jodha ... jangan tinggalkan dia, jika terjadi sesuatu pada Jalal tanpa adanya kamu disisinya maka aku akan mencari kamu dan menghukum kamu, seseorang yang biasanya aku benci, aku menginginkan dia bertahan disini sekarang, ingatlah ketika Guru Ji mengatakan padamu bahwa kamu tidak boleh meninggalkan Jalal, tidak boleh melepaskan tangannya, kamu sangat mencintainya, bagaimana bisa kamu begitu egois dan meninggalkan dia, Ratu Jodha ... aku mohon jangan pergi, Ratu Jodha” Jodha bingung setelah mendengarkan ucapan Rukayah “Kamu benar, Ratu Rukayah ... aku tidak boleh meninggalkan Yang Mulia, aku tidak akan pergi kemana mana” Rukayah tersenyum mendengarkannya “Terima kasih, Ratu Jodha” kemudian Rukayah memberi salam dan pergi meninggalkannya, Jodha sedikit tegang.
Malam itu, ditempat Mirza Hakim, Mirza sedang ngobrol dengan Syarifudin “Mirza, kita harus terus mengawasi Maan Sigh, dia bisa saja mengirimkan anak buahnya yang lain ke Jalal”, “Aku mempunyai mata mata di istana, tidak akan terjadi apa apa, Syarif”, “Jangan percaya pada siapapun, Mirza ... Aku akan pergi ke istana dan mengecek jika ada anak buah Maan Sigh disana” Mirza Hakim menyetujui rencana Syarifudin.
Sementara itu didalam istana, Jodha sedang tertidur didalam kamarnya, tiba tiba Aram Bano putri bungsunya datang menghampiri Jodha dan membangunkannya “Ibu ... Ibu ... bangun, ayah sedang berdiri diluar sana, dia kelihatan khawatir, ketika aku tanya ke ayah, ada apa ayah ? Apa yang terjadi ? Ayah bilang kalau dia kehilangan ratunya, Ratu Jodha” Jodha tersenyum mendengarkan cerita Aram Bano “Baiklah, ibu akan mendatangi ayah, kamu tidur saja ya” tak lama kemudian Aram Banopun tertidur dikamar Jodha, sementara Jodha keluar untuk menemui Jalal di teras istana. Jodha mendatangi Jalal yang sedang sendirian di teras istana “Kamu sedang mengkhawatirkan apa, Yang Mulia ?”, “Aku sedang berfikir kalau kamu pergi meninggalkan aku maka bagaimana aku bisa mengatur semua ini disini ?”, “Akan tetapi sekarang aku tidak akan pergi kemana mana, Yang Mulia” Jalal menatap Jodha dengan tatapan memelas “Aku tahu Ratu Rukayah telah mengatur untuk menghentikan kepergianmu akan tetapi aku masih berfikir bahwa kamu seharusnya pergi, Ratu Jodha ... Ini akan sulit bagiku untuk hidup akan tetapi aku tidak ingin menghentikanmu dari sebuah pekerjaan baik untuk orang lain”, “Keputusanku adalah salah, Yang Mulia”, “Kamu benar, Ratu Jodha ... Ini adalah tugasmu dan kamu bisa pergi untuk memenuhinya, biasanya ketika seorang Raja pergi berperang, istrinya akan menunggunya akan tetapi sekarang aku menunggu kamu, Ratu Jodha” Jodha terharu mendengarnya sambil menitikkan airmata kemudian merebahkan kepalanya didada Jalal, Jalalpun memeluknya erat “Aku akan menjadi seorang wanita biasa diantara orang orang biasa, jika mereka tahu tentang posisiku maka mereka pasti tidak akan mau menerima pertolonganku, aku selalu merasa bangga bahwa aku adalah istri Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad Akbar akan tetapi sekarang aku lebih bahagia bahwa Yang Mulia mempunyai hati yang mulia” Jalal menatap Jodha penuh dengan keharuan dan kesedihan.
Keesokan harinya, Jalal melakukan ritual aarti untuk Jodha “Ketika aku dulu pergi berperang, kamu yang selalu melakukan tilak untukku, hari ini kamu akan pergi menyelamatkan para penduduk maka aku melakukan tilak untuk kamu, aku yakin kamu pasti akan berhasil melakukannya, Ratu Jodha” Jodha menatap Jalal dengan penuh cinta “Ibu, lalu siapa nanti yang akan menceritakan aku sebuah dongeng sekarang” Jodha tersenyum melihat putri bungsunya lalu duduk berlutut menghadap ke Aram Bano “Aram, kamu kan punya ibu Rukayah dan ibu Salima, mereka bisa menceritakan kamu sebuah dongeng, ketika ibu pergi, disana juga banyak anak anak dan mereka juga ingin mendengarkan dongeng dongeng itu juga, Aram ... jadi ibu harus pergi menemui mereka”, “Aku tidak alan menghentikan kamu, ibu ... Akan tetapi aku tidak akan mendengarkan dongeng dari siapapun, aku akan menunggu kamu kembali, ibu” Jodha terharu mendengarnya kemudian memeluk erat putri bungsunya itu, Jodha dan Jalal saling berpandang pandangan satu sama lain, Jalal menatap Jodha dengan tatapan sedih dan bahagia, lalu Jodha memberi salam pada semua orang yang ada disana, mengucapkan selamat tinggal, Jodha pun berlalu meninggalkan mereka diikuti oleh Mehtab, Zakira dan Moti, baru beberapa langkah Jodha kemudian berbalik menoleh dan memandang kearah Jalal, Jodha jadi semakin terharu ketika Jalalpun membalas tatapannya dengan perasaan sedih. Lagu Ishq hai woh Ehsas mulai berkumandang... Sinopsis Jodha Akbar episode 455 by Sally Diandra.