Sinopsis Jodha Akbar episode 425 by Sally Diandra. Di istana Amer, Maan Bai menemui kedua orangtuanya, Bhagwandas dan istrinya “Duduklah, nak … kamu tahu ayah baru saja mendapat sebuah surat dari Agra” , “Apa isinya ayah ? apakah Salim baik baik saja ?” Maan Bai langsung tersipu malu begitu menyadari kekonyolannya “Sebenarnya aku pikir itu mungkin sesuatu yang sangat penting, ayah”, “Ini perayaan ulang tahun pernikahan Yang Mulia Raja dan bibimu Jodha, kita diundang, kamu mau ikut ?” ujar Bhagwandas, “Mengapa tidak ? aku akan menyiapkan sebuah hadiah untuk mereka” , “Siapkan hadiah untuk Salim juga” pinta Bhagwandas, Maan Bai langsung tersipu malu dan meninggalkan kedua orang tuanya “Sepertinya dia benar benar suka dengan Salim” ujar Bhagwandas ke istrinya.
Malam itu diistana Agra, Salim keluar jalan jalan dengan kudanya, tiba tiba Haidar menghentikan langkahnya “Kamu mau kemana, Salim ?” , “Aku merasa tercekik di istana ini, aku mau mencari udara luar” , “Kalau begitu ikutlah denganku, aku akan mengajakmu ketempat dimana kamu bisa mendapatkan kedamaian” Salimpun mengikuti saran Haidar.
Sementara itu Anarkali sedang dalam perjalanan pulang dari istana, dalam hati dia berkata “Bagaimana aku mengatakannya pada ibu sekarang, dimana kami akan menghabiskan malam ini sekarang” tak lama kemudian Anarkali melihat Salim sedang mengendarai kuda “Quutttuubbbb !!!” panggil Anarkali, Anarkali berusaha mengejar Salim, sekuat tenaga dia berlari mengikuti Salim sambil memanggil manggil namanya akan tetapi Salim tidak melihatnya dan pergi berlalu dengan kudanya “Ya Allah … terima kasih tenyata Qutub baik baik saja” bathinnya dalam hati
Haidar mengajak Salim ke sebuah tempat prostitusi, “Disinilah tujuan kita, Salim” , “Tempat apa ini ?” tanya Salim penasaran “Kamu akan menemukan kedamaian disini, ayoo ikutlah denganku” ajak Haidar, kebetulan saat itu Anarkali juga mengunjungi tempat tersebut sambil berusaha mencari Salim, dia melihat kuda Salim ada disana, segera dia mencari Salim kedalam tempat tersebut.
Sementara itu Salim dan Haidar memasuki salah satu rumah dimana terdapat para penari sedang menari, Haidar langsung menyalami germo yang mengurusi para gadis gadis “Aku datang kemari dengan seorang yang agung jadi perlihatkan pada kami pertunjukkan yang bagus” ujar Haidar, sang germo pun mengangguk. Haidar dan Salim kemudian duduk dan menikmati tarian, Haidar memberikan segelas anggur ke Salim “Kamu tau kan kalau aku nggak minum” ujar Salim, “Aku akan membuatmu meminumnya” bathin Haidar sambil menaruh gelas tersebut didepan Salim, Salim melihat para gadis sedang menari. Sementara diluar Anarkali mencari cari Qutub dengan bertanya para gadis gadis yang sedang berada ditempat tersebut namun bukannya mendapatkan jawaban, malah Anarkali menjadi bahan bual bualan mereka “Yang kesini itu laki laki, kenapa kamu kesini ? mungkin kamu sangat suka dengan tempat ini dan kamu akan menetap disini selamanya” ejek para kupu kupu malam tersebut .
Sedangkan didalam, Salim melihat para penari yang sedang menari dengan gelang kaki mereka yang berbunyi gemercing, Salim langsung teringat Nadira waktu kecil, dimana dia memberikan gelang kaki itu ke Salim, lalu beberapa moment pertengkaran mereka ketika masih anak anak, Salim langsung meminum anggur tadi yang sudah tersedia dan teringat kembali ketika dia bertemu dengan Nadira atau Anarkali yang telah tumbuh dewasa, melihat hal ini Haidar terus menerus menuangkan anggur kedalam gelas Salim agar Salim terus meminum dan mulai merasa gelisah, kemudian Salim bangun dalam keadaan mabuk sambil berteriak meracau tidak karuan “Ada apa denganmu Salim ? apakah kamu baik baik saja ?” tanya Haidar “Aku tidak baik baik saja dan gelang gelang kaki itulah alasannya, mereka itu membuat aku mengingat lagi masa kecilku yang tidak aku suka ! aku tidak suka tarian, gelang kaki itu, aku membencinya ! aku benci !” teriak Salim sambil berlalu dari sana, sang germo bertanya ke Haidar “Apakah kami membuat kesalahan tuan ?” , “Dia tadi minum banyak makanya dia jadi gelisah”ujar Haidar sambil menyusul Salim, Salim meninggalkan tempat tersebut, Anarkali melihatnya dan bergegas dia mengejar Salim, lagu rabba is pyar mulai terdengar, beberapa orang mencoba menghentikan langkah Anarkali dan mulai menggodanya, Anarkali beberapa kali memanggil nama Qutub tapi Salim tidak mendengar dan terus berlalu dari tempat itu. “Qutub, aku telah menemuimu tapi kamu tidak mengetahui aku, terima kasih Tuhan ternyata Qutub baik baik saja tapi kenapa kamu tidak menemui aku ? mengapa kamu pergi begitu saja ? aku perlu sebuah jawaban atas pertanyaan pertanyaanku”.
Siang itu Jalal dan keluarganya sedang berkumpul diruang keluarga, “Murad dan Danial kalian berdua harus belajar politik mulai sekarang, seperti Salim yang seorang pejuang sejati kamu juga seharusnya belajar sesuatu dari dia” kata Jalal, “Salim itu memang hebat, Yang Mulia karena dia itu anak Mariam Uz Zamani, kami semua tahu bagaimana hebatnya ibu Jodha sebagai pejuang” ujar Murad. Jalal kemudian meminta Salima untuk menceritakan bagaimana dirinya bertarung sangat hebat ketika Jalal diculik. “Kalau ibu ibu kami hanya bisa melawan melaui papan catur saja, Yang Mulia Raja” kata Danial, Rahim yang melihat peristiwa itu dengan mata kepalanya tidak terima, “Aku masih kecil waktu itu tapi aku masih mengingat peristiwa dimana ibu Salima mengikatku dibelakang punggungnya dan bertarung melawan musuh musuh, ibu Rukayah bertarung dengan panahnya dan ibu Jodha dengan pedangnya” , “Itu adalah perang yang hebat” kata Rukayah “Pada hari itu semua musuh belajar bahwa perempuan itu tidaklah lemah” sela Salima, “Bagaimana kami bisa percaya ?” tanya Danial penasaran, “Kalau begitu kita adakan kompetisi diantara para istri, yang menang nantinya akan bertarung melawan aku” ujar Jalal, namun Jodha menyela “Anak anak ini cuma menggoda kamu dan kamu terjebak didalamnya” , “Lihat … benar kan aku bilang mereka tidak bisa bertarung” , “Lihat saja besok !” tantang Salima, Aram Bano anak Jalal yang paling bungsu yang sedari tadi ada dipangkuan Jalal ikut angkat bicara “Jadi besok kita akan melihat siapa yang memiliki lebih banyak nyali, iya kan ayah ?” semua yang hadir disana tersenyum mendengarnya.
Sementara itu ditempat Anarkali, “Ibu, aku tadi melihat Qutub tapi kami tidak bisa bertemu secara langsung karena dia mengendarai kudanya” , “Jangan khawatir, kamu bisa pergi besok dan menemuinya lagi, Tuhan telah membawa kita kesini untuk tujuan yang baik, bagaimana keadaan di dalam istana ?” tanya Zil Bahar, Anarkali teringat ketika Rukayah menegurnya dan mengatakan bahwa dia tidak bisa bertemu dengan Jodha, karena mereka akan pergi besok. “Apa yang kamu sembunyikan, katakan pada ibu apa yang terjadi ?” , “Diistana orang orangnya tidak baik, ibu” akhirnya Anarkali menceritakan bagaimana ketika Rukayah menegurnya “Tapi jangan khawatir ibu, Ratu Jodha pasti tidak akan seperti itu, aku akan pergi kesana lagi besok dan bertemu dengan Ratu Jodha” , “Kamu tidak perlu pergi kesana, ibu tidak ingin anak ibu di tegur lagi, kita akan mencari pertolongan yang lain, ibu punya satu cara” kemudian Zil Bahar melepas anting antingnya dan diberikannya ke Anarkali “Jualah anting anting ibu ini ke pedagang emas, ini akan menolong kita” , Tapi ibu … “ , “Tidak ada kata tetapi, lakukan seperti yang ibu katakana tadi” ujar Zil Bahar.
Keesokan harinya, dihalaman istana para istri sudah bersiap untuk mengadakan kompetisi pertarungan dengan dua pedang, semuanya hadir disana termasuk ibu Hamida dan anak anak perempuan Jalal dan Jodha, tak ketinggalan pula para pangeran yang inging melihat kebenaran tentang ibu ibu mereka yang bisa bertarung. “Kalian sepasang sepasang saling bertarung terlebih dulu, nanti siapa yang menang diantara pasangan tersebut maka harus bertarung kembali untuk menentukan pemenangnya” saat itu Jodha melawan Salima, sedangkan Rukayah melawan Ruksah, tak berapa lama Rukayah dan Jodha lah menang “Aku tahu tidak ada yang bisa melawan Ratu Jodha” puji Salima, “Tapi pertandingan masih berlangsung, biarkan Ratu Jodha melawan aku dulu, kita kan lihat siapa yang menang nanti” tantang Rukayah. Jodha dan Rukayah mulai bertarung dengan pedangnya, mereka berdua berusaha melakukan yang terbaik, namun tanpa sengaja Rukayah melukai tangan Jodha, Jalal yang melihatnya dikejauhan kaget dan ikut merasakan luka Jodha, “Maafkan aku Ratu Jodha, aku tidak bermaksud melukaimu” , “Tidak apa apa, kamu tidak sengaja melakukannya, mari kita lanjutkan pertarungan” , “Tapi tanganmu terluka, Ratu Jodha” ujar Jalal khawatir “Setiap pejuang selalu mendapatkan luka, Yang Mulia … tidak usah khawatir, aku akan bertarung menggunakan satu tangan” saat itu Salim juga ada disana melihat pertarungan kedua ibunya, Jodha mulai kembali bertarung dengan satu tangan melawan Rukayah dan akhirnya Jodhalah yang menang. “Aku memang harus menerima bahwa tidak seorangpun yang bisa mencapai tingkatanmu dalam bermain pedang Mariam Uz Zamani, aku terima kekalahanku” ujar Rukayah, saat itu Jalal mendekati Jodha “Tapi pertarungan masih berlanjut Ratu Jodha” ujar Jalal, “Tapi dia terluka Yang Mulia” , “Jika dia menggunakan satu tangan maka aku juga menggunakan satu tangan” kemudian Jalal dan Jodha mulai bertarung satu sama lain, tangan Jodha saat itu berdarah cukup banyak dan melukainya, Salim memperhatikan ibunya sedari tadi dan tiba tiba saja Salim menyeruak diantara Jalal dan Jodha dan menghentikan pertarungan tersebut, semua yang hadir disana Nampak tegan gdan terkejut. Sinopsis Jodha Akbar episode 426 by Sally Diandra.